Awal Bencana

1833 Words

Elena bersiap untuk melakukan penerbangan ke Bali. Sarapan telah tertata di atas meja, ia melihat Excel tidur dengan nyenyak dan cukup membuat heran karena itu pertama kalinya. Pria itu memang sangat tampan melebih Diego. Dengan rahang keras, bibir tipis dan alis yang naik membuat tatapannya tajam.   “Apa dia tidak akan bangun?” Elena menyentuh hidung mancung Excel dan berjalan menuju ruang makan, menikmati sarapan sendiri.   “Maaf, Excel. Penenerbanganku di percepat.” Elena menempelkan pesan di cermin meja rias dan pergi setelah selesai sarapan.   Sebuah taksi telah menunggu di depan apartemen untuk menjemput Elena, di dalam telah ada Sintia yang akan menemani bosnya melakukan perjalan bisnis.   “Selamat pagi, Nona.” Sintia tersenyum.   “Kenapa penerbangan kita di percepat?” El

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD