DDM 3 – Sendirian

1165 Words
*** Dalam hidup, kita sering kali lupa. Bahkan sering kali melupakan apa-apa yang sejatinya tidak boleh dilupakan. Peluang tinggal dan ditinggalkan. IG: Upi1612 ***   Angeline langsung mencari kamar yang diucapkan oleh satpam tadi. Angeline bakan sudah terus mengulang nama dan nomor kamar di bibirnya. Lalu, berlari menuju tangga ketika lift penuh, lalu mulai menyisir kamar mencari kamar orang tuanya dengan membaca satu persatu tulisan yang ada di atas daun pintu.   “Kamar mawar nomor tiga. Astaga! Mawar atau melati!” seru Angeline mencubit pipinya sendiri.   Meski sudah merapalkan nama kamar dan nomor kamar tersebut, Angeline tetap lupa ketika tiba di antara Kamar Melati dan Kamar Mawar.   Tidak mau pusing-pusing, Angeline langsung masuk ke Kamar Mawar.   “Mama-papa!” seru Angeline.   Semua orang yang berada di dalam kamar tersebut langsung menoleh ke arah pintu yang dibuka oleh Angeline. Angeline pun mengangguk meminta maaf, “Maaf!” katanya, dan langsung menutup pintu kembali.   Angeline langsung masuk ke Kamar Melati dan benar saja kedua orang tuanya berada di sana. Lengkap dengan peralatan rumah sakit yang terpasang di tubuh keduanya.   “Mama, Papa.. Angeline datang.” kata Angeline.   Angaline terpaku melihat pemandangan yang ada. Angeline menutup mulutnya sambil menangis, dirinya benar-benar merasa ketakutan saat itu.   Orang tua Angeline tidak hanya berdua. Seorang dokter dan dua perawat sedang berada di sekitar ayah Angeline. Angeline terpaku beberapa saat di tempatnya. Lalu berjalan menghampiri dokter tersebut yang sedang menyelamatkan ayah Angeline.   Dokter tersebut sedang memacu jantung ayah Angeline dengan alat pemacu jantung.   “P-papa..” panggil Angeline sambil menangis.   Dokter telah melakukan yang terbaik namun bagaimanapun Dokter hanyalah perantara, Allah SWTlah yang memiliki kuasa penuh atas Hambanya.   “Innalillahi wa innailaihi raajun.” kata Dokter lalu menutup mata ayah Angeline. Dan menarik selimut rumah sakit yang sebelumnya berada di kaki ayah Angeline.   “Innalillahi wa innailaihi raajiun.” kedua suster tersebut juga melafalkan kalimat yang sama.   Dan di sinilah Angeline.   “Tidak! Tidakkk!” seru Angeline.   “Dok, tolong lakukan lagi, Dok. Sekali lagi, Dok. Saya mohon sekali lagi.” kata Angeline memohon sambil menangis dengan sangat hebat kepada dokter laki-laki tersebut.   “Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, namun..” kata Dokter tersebut.   Belum selesai dokter tersebut mengatakan kalimatnya secara utuh membuat Angeline langsung memotongnya dengan kata-kata tidak percaya.   “Saya mohon, Dok. Saya mohon, papa masih hidup, Dok. Sepertinya alat yang dokter gunakan salah, suster tolong ambilkan alat yang baru suster!” seru Angeline meraung-raung. Tidak siap dengan kenyataan kalau ayah yang sangat disayanginya meninggal begitu saja.   Dokter dan kedua suster tersebut memaklumi apa yang dirasakan oleh Angeline. Mereka bahkan sangat maklum, terlebih tidak ada satu orang keluarga pun yang datang menjenguk orang tua Angeline selain Angeline sendiri.   “Kami turut berduka cita ya, Dik.” kata salah satu suster dengan wajah penuh simpati.   Angeline langsung membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh ayahnya hingga d**a ayahnya. Melihat wajah pucat dan kaku tersebut membuat Angeline beanr-benar sedih. Dirinya tidak kuat menerima kenyataan yang ada.   Rasanya baru kemarin ayahnya ada di sampingnya, memanjakan dirinya dengan kasih sayang dan barang ini dan itu, tersenyum padanya, memeluknya, dan mencium puncak rambutnya setiap pulang bekerja.   “Papa.. Papa.. bangun, Pa.. Bangung.. ini Angeline anak Papa. Ayo, Pa. bangun.” kata Angeline sambil menangis mencium pipi ayahnya.   Air mata dan isak tangis tidak bisa lagi diredam. Angeline benar-benar sampai di puncaknya. Dirinya benar-benar merasa tidak terima kehilangan ayahnya.    Melihat Angeline yang meraung-raung sambil menangis, dookter dan kedua suster yang berada di ruangan tersebut langsung menyeka air mata mereka masing-masing. Mereka seakan merasakan apa yang Angeline rasakan.   Tiba-tiba suster melihat monitor di samping brankar ibu Angeline.   “Dokter!” seru suster tersebut sambil menunjuk monitor.   Dokter langsung bergegas memberikan pertolongan yang sama seperti yang dilakukannya kepada ayah Angeline. Angeline terdiam, otaknya langsung berpikir keras, memikirkan apa yang terjadi.   Angeline bangun dan memperhatikan apa yang di lakukan oleh dokter dan dua perawat tersebut yang sedang mencoba memacu jantung ibunya dengan alat pacu jantung. Beberapa kali Dokter tersebut melakukannya namun beberapa kali juga tidak ada yang berubah.   Angeline menangis sejadi-jadinya.   “Mama..” panggil Angeline langsung berlari ke arah mamanya.   Dokter menggeleng, “Innalillahi wa innailaihi raajiun.” kata dokter tersebut.   “Innalillahi wa innailaihi raajiun.” kedua suster tersebut juga mengucapkan kalimat yang sama.   “Mama! Tidak! Tidak, tolong mamamu, Dokter. Aku baru saja kehilangan Papa. Tolong aku, aku tidak mau kehilangan Mama juga. Dokter tolong akuu!” seru Angeline.   Dokter kali ini hanya bisa diam mendengar apapun yang dikatakan oleh Angeline. Melihat kedua orang tua yang meninggal secara bergantian tentulah membuat Angeline merasa sangat terpukul atas kejadian ini.   Kedua suster tersebut hanya bisa mengusap-usap bahu Angeline.   Angeline menciumi wajah ibu yang juga sangat disayanginya. Angeline tidak kuasa melihat wajah pucat ibunya.   “Mama..” kata Angeline.   BUG!   Angeline yang tidak bisa menerima kenyataan langsung jatuh pingsan. Ini kali pertama dalam hidup Angeline, Angeline pingsan. Padahal, dia tidak pernah pingsan, bahkan meski sering dijemur saat upacara, Angeline tidak pingsan. Fisik Angeline sangatlah kuat, mudah sakit.   Angeline benar-benar tidak siap menyandang status yatim-piatu saat ini. Angeline tidak siap kehilangan kedua orang tuanya yang sangat disayanginya. Angeline memang nakal dan selalu membuat onar. Namun, di balik ulahnya itu, Angeline tetaplah seorang anak yang sangat menyayangi orang tuanya. Dan tidak rela ditinggalkan kedua orang tuanya secara bersamaan.   ***   Angeline membuka mata, dirinya kini mendengar suara orang-orang yang mengaji. Angeline langsung sadar lalu bangun. Seketika pikirannya kembali pulih dan dirinya kembali mengingat apa yang telah terjadi.   Angeline mencoba mengamati ruangan, ternyata dirinya ada di kamarnya. Ntah apa yang terjadi namun yang jelas Angeline sudah berada di kamarnya lagi.   Angeline langsung keluar kamar dan menghampiri suara pengajian tersebut. Angeline keluar kamar lalu melihat banyak orang yang sedang membacakan Surat Yasin untuk kedua orang tuanya yang ada di tengah-tengah.   “Mama, Papa..” kata Angeline yang jatuh terduduk di lantai.   “Non? Non tidak apa-apa?” tanya Mbok Inem.   “Papa dan Mama, Mbok..” kata Angeline sambil menangis.   Mbok Inem pun langsung memeluk Angeline hingga kini Angeline tambah menangis di pelukannya hingga bajunya kini terasa sangat basah.   “Yang sabar ya, Non. Allah SWT panggil orang tua Non karena Allah SWT sayang sama Non.” kata Mbok Inem.   Angeline terdiam namun hatinya benar-benar merasa kalau hidup ini tidak hadir. Baru tadi pagi dirinya bermain dan tertawa ria di sekolah namun sekarang dirinya justru menangis seperti saat ini. Angeline benar-benar merutuki semuanya.   “Hidup benar-benar tidak adil, Mbok. Benar-benar tidak adil!” seru Angeline.   “Istighfar, Non. Istighfar..” kata Mbok Inem.   Angeline benar-benar merasa terpuruk. Dirinya mulai bingung dan terus menyalahkan takdir. Kini Angeline bingung, ketika semuanya mengaji untuk kedua orang tuanya, dirinya justru bingung harus melakukan apa. Dirinya tidak pernah mau mendekati Tuhan. Bahkan, dirinya bahkan tidak tahu apa agamanya yang.   Karena meski di sekolah dirinya mendapatkan pelajaran agama, dirinya tetap tidak pernah melaksanakan ibadah manapun dari semua pelajaran itu.   Angeline merasa kosong. Dirinya ingin sekali meminta, meminta kepada siapa? Pertanyaan itu kini terus berputar di benaknya. Namun, dirinya mengingat belakangan orang tuanya sudah masuk islam.   “Ya Allah..” kata Angeline lirih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD