Menangislah

1660 Words

"Ada enggak, ya, tempat yang bisa buat teriak sekencang-kencangnya tanpa malu sama orang lain?" gumamku. Aku menoleh ke tangan saat Asep tiba-tiba saja menggenggamnya. "Ikut aku." Dia tersenyum, lalu menarikku begitu saja dan berlari. Meski tak tahu dia mau membawaku ke mana, aku tetap ikut berlari bersamanya. Kami tiba di area teratas kebun teh ini dengan napas tersengal karena lelah berlari. "Capek juga, ya." Dia membungkuk dengan kedua tangannya bertumpu pada lutut. "Kamu, sih, pake ngajak lari segala," sahutku seraya melemparnya dengan daun teh yang kupetik. Napasku pun tak kalah ngos-ngosan. Kami saling menatap, lalu tertawa bersama. Asep mendekat, lalu berdiri di sampingku seraya memandangi hamparan kebun teh yang luas. Napasnya masih belum beraturan, tapi tak separah tadi. "

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD