Darell berdiri tegak di halaman rumah peristirahatannya. Dia menghela napas berulang kali dengan bahu naik turun yang sangat jelas. Dia belum mengambil keputusan apapun bahkan sejak dua jam dia mengetahui kepergian Louisa waktu itu. Darell tahu Louisa sangat keras. Berbicara padanya sekarang adalah percuma. Membiarkan mungkin juga salah, tapi Darell, merasa sisi hatinya terpukul oleh keegoisan Louisa. Dia merasa, Louisa bahkan tidak menghargai usahanya untuk berjuang membuat dia sembuh. Kalau kenyataan berbicara begitu pahit, tidak seharusnya Louisa menyerah begitu saja bukan? Atau paling tidak, seharusnya Louisa mencoba bertahan untuk sekedar menghargainya. Apa yang ada dalam pikiran wanita itu? Sudah dua minggu sejak Louisa pergi. Dan Darell menggeleng saat hatinya berteriak bahwa d