Bab. 10

1789 Words
        "Ibuuu!! Ibuu!!" panggil ku. Aku mencari ke kamar, ke dapur, dan aku masih tidak menemui ibu.         "Kemana ya ibu," gumam ku. Ketika aku berbalik. Aku terkejut, aku melihat ayah sedang berjalan ke arah ku dengan handuk yang menggantung di leher nya. Aku pun minggir dari hadapan ayah. Ayah pun hanya melihat ku sekilas. Kemudian, ayah menarik kursi meja makan dan mengisi nasi beserta lauk pauk ke atas piring nya. Aku pun berniat untuk menghampiri Ayah. Aku pura-pura mengambil gelas dan menuangkan air di dalam teko yang berada tepat di hadapan ayah. Aku melirik-lirik ayah.          "Ayah ..." panggil ku. Ayah pun tidak menghiraukan ku. Ayah terus melanjutkan makan nya.           "Ayah, aku ingin minta maaf kepada ayah atas ucapan-ucapan yang aku lontarkan waktu itu, dimana ucapan ku mungkin saja membuat hati ayah sakit mendengar nya, aku mengaku salah ayah, tidak seharusnya aku bicara seperti itu kepada orang tua ku sendiri," ucap ku sambil menunduk. Tidak berani menatap ke ayah.           "Hmm," aku hanya mendengar deheman ayah.           "Ayah memaafkan aku?" tanya ku memastikan kepada ayah.          "Heem," aku maklum, mungkin ayah tidak ingin mengingat masalah kemarin lagi. Aku pun tersenyum.           "Terima kasih ayahhh!!!" ucap ku dengan girang. "Oh ya ayah, ngomong-ngomong aku punya kabar gembira untuk ayah dan ibu," ucap ku bersemangat. Ayah pun mendongak menatap ku sambil mengunyah makanan yang masih ada di dalam mulut nya itu. Aku pun melanjutkan ucapan ku.          "Jadi, tadi di sekolah aku di kasih surat rekomendasi untuk mengikuti olimpiade bahasa Inggris loh ayah, aku senang sekali mendapatkan kabar itu, akhirnya aku bisa mengikuti kembali olimpiade, dan ini mata pelajaran bahasa Inggris lagi, mata pelajaran yang aku sukai," ucap ku dengan semangat bercerita dengan ayah. Tapi, hati ku kecewa melihat ayah yang biasa-biasa saja mendengar kabar ini. Aku tau ayah memang tidak pernah peduli dengan ku, dengan aktivitas ku, dengan prestasi yang telah aku capai. Tapi, seenggaknya apa ayah tidak ingin mengucapkan kata selamat atau semacamnya gitu kepada ku.           "Oh baguslah," ucap ayah sambil menaruh piring bekas makan nya di atas wastafel. "Sudah ya, ayah ingin keluar dulu, kau jaga rumah ini baik-baik, dan ibu kau masih bekerja," ucap ayah sambil berjalan ke arah luar dan menutup pintu. Aku menghela napas. Tidak apa-apa yang penting ayah merespon kabar dari ku, walaupun hanya dua kata yang terlontar dari bibir ayah yaitu, 'oh baguslah' setidak nya itu adalah kalimat berarti untuk ku dari ayah.          Aku pun beranjak dari kursi yang ku duduki tadi, berjalan masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuh ku yang sangat lengket. Di luar sangat panas sekali, membuat aku lebih banyak keluar keringat. ---         Malam pun sudah tiba, tepat nya pukul sembilan malam, dan aku masih menunggu ibu pulang bekerja.          "Ibu lama sekali pulang nya," gumam ku. Aku pun berniat untuk membaca sebuah novel agar aku tidak mengantuk. Karena, besok tidak ada tugas di sekolah, jadi malam ini aku tidak belajar dahulu. Aku pun menutup novel yang sedang aku baca tadi, aku benar-benar tidak fokus untuk membaca nya. Aku sudah tidak sabar ingin memberitahu kabar bahagia ini kepada ibu. Aku pun berniat mengirimkan sebuah pesan kepada ibu, untuk menanyakan apakah ibu masih lama pulang dari bekerja atau tidak. Karena, jika ibu masih lama pulang nya aku akan tinggal tidur, biarkan esok saja aku memberitahu kabar ini. Ketika aku ingin mengetikkan sebuah pesan kepada ibu. Aku mendengar ada suara pintu yang terbuka. Aku pun bangun dari rebahan ku di kasur. Berjalan keluar dari kamar. Aku pun tersenyum. Benar saja, itu adalah ibu. Aku menatap ibu yang berjalan dengan perlahan-lahan. Aku pun tertawa kecil melihat nya. Karena, semua lampu sudah di matikan, kecuali lampu halaman luar jadi ibu tidak dapat melihat ku yang sedang berdiri di depan pintu kamar ku. Ketika ibu sudah berada di depan pintu kamar nya dan ingin menekan knop pintu kamar nya aku pun langsung saja memanggil nya.          "Ibu!" Ibu pun terkejut mendengar suara ku yang damga dekat di telinga nya.          "Aruna! Mengejutkan ibu saja, huh!" Aku pun tertawa kecil menanggapi nya.          "Kenapa kau belum tidur? Besok kau kan sekolah," Aku hanya menyengir saja mendengar ucapan ibu. Aku pun langsung saja menarik tangan ibu masuk ke dalam kamar ku. Dan aku membawa ibu untuk duduk di kasur ku.           "Tunggu sebentar ya ibu," Ibu pun hanya menatap ku bingung. Aku pun berjalan cepat ke arah meja belajar ku. Dan mencari kertas yang sebelumnya aku letakkan di selipan buku-buku. Ketika aku sudah menemukan surat itu aku pun langsung duduk di sebelah ibu di atas kasur.          "Ibu tebak aku punya kabar gembira buat ibu, tebak kabar nya itu apa hayo?" ucap ku dengan semangat. Ibu pun langsung saja berpikir dengan mengetuk-ngetuk pelan jari telunjuk nya ke kening nya.          "Apa ya? Beasiswa lagi?" tebak ibu. Aku pun hanya menggelengkan kepala ku.           "Bukannn, ayo tebak lagi selain itu apa?"          "Ahh ... Ibu tidak tau, ayo cepatlah beritahu ibu, ibu sudah sangat penasaran," aku pun terkikik mendengar ucapan ibu. "Jadiii, anak ibu ini dapat kabar bahwa anak ibu ini mendapat rekomendasi untuk ikut olimpiade bahasa Inggris nanti, jadi intinya anak ibu akan kembali bertarung di olimpiade bahasa Inggris nanti loh Bu!!!," ucap ku sangat bersemangat dan menyodorkan sebuah kertas yang di berikan oleh Pak Agung tadi.          "Hah? Beneran kau Aruna?" ucap ibu dengan nada tidak percaya.           "Iya dong hihihihi seneng banget deh aku Bu," tiba-tiba ibu pun memeluk diri ku. "Ibu juga sangat senang mendengar kabar ini Aruna, semoga kau mendapat juara pertama ya, ohya nanti ketika olimpiade tiba ibu akan menonton kau ya Aruna, jangan lupa beritahu ibu, ibu akan meluangkan waktu ibu untuk kau sayang," ucap ibu sambil mencium pucuk kepala ku.           "Ngomong-ngomong, kau sudah memberitahu ayah kau Aruna? Apa kau tadi bertemu dengan ayah kau?" Aku mengangguk. "Iya ibu, selepas aku pulang sekolah tadi, aku bertemu ayah, dan aku memberitahu kabar ini pada ayah,"           "Lalu? Respon ayah kau gimana? Pasti senang mendapat kabar seperti ini,"           "Respon ayah hanya bilang oh baguslah, itu aja kok Bu," ucap ku.            "Ehmm ... Sebenarnya ayah kau itu di dalam hati nya sangat senang sekali pastinya, hanya saja ayah kau tidak ingin mengungkapkan rasa senang nya itu kepada kau nak," ucap ibu. Aku pun mengangguk.           "Iya Bu, aku memahami ayah kok,"           "Baguslah, sekarang kau tidur ya, sudah malam, ibu akan bersih-bersih terlebih dahulu, sudah sangat lengket sekali badan ibu soalnya,"            "Iya ibu,"           "Yaudah ibu pamit ke kamar ya sayang," ucap ibu sambil mencium kening ku sebelum berjalan ke luar menuju ke kamar nya. ---            Sebuah kendaraan beroda empat dengan warna putih pun berhenti di sebuah halaman rumah yang tidak terlalu besar. Ya, Jogi beserta keluarga nya sudah tiba malam ini. Seharusnya mereka tiba di sore hari, karena di jalan yang sangat macet dan juga mereka berangkat kesiangan, akhirnya mereka tiba di malam hari. Perjalanan yang sangat melelahkan. Dan ternyata di rumah itu pun sudah ada satpam yang menunggu nya. Jogi pun segera keluar dari mobil dan menghampiri satpam tersebut. Mereka berbincang sedikit, sebelum pak satpam itu memberikan sebuah kunci. Kunci rumah itu.             "Baiklah, terima kasih pak," ucap Jogi kepada pak satpam.            "Iya pak, sama-sama," balas pak satpam sebelum melangkah pergi meninggalkan Jogi beserta keluarga nya. Jogi pun kembali ke mobil untuk membangunkan istri beserta anak nya. Ya, mereka berdua sudah tertidur, akibat perjalanan yang cukup jauh dan walaupun mereka hanya duduk saja, tapi tetap saja mereka akan sangat lelah.             "Tiar ... Tiar ... Bangun lah," ucap Jogi sambil menggoyangkan sedikit bahu Lamtiar. Karena, Lamtiar adalah orang yang mudah sekali terbangun dari tidur, langsung saja kedua mata Lamtiar terbuka.             "Kita sudah sampai?" tanya Lamtiar sebelum turun dari mobil.            "Iya, kita sudah sampai, cepat lah kau bangun kan Duma, sementara itu, aku akan menurunkan barang-barang kita dari bagasi mobil," suruh Jogi kepada Lamtiar. Lamtiar pun mengangguk mendengar suruhan dari suami nya itu.             "Duma ..." panggil Lamtiar.            "Hey Duma, ayo bangun cepat, kita udah sampai ini," ucap Lamtiar sambil memukul pelan paha Duma.             "Eungh ... Ada apa Bu?"            "Kita sudah sampai, ayo keluar dari mobil, bantu ayah kau mengeluarkan koper-koper di bagasi mobil," setelah itu Lamtiar pun langsung keluar dari mobil dan membantu suami nya untuk membawa koper-koper yang telah di turunkan ke halaman depan rumah nya tersebut. Duma yang telah di bangunkan oleh ibu nya tersebut, langsung saja keluar dari mobil sambil membawa boneka kesayangan nya itu.             "Ayah? Mau aku bantu?" tanya Duma menawarkan bantuan kepada Jogi.            "Ah tak usah Duma, kau duduk saja di depan situ tunggu ayah dan ibu kau selesai ya," ucap Jogi yang sangat perhatian sekali dengan Duma, karena Jogi tau Duma sudah sangat lelah. Duma pun menuruti perkataan ayah nya tersebut. Duma duduk di kursi halaman depan rumah nya tersebut. Mengedarkan pandangan nya ke seluruh tempat yang akan ia tinggali ini. Semoga saja Duma betah tinggal di sini.             "Duma, ayo masuk," Duma pun langsung mengalihkan pandangan nya ke arah ibu nya yang sudah ada di depan pintu rumah nya ini. Segera Duma pun berdiri beranjak untuk masuk ke dalam rumah nya tersebut.             "Nah, sementara kita tinggal di sini dulu ya, ketika nanti uang tabungan kita sudah cukup, baru kita akan membeli sebuah rumah nanti," ucap Jogi ketika masuk. "Oh ya Duma, jika kau sudah sangat lelah, kau langsung masuk ke kamar kau saja, kamar kau letak nya yang di pojok itu ya Duma, di dalam nya semua nya sudah di bersihkan oleh petugas kebersihan kok, jadi semua nya sudah bersih, tinggal kau tata aja semua barang-barang yang kau bawa dari desa tadi," ucap Jogi. Duma pun mengangguk, lantas langsung mengambil koper nya dan mendorong nya ke arah kamar yang telah di tunjukkan oleh ayah nya tadi.              "Lamtiar kau kunci rumah nya dulu ya, aku akan membawa semua koper-koper ini ke kamar, dan besok saja kita membereskan semua barang-barang nya, ini sudah malam lebih baik kita tidur. Istirahatkan tubuh kita dulu," ucap Jogi kepada Lamtiar yang sedang duduk di kursi berkayu jati di ruang tamu tersebut. Mendengar suruhan dari suami nya tersebut, langsung saja Lamtiar beranjak bangun dari kursinya, berjalan menuju ke arah pintu untuk mengunci pintu rumah nya tersebut. ---            Ketika Emma sedang berada di dapur untuk mengambil segelas air putih untuk ia bawa ke kamar nya, terdengar suara ketukan dari pintu rumah nya. Emma pun yang sedang menuangkan air dari teko ke gelas nya langsung saja berjalan ke arah pintu untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu nya yang sudah tengah malam seperti ini. Ketika Emma sudah membuka pintu rumah nya tersebut, Emma pun terkejut. Karena, tiba-tiba saja suami nya tersebut sudah menjatuhkan tubuh nya tersebut ke arah Emma, yang mana Emma langsung menangkap tubuh suami nya tersebut agar tidak terjatuh ke bawah, karena tubuh Abraham memang sangat berat. Emma pun menghela napas. Selalu saja, setiap malam ketika pulang dalam keadaan yang mabuk berat seperti ini. Emma khawatir dengan kondisi suami nya tersebut. Langsung saja Emma membawa Abraham untuk masuj ke dalam rumah karena, cuaca di luar juga sangat dingin. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD