Bab. 52

1863 Words
   Aku membuka pintu kamar rawat inap ibu. Berjalan masuk dengan tangan ku yang menjinjing tas yang berisi baju-baju milik ibu dan buku-buku pelajaran yang akan aku pelajari nanti malam untuk persiapan ujian terakhir besok. Namun, aku bingung. Aku tidak melihat ibu di dalam kamar ini.    "Ibu?" panggil ku sambil berjalan menuju sofa untuk menaruh tas yang aku jinjing ini di sana. Tapi, tak ada sahutan dari ibu. Lalu, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Aku menolehkan kepala ku, ternyata itu ibu yang membuka pintu kamar mandi. Dengan segera aku pun berjalan menghampiri ibu untuk membantu nya menuju ke arah kasur nya tersebut.    "Eh sudah datang nak," ucap nya ketika aku berjalan menghampiri nya. Aku pun langsung saja memegang lengan ibu. Membantu nya berjalan.     "Daritadi sampai nya Aruna?" tanya ibu ketika ia sudah berada di atas kasur nya itu.     "Tidak Bu, baru aja sampai," jawab ku.     "Kesini sama siapa? Sama ayah?" tanya nya lagi. Aku yang sedang mengeluarkan buku-buku pelajaran ku pun langsung mendongakkan kepala ku. Menatap kearah ibu yang sedang tiduran dengan posisi miring menghadap diri ku.     "Naik ojek online," jawab ku.    "Loh ayah kau kemana? Dia tak ada di rumah memang tadi?" tanya nya heran.    "Ibu seperti tidak tau ayah saja, keajaiban sekali kalau ayah mau mengantar ku ke sini," ucap ku sambil membuka buku pelajaran ku. Lalu, ibu pun tak menyauti lagi ucapan dari ku.     "Kau terakhir ujian kapan?" tanya ibu memulai pembicaraan yang baru.     "Besok terakhir Bu," jawab ku.     "Oh yaudah, belajar yang rajin ya. Ibu tidur dulu, mata ibu sudah mengantuk," ucap nya.    "Ibu udah minum obat?" tanya ku.    "Udah kok, tadi udah dikasih sama suster," jawab nya. Lalu, ibu pun langsung membalikkan badan nya membelakangi diri ku yang sedang duduk di lantai dengan buku-buku pelajaran yang ku taruh di atas meja. Aku pun melanjutkan kembali kegiatan belajar ku. Untung saja besok hanya ada satu mata pelajaran yang diujikan, dan itu pun pelajaran yang aku suka, yaitu bahasa inggris.     Cukup lama aku belajar di malam hari ini, aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan ku. Sekarang sudah jam sepuluh malam. Dan ayah pun ku pikir akan ke sini menemani ku untuk menjaga ibu, nyatanya tidak. Bahkan, Ayah tidak menanyakan dimana rumah sakit ibu di rawat. Aku yakin saat ini pastinya ayah sedang melakukan kebiasaan nya itu, yaitu berjudi dan minum-minum bersama teman-teman nya. Aku berdiri dan berjalan menuju kasur pasien yang ditidurin oleh ibu. Aku melihat wajah ibu yang pucat. Ibu pasti sangat kecapean sehingga membuat nya, sakit seperti ini.    "Cepat sembuh ibu," gumam ku sambil menatap wajah nya. Aku kambali melangkah menuju kamar mandi, bersih-bersih untuk bersiap tidur. Setelahnya, aku langsung saja menggelar karpet tipis yang telah aku bawa dari rumah. Karena, di sini tidak di sediakan sofa panjang, jadi aku tidur di karpet yang aku gelar di lantai. Pun aku langsung saja memejamkan kedua mata ku, mencoba untuk tidur walaupun hawa disini sangat dingin menusuk tulang-tulang ku. ---    "Aruna... Sayang... Bangun nak," ketika aku sedang tertidur, aku mendengar sayup-sayup suara perempuan. Pun aku langsung saja membuka kedua mata ku dan langsung melihat wajah ibu yang berada di hadapan ku.    "Bangun Aruna .... Kau tak sekolah? Udah jam setengah tujuh loh," ucap ibu. Aku mengucek-ngucek mata ku. Kemudian, aku meregangkan otot-otot tubuh ku. Badan ku terasa sakit sekali, tentunya karena aku tidur hanya beralaskan karpet saja.     "Jam berapa Bu?" tanya ku, karena aku tak mendengar jelas ucapan ibu tadi. Karena, suara ibu yang memang masih sangat lemah.     "Sudah jam setengah tujuh, mandi dulu sana, kau bawa baju seragam sekolah kau kan?" tanya nya. Aku pun mengangguk, lalu langsung mengambil handuk kecil di dalam tas. Segera aku pun membersihkan tubuh ku di kamar mandi. ---    "Aruna, kau sarapan di sekolah saja ya nak," perintah ibu kepada ku, ketika aku sudah keluar dari kamar mandi dengan sudah menggunakan pakaian seragam sekolah ku hari ini.     "Iya Bu, untuk sarapan gampang kok. Oh iya, ibu sudah sarapan?" tanya ku balik sambil berjalan menuju tas yang berisikan baju-baju ibu, aku pun mengambil ikat pinggang rok ku di dalam tas tersebut.    "Mungkin sebentar lagi, suster akan mengantar sarapan dan obat untuk ibu," jawab nya. Aku mengangguk paham.     "Oh iya, ibu aku tinggal sendirian disini atau aku telpon ayah untuk menemani ibu di sini?" tanya ku. Ibu menggelengkan kepala nya.    "Tak usah, kau tak usah telpon ayah kau. Lagian, belum tentu juga dia akan datang kesini bukan?" ucap nya.    "Iyaudah ibu, jaga diri ibu ya. Nanti pulang sekolah aku langsung kesini," ucap ku kepadanya. Ibu mengangguk.     "Aku pamit berangkat sekarang ya Bu," ucap ku sambil mencium punggung tangan kanan ibu. Ibu mengelus puncak kepala ku.    "Hati-hati sayang," aku tersenyum. Dan aku langsung saja berjalan meninggalkan ibu di ruangan nya ini sendirian. Aku berpikir nanti aku akan mengirimkan pesan kepada ayah untuk menemani ibu selama aku berada di sekolah. Ketika aku sudah berada di gerbang rumah sakit, aku menyetopi bentor yang lewat di depan ku.    "Pak anterin ke SMA pelita nusa ya," ucap ku sambil naik.    "Okee dek,"  ---     Abraham membuka kedua mata nya. Lalu, mengubah posisi nya menjadi duduk di atas kasur. Mengangkat kedua tangan nya ke atas untuk meregangkan otot-otot nya.      "Hahh!! Nyenyak sekali tidur saya semalam," ucap nya sambil menyibakkan selimut yang di gunakan oleh nya itu. Lalu, Abraham berjalan untuk mengambil handuk yang tergantung dan langsung saja masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya.      Tidak lama bagi Abraham untuk membersihkan tubuh nya. Abraham pun keluar dari kamar mandi dengan handuknya yang dililit di pinggang nya. Lalu, Abraham membuka membuka lemari baju nya dan langsung mengambil asal baju dan celana nya itu. Setelah berpakaian, Abraham langsung berjalan keluar kamar menuju dapur untuk segera sarapan pagi. Namun, apa yang dilihat oleh nya di dapur itu pun langsung membuat Abraham marah. Di atas meja makan tidak ada satupun makanan yang tersedia. Bahkan Abraham mengecek rice cooker, dan di sana pun tak ada nasi.     "Tidak berguna!!! Benar-benar ya si Aruna itu! Anak kurang ajar! Bisa-bisanya dia tidak menyiapkan sarapan untuk saya," ucap Abraham sambil menendang kursi di dekat nya.     "Sialan! Mau makan apa saya pagi ini! Duit tidak punya lagi," ucap Abraham. Abraham membuka pintu kulkas, dan di sana hanya ada sepotong roti sisa saja. Lantas, Abraham langsung saja mengambil sepotong roti itu dan langsung melahap nya. Abraham kembali masuk ke dalam kamar nya dan mencari ponsel nya itu. Setelah menemukan ponsel nya, Abraham mengusap layar kunci ponsel nya agar terbuka. Tepat di sana Aruna mengirimkan sebuah pesan untuk nya. Abraham membuka pesan dari anak nya tersebut.     "Saat ini aku sedang ada di sekolah, dan ibu berada di rumah sakit sendirian. Tolong ayah temani ibu dulu di rumah sakit murni teguh selama aku sekolah,"     Begitulah isi pesan dari Aruna.      "Dasar anak tidak tau diri, dia pikir dia siapa seenaknya menyuruh saya seperti itu," ucap Abraham sambil menutup kembali ponsel nya dan menaruh di atas meja kecil di samping tempat tidur nya.     "Di sana ada makanan tidak ya? Pasti ada, baiklah daripada saya di rumah kelaparan. Mending saya ke rumah sakit, siapa tau disana banyak makanan. Dan saya juga mau minta duit ke Emma lah," ucap nya dengan santai tanpa memikirkan kondisi Emma sekarang. Lalu, Abraham langsung saja berdiri dan membuka kembali lemari pakaian nya dan mengganti pakaian nya tersebut. Setelah itu, Abraham mengambil kunci motor yang tergantung di dinding. Setelah mengunci pintu rumah nya itu, Abraham berjalan menuju motor nya yang terparkir di samping jemuran pakaian. Abraham menyalakan mesin motor nya.      "Heh Abraham! Istri kau kemana? Kok dari kemarin tidak keliatan?" tanya Bu Wati yang kebetulan lewat rumah Abraham.     "Lagi sakit Emma nya Bu, ini saya mau ke rumah sakit," jawab nya.     "Sakit apa emangnya? Kok sampai masuk rumah sakit?" tanya Bu Wati penasaran. Abraham berpikir sebentar. Memikirkan Emma terkena sakit apa.     "Sakit biasa Bu, kecapean lah," jawab Abraham asal. Karena memang Abraham benar-benar tidak tau penyakit yang diderita Emma sekarang. Abraham juga lupa apakah Aruna udah memberitahukan penyakit istrinya itu atau belum.     "Ohh, cepat sembuh ya," ucap Bu Wati. Lalu, Bu Wati kembali melanjutkan langkah nya pergi.     "Banyak tanya sekali orang itu, mau bantu aja tidak," dumel Abraham. Kemudian Abraham pun menjalankan motor nya menuju rumah sakit.  ---     Setibanya Abraham di rumah sakit murni teguh, Abraham langsung saja masuk ke dalam rumah sakit setelah memarkirkan motor nya itu. Karena, Abraham tak mengetahui dimana ruangan istrinya di rawat, Abraham berjalan menghampiri meja resepsionis. Menanyakan kepada suster di sana tentang dimana ruangan istrinya di rawat itu. Setelah Abraham mengetahui ruangan istrinya di rawat, Abraham berjalan menuju lift untuk ke lantai 2. Abraham mencari ruangan istrinya. Setelah menemukan kamar rawat inap istrinya, Abraham tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, langsung saja ia membuka pintu kamar rawat inap tersebut. Dan di sana Abraham menemukan istrinya yang sedang memakan buah-buahan yang sudah di potong-potong. Emma menoleh ke arah pintu kamar rawat inap nya, melihat siapa yang tiba-tiba membuka pintu nya tersebut tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Abraham menutup pintu tersebut dan langsung berjalan menuju Emma yang beraad di atas kasur.     "Enak sekali kau makan di sini ya. Saya di rumah belum ada tuh mengisi perut saya dengan makanan," ucap Abraham langsung membahas makanan tanpa menanyakan terlebih dahulu kesehatan dari Emma.     "Yaampun bang, kau tidak lihat saya sedang sakit seperti ini? Kau kok sebagai suami bukannya menanyakan keadaan saya malah bilang seperti itu," ucap Emma tidak menyangka dengan sikap Abraham. Abraham tak mempedulikan ucapan dari Emma. Abraham malah mengambil langsung satu buah apel utuh yang berada di atas meja samping kasur Emma dan langsung memakan nya dengan santai. Abraham berjalan menuju sofa tunggal yang tersedia di pojok kamar.      "Bang! Ini ambillah uang ini, kau pasti ingin makan kan," ucap Emma tiba-tiba sambil menyodorkan uang selembar lima puluh ribu kepada Abraham. Abraham menatap istrinya dan matanya langsung saja terlihat berbinar sekali melihat uang yang di sodorkan oleh Emma. Abraham dengan semangat berjalan menuju Emma dan langsung mengambil uang tersebut dan ia masukkan ke dalam saku jaket nya.      "Daritadi kenapa sih," ucap Abraham ketus. Emma hanya menggelengkan kepala nya itu melihat sikap suami nya yang seenaknya kepada dirinya.     "Saya ke kantin dulu, mau makan," pamit Abraham. Namun, ketika Abraham membuka pintu, di hadapan nya itu sudah ada 2 orang wanita dewasa yang umurnya tidak beda jauh dengan nya.     "Eh! suaminya Emma ya?" tanya salah seorang perempuan tersebut. Abraham menaikkan salah satu alis nya.      "Perkenalkan saya Winda, teman kerja Emma di cafe dan sebelah saya ibu Anggun, kepala staf kami bekerja di cafe," ucap Winda sambil mengulurkan tangan nya. Abraham pun tersenyum dan menyambut uluran tangan dari Winda.     "Abraham. Suami dari Emma. Kalau gitu, silakan masuk," ucap Abraham sambil menggeserkan tubuh nya ke samping, mempersilahkan Winda dan Anggun untuk masuk.      "Emma! Ini ada teman kerja kau," ucap Abraham memberi tahu. Emma yang sedari tadi menatap Abraham yang sedang mengobrol oleh seseorang itu pun langsung tersenyum ketika mengetahui siapa orang tersebut.      "Mba Winda, Bu Anggun," ucap Emma tersenyum. Mereka pun menghampiri Emma.     "Oh iya mohon maaf sebelumnya, saya tinggal dulu ya keluar," pamit Abraham.      "Iya pak, silakan," balas Winda. Abraham pun langsung saja keluar dan menutup kembali pintu kamar rawat inap Emma.      "Ada untungnya juga kan saya datang kesini, bisa dikasih duit sama Emma walaupun dia sedang sakit seperti itu hahaha," ucap Abraham sedikit terkekeh sambil melangkah menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD