Bab. 20

1830 Words
Aruna       Setelah aku membayar ojek yang ku pesan tadi pada saat di rumah, aku pun langsung berjalan masuk ke dalam kelas. Melangkah untuk menuju ke dalam kelas. Hari ini adalah hari Senin. Yang mana nanti, akan ada pengumuman nama-nama yang berhasil membawa piala di olimpiade kemarin. Sekaligus penyerahan piagam dan piala, serta hadiah mungkin? Aku pun berjalan dengan bersenandung pelan. Entahlah, hari ini suasana hati ku sedang sangat senang sekali. Aku pun berjalan masuk ke dalam kelas. Dan ketika aku melihat tempat duduk ku yang berada di pojok dengan sebuah tas berwarna merah muda yang sudah ada di sebelah kursi tempat ku biasa duduk, aku pun mengernyit heran. Siapa pemilik tas tersebut?         Tringggg! Tringgg! Tringgg!       Bel masuk pun sudah berbunyi.      "Selamat pagi anak-anak, pagi ini kita akan melakukan upacara bendera yang seperti biasa nya kita lakukan di setiap hari Senin. Di harapkan anak-anak baik yang berada di dalam kelas atau pun yang berada di luar kelas, harap langsung pergi ke lapangan dan membuat barisan sesuai kelas kalian masing-masing. Segera! Terima kasih," ucap salah satu guru yang mengumumkan lewat speaker sekolah. Aku pun langsung saja menaruh tas sekolah ku yang berada di punggung ke kursi biasa yang ku duduki. Aku pun tak memikirkan lagi siapa pemilik tas berwarna merah muda itu. Sebelum keluar kelas, tak lupa aku mengambil topi yang ku taruh di dalam tas. Setelah itu aku pun berjalan keluar kelas. Menuruni tangga untuk menuju ke lapangan. ---       Aku pun berdiri di barisan depan. Saat ini upacara sudah mencapai bagian pembina upacara memberikan amanat nya kepada siswa-siswi di sekolah. Cuaca juga sudah sangat terik sekali. Hari ini rasa nya matahari seperti tepat sekali berada di atas kepala. Aku melihat banyak siswa siswi yang sudah di bawa pergi ke ruangan UKS, karena sudah tidak kuat lagi mengikuti upacara sampai selesai. Sekarang, tibalah waktu nya pengumuman tentang pemenang-pemenang yang mengikuti olimpiade kemarin. Nama ku pun di sebut oleh pembina upacara.       "Aruna Ardella Felicia dan Bobby Deol, silahkan maju ke depan," aku pun langsung saja berjalan ke arah pembina upacara. Aku pun menoleh melihat Bobby pun berjalan keluar dari barisan nya menuju ke pembina upacara juga.        "Baiklah anak-anak sekalian, mereka adalah salah satu peserta yang mengikuti olimpiade kemarin dengan mata pelajaran bahasa inggris, dan mereka pun berhasil mengharumkan nama sekolah kita! Aruna dan Bobby berhasil mendapatkan juara pertama di olimpiade bahasa inggris kemarin, dan nanti mereka pun akan melanjutkan ke tahap nasional, berikan tepuk tangan kalian kepada mereka," ucap pak kepala sekolah dengan semangat dan menepuk kedua tangan nya tersebut. Kepala sekolah pun turun dari atas podium yang ia gunakan untuk berdiri memberikan amanat upacara tadi, ia pun menghampiri kami yang mengikuti olimpiade kemarin. Ia memberikan piagam, piala, medali, dan hadiah yang berada di amplop yang kami terima.         "Terima kasih pak," ucap ku sambil mencium tangan kepala sekolah.         "Nanti kalian setelah selesai upacara jangan masuk ke kelas dulu ya, kita akan melakukan sesi foto bersama dengan dewan guru lain nya," pesan pak kepala sekolah kepada kami semua.         "Baik pak," jawab kami dengan kompak. Setelah nya aku dan yang lainnya pergi kembali berjalan ke barisan kelas masing-masing. ---         Hari ini Emma tidak bekerja. Ya, atasan nya memerintahkan bahwa cafe tempat Emma bekerja itu di liburkan dulu selama 2 hari. Katanya, atasan Emma itu ingjn memberikan hari libur kepada para pekerja-pekerja yang ada di cafe. Karena, selama ini semua pekerja-pekerja di cafe belum pernah mendapatkan hari libur. Jadi, bos Emma pun memutuskan untuk meliburkan cafe nya tersebut selama 2 hari. Emma pun seperti biasa membersihkan rumah nya agar terlihat bersih. Walaupun rumah nya kecil, tapi Emma tidak ingin rumah nya itu terlihat sangat kotor seperti ruang yang tidak berpenghuni. Ketika Emma ingin mengambil sampah-sampah yang sudah di berada di dalam karung dan Emma ingin mengikat karung sampah tersebut untuk ia bawa ke depan rumah nya agar nanti tukang sampah yang biasa bertugas mengambil nya, tanpa sengaja Emma melihat ada sebuah botol di dalam karung sampah nya tersebut. Emma pun dengan rasa penasaran nya, ia pun mengulurkan tangan nya ke dalam karung sampah tersebut untuk mengambil botol apa yang berada di dalam karung itu. Emma pun mengeluarkan botol tersebut. Meneliti botol tersebut, karena botol tersebut benar-benar tidak ada merek nya dan warna botol itu pun sangat gelap. Emma pun berniat untuk mencium aroma dari botol tersebut. Karena, itu cara satu-satunya mengetahui botol apa yang Emma pegang di tangan nya itu. Ketika Emma mendekatkan hidung nya untuk mencium aroma dari botol yang ia pegang itu, lantas Emma dengan segera menjauhkan botol itu kembali.        "Ouhh! Bau sekali," Emma pun mencium sekali lagi bau dari botol yang di pegang tangan nya itu. Karena, ingin memastikan nya sekali lagi. "Bau alkohol?" ucap Emma dengan kening yang mengernyit.        "Siapa yang minum alkohol di rumah?" ucap nya kembali. Emma pun berpikir sebentar.         "Abraham??? Ya! Sepertinya benar, Abraham yang meminum minuman alkohol ini di rumah, selain ia memang siapa lagi yang minum minuman seperti ini, aku harus bertanya kepada nya, sekarang" ucap Emma sambil bangun dari posisi nya yang sedang berjongkok di depan pintu belakang rumah nya. Emma meletakkan kembali karung yang berisikan sampah itu dan membawa masuk botol alkohol yang ia ambil dari dalam karung sampah tadi. Emma masuk ke dalam rumah nya kembali, berjalan pergi untuk menemui suami nya itu. Emma yang mendengar suara dentingan sendok dengan piring di dekat ruang tv pun langsung saja berjalan ke arah sana. Pasti di sana suami nya sedang enak-enakan makan sarapan pagi nya. Emma langsung saja meletakkan botol alkohol nya yang ia pegang di tangan nya di atas meja dengan kasar, sampai menimbulkan bunyi. Abraham yang sedang makan sambil melihat berita-berita yang di tayang di tv pun terkejut, namun langsung mengubah ekspresi wajah nya seperti biasa kembali dan tetap melanjutkan kegiatan makan sarapan nya itu.        "Apa ini??" tanya Emma masih menahan amarah nya. Abraham yang merasa dirinya di tanya oleh istri nya pun langsung mendongak melihat ke arah Emma.        "Apa?" tanya Abraham dengan santai nya.       "Kau malah bertanya balik?? Kau tak lihat botol apa yang saya taruh di atas meja itu?!" Abraham hanya melirik botol tersebut, lalu kembali mengalihkan pandangan nya ke acara yang di siarkan di tv. Abraham masih tidak menghiraukan ucapan dari istri nya itu.       "Kau tau kan aturan yang telah di buat di rumah ini?" tanya Emma dengan masih menahan amarah nya agar tidak kelepasan. Abraham hanya mengangguk tidak menganggap serius ucapan-ucapan yang di lontarkan dari istri nya itu.        "Kau boleh minum minuman alkohol seperti ini, terserah kau ingin meminum alkohol seberapa banyak botol. Tapi, kau harus ingat! Kau jangan pernah meminum minuman alkohol seperti ini di rumah, kan sudah saya bilangin dari dulu," ucap Emma mengingatkan peraturan yang di buat di rumah nya dulu. Abraham masih saja tidak merespon ucapan dari istri nya itu.         "Abraham!!!!!" panggil Emma dengan nada yang sedikit meninggi. Abraham yang sedang menyuapkan nasi ke dalam mulut nya, mendengar istri nya memanggil nya dengan sedikit bentakan, langsung saja Abraham membanting piring yang masih berisikan nasi dan lauk pauk nya itu ke atas meja sampai nasi yang berada di atas piring nya itu sedikit berceceran.        "Apa?!!! Kau berani membentak saya hah?!!" tanya Abraham dengan mata yang sudah melotot. "Jangan sementang kau yang memiliki rumah ini, dan kau melarang saya melakukan hal-hal kesukaan saya di rumah ini ya Emma!" ucap Abraham sambil menunjuk-nunjuk wajah Emma dengan jari telunjuk nya itu. Emma pun mengernyitkan kening nya mendengar ucapan dari suami nya itu.        "Hah? Dengar ya Abraham, saya tidak pernah melarang hal-hal yang kau perbuat selama ini. Tapi, untuk kali ini saya sangat tidak menyukai nya. Kenapa kau meminum alkohol di rumah hah? Apa kau tidak ingat kalau di rumah ini ada anak kau? Ada Aruna di rumah ini. Seharusnya kau sebagai ayah nya memberikan contoh yang baik kepada Aruna, sudah kau tidak menafkahi nya saja aku sudah menerima, tapi tolong kau berikan contoh yang baik untuk Aruna, jangan malah kau memberikan contoh yang tidak baik seperti ini. Terserah kau ingin meminum alkohol banyak-banyak atau bermain judi, tapi kau harus melakukan itu semua di luar rumah, jangan di saat kau ada di rumah!!" ucap Emma dengan nada yang sudah meninggi. Sungguh, Emma sudah geram sekali dengan kebiasaan suami nya itu. Hidup nya tidak ada guna nya.        "Apa urusan kau hah?! Aruna juga sudah melihat nya kemarin, bahkan ia yang membereskan semua sampah-sampah bekas ku itu," ucap Abraham dengan santai nya.        "Kau masih bertanya apa urusan saya??? Dan apa tadi kau bilang?? Ini semua Aruna yang membereskan semua sampah-sampah kau itu? Kau tak malu? Hey Abraham! Apa kau tak malu dengan anak kau? Kau itu memiliki peran sebagai ayah nya Aruna! Dan perilaku kau itu tak mencerminkan seorang ayah untuk Aruna, kau tak malu hah???" ucap Emma sambil menunjuk wajah Abraham. Abraham pun menepis jari telunjuk istri nya tersebut dari hadapan nya.        "Turunkan jari telunjuk kau itu. Bersikap lah yang sopan kepada suami kau ini dan kau jangan mengurusi hidup saya, kau urusi saja pekerjaan kau itu, jika perlu kau cari lah pekerjaan tambahan agar kau bisa mendapatkan uang banyak dan bisa memberikan saya uang setiap hari nya dan menyajikan makanan yang enak-enak setiap hari nya, itu lah tugas kau," ucap Abraham sambil bangun dari posisi duduk nya itu dan pergi melangkah keluar rumah. Emma pun menghela napas nya.         "ARGHHHH!!! KAPAN SAYA HIDUP TENANG? KAPAN HIDUP SAYA INI BERUBAH? KAPAN? KAPAN? SAYA TIDAK INGIN MEMILIKI HIDUP YANG SEPERTI INI!! semuanya kekurangan, memiliki suami yang tidak berguna seperti dia, kapan saya mendapatkan kebahagiaan di dalam hidup saya tuhan??? ..... Tuhan .... Kuat kan lah saya, masih banyak kebutuhan-kebutuhan di rumah ini yang harus saya penuhi, kebutuhan Aruna dan lain-lainnya," ucap Emma yang sudah terduduk di kursi dan menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan nya itu. Emma pun tidak ingin berlama-lama meratapi nasib nya itu. Emma bangung dari duduk nya dan mengambil piring dan gelas serta botol alkohol yang ia bawa tadi. Emma membawa barang-barang semua itu ke dapur. Botol alkohol yang Emma bawa pun, dimasukkan nya lah kembali ke dalam karung yang berisikan sampah. Lalu, Emma mengangkat karung sampah tersebut dan membawa pergi ke halaman depan rumah nya.           Ketika Emma sedang menaruh karung sampah nya di tong sampah yang berada di depan pagar bambu rumah nya itu. Ada seorang Ibu-ibu yang menyapa Emma.         "Emma," panggil seorang Ibu-ibu itu. Ia adalah tetangga Emma. Emma pun menoleh ke belakang. Ternyata Bu Ajeng yang memanggil nya. Bu Ajeng adalah tetangga Emma yang sangat baik sekali kepada keluarga Emma. Aruna pernah bercerita, jika Bu Ajeng ini sering sekali mengirimkan makanan ke rumah nya untuk Aruna, karena Bu Ajeng tau, jika Emma jarang memasak di rumah karena sibuk bekerja.         "Eh Bu Ajeng, abis darimana Bu?" tanya Emma basa basi. Bu Ajeng pun menunjukkan kantong plastik yang entah berisikan apa di dalam nya.         "Dari pasar ini, Emma tidak kerja?" tanya Bu Ajeng. Emma pun menggeleng manjwab pertanyaan yang di lontarkan oleh Bu Ajeng.         "Lagi libur bu cafe nya selama dua hari,"         "Oh begitu, bagus lah ya jadi Emma punya waktu dengan keluarga, yaudah Emma ya saya pulang dulu, mau masak soalnya,"          "Iya Bu," ucap Emma dengan tersenyum. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD