4. Evelina

972 Words
Sekitar dua bus rombongan SMA Catur Wulan diberangkatkan menuju desa yang akan menjadi tempat hiking tahun ini. Banyak sekali murid dari dua jurusan yang berbeda mengisi setiap bangku bus, termasuk pada The Handsome Guy. Ketiga lelaki tampan itu benar-benar mengejutkan duduk di dalam bus yang sama, meskipun sempat terjadi drama mengejutkan akibat Zafran bersikeras untuk tetap bersama Evelina. Gadis ber-hoodie biru laut dengan kupluk hitam menghiasi kepalanya. Tentu saja drama perdebatan tidak hanya menghiasi luar bus, melainkan di dalam mereka melakukan hal yang sama. Membuat Pak Handiarto mau tidak mau harus turun tangan mentertibkan keduanya. “Sudah, kalian berdua ini Bapak izinkan di sini agar bisa tetap tenang. Jadi, duduklah sesuai dengan tempat duduk yang ada, biarkan Eve bersama Jo,” ucap Pak Handiarto memijat kepalanya dengan lelah. “Lho, kok begitu, Pak!?” protes Reyhan dan Zafran bersamaan. “Kalau tidak mau, ya sudah kalian berdua turun lagi,” balas Pak Handiarto sinis. Akhirnya, mau tidak mau mereka pun menuruti perkataan lelaki paruh baya tersebut yang menjadi wali kelas 11 IPS 2. Sebab, keduanya jelas mementingkan nilai daripada harus berurusan dengan guru yang terkadang sering melakukan hal-hal kurang masuk akal. Sedangkan Evelina dan Jordan pun duduk berdampingan tepat di belakang Bu Liane yang duduk bersama Pak Handiarto selaku dua wali kelas berbeda tersebut. Di samping mereka tampak beberapa guru muda yang menjadi pendamping. Kini bus pun bergerak lambat menuju tol luar kota yang akan menjadi rute perjalanan menuju desa terpenting. Semua perjalanan dipimpin oleh salah satu orang suruhan dari ayah Reyhan yang sengaja datang untuk menjadi tour guide agar rombongan tidak salah menempuh, karena cukup sulit menggunakan petunjuk jalan. Selama menuju desa terpencil yang akan menjadi tempat hiking, suasana bus tampak sepi dengan beberapa murid terlihat sibuk memainkan ponsel ataupun menikmati perjalanan melalui jendela bus. Hal yang menyenangkan itu pun tampak dilakukan oleh Evelina. Gadis cantik nan manis itu menempelkan kedua telinganya menggunakan earphone bervolume kecil sembari menikmati suasana perjalanan. Lain halnya dengan Jordan terlihat sibuk membaca buku tebal di tangannya. Lelaki itu pasti akan melakukan kegiatan membosankan yang baginya menyenangkan dengan reading book everywhere. Untung saja yang duduk bersama lelaki kalem itu adalah Evelina. Sehingga Jordan bisa dengan leluasa menikmati kegiatannya tanpa diganggu oleh dua sahabat jahilnya yang sekarang sedang melakukan one by one pada video game online tepat di belakang kursi. Bahkan Evelina samar-samar mendengar banyak u*****n membuat gadis itu mengembuskan napasnya panjang. Sejenak Evelina memperhatikan sekitar kursi bus yang memperlihatkan banyak anak lelaki memejamkan mata menikmati setiap goncangan lembut menjadi pengantar tidur. Mereka berempat memang sengaja duduk pada barisan paling depan yang isinya para lelaki agar Evelina tidak merasa canggung ketika ingin berbincang. Dan benar saja, gadis berkupluk manis itu pun menoleh ke arah belakang kursi membuat Jordan yang awalnya membaca penuh konsentrasi pun mulai buyar dan menatap ke arah Evelina yang terlihat berusaha memanggil Zafran dalam volume kecil. Membutuhkan banyak perjuangan sebelum akhirnya Zafran menurunkan volume dan mendengar panggilan dari sahabat kecilnya. Membuat lelaki itu seketika mematikan layar ponsel dan menatap ke arah Evelina yang terlihat kesal. Seakan mengetahui arti tatapan tersebut, Zafran meringis pelan. “Maaf, tadi gue terlalu sibuk main. Ada apa? Lo butuh sesuatu?” Evelina mengembuskan napasnya panjang, lalu mengangguk sembari berkata, “Gue mau cokelat.” “Cokelat? Punya gue?” Zafran mendadak bingung, tetapi tak urung lelaki itu bangkit dari kursi untuk mengambil ransel kecil yang berada di atas kursi. Tubuh tegap menjulang tinggi itu tampak menarik perhatian para gadis centil yang berada di belakang ternyata masih terjaga dengan berbincang ringan bersama lelaki playboy saingan Zafran. Untung saja lelaki itu lebih baik bergaul dengan Evelina sehingga memikirkan lebih jauh jika ingin menjalin cinta. Apalagi persahabatan mereka sudah terjalin lama dan dekat satu sama lain. Sehingga rasanya masih sangat berat jika harus meninggalkan sesuatu yang baru, tetapi sangat berharga. Setelah menemukan makanan permintaan Evelina, kemudian Zafran pun kembali duduk sembari menyerahkan cokelat tersebut sebagai permintaan Evelina yang sedikit aneh. Meski terkadang menggemaskan membuat hiburan tersendiri bagi Zafran. “Lo laper apa gimana, Ve? Tumben minta makanan, biasanya gue yang minta sama lo,” ucap Zafran tersenyum geli sembari menepuk lembut puncak kepala Evelina yang dibaluti oleh kupluk mungil. Evelina mendengkus pelan, lalu membalas, “Pagi ini kebetulan gue lupa bawa cemilan banyak, jadi mau enggak mau minta sama lo. Jangan pelit sama gue!” Demi melihat sikap Evelina yang natural, Zafran lebih baik mengalah. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa lelaki itu merasa hari ini sahabatnya sedikit berbeda. Walaupun tetap saja masih sedikit canggung akibat mereka berada di ruang lingkup umum. Sejenak Evelina pun membuka bungkus cokelat milik sahabatnya dengan perhartian Jordan sedikit terusik membuat lelaki itu menoleh. Namun, kedua tangannya tetap setia memegang buku tebal tersebut. “Kenapa, Jo? Mau?” tawar Evelina memperlihatkan cokelat batang yang masih utuh. Jordan menggeleng pelan, lalu berkata, “Enggak, makasih. Gue cuma ngerasa aneh aja ngelihat lo makan cokelat dengan hasil minta dari Zafran.” Evelina meringis pelan. Ia sama sekali tidak menyangka perbuatannya bisa menarik perhatian dari seorang lelaki yang hampir acuh tak acuh pada situasi di sekitarnya. “Jangan merasa bersalah, Ve. Terkadang Jo emang suka berlebihan menganggap sesuatu,” sahut Reyhan dari belakang dengan menaruh dagunya pada sandaran kursi milik Jo. Melihat kedua sahabatnya begitu mencari perhatian pada Evelina, Zafran pun langsung menyelinapkan tangannya dengan memegang dua sisi kepala gadis mungil tersebut untuk tetap meluruskan pandangannya. “Stay halal, Eve. Jangan peduliin omongan tetangga, kamu istimewa,” kata Zafran bernada setengah menyindir dua sahabatnya yanng terlihat menyebalkan. Bahkan mereka berdua bisa dengan kompak menarik perhatian Evelina membuat Zafran merasa sedikit cemburu. Sedangkan Evelina yang mendapat perlakuan tiba-tiba dari sahabatnya pun tersenyum geli dan mulai menikmati cokelat tersebut. Sesekali ia menatap ke arah luar jendela. Kebetulan gadis itu duduk tepat di dalam membuat Jordan menutup jalan keluar hingga Evelina tidak bisa bergerak, selain menggeser tubuhnya untuk mengintip Zafran di belakang kursi miliknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD