Bab. 15

1810 Words
        "Ada apa Duma?" Duma yang sedang memakai gelang yang ditemui oleh seorang agdis tadi pun langsung saja menoleh kepada ibu nya yang bertanya.          "Oh ini tadi, gelang ku terjatuh dan di temui oleh seorang gadis," ucap Duma sambil menunjukkan gelang tersebut. Gelang tersebut adalah gelang yang diberikan oleh ayah nya ketika Duma berulang tahun di usia yang baru menginjak 15 tahun kala itu.          "Gadis yang mana?" tanya Lamtiar kembali. Duma pun menunjukkan gadis yang menemukan gelang nya itu. Ternyata gadis tersebut sedang berjalan keluar. Lamtiar pun menolehkan kepalanya kea arah belakang, melihat gadis baik yang menemukan gelang anak nya tersebut.          "Yasudah, berdoa lah kau Duma, meminta kelancaran dan kemudahan dalam kehidupan kau itu," ucap Lamtiar.         "Baik ibu," Duma pun langsung saja menyatukan ke dua telapak tangan nya itu. Berdoa. --- Aruna          "Ibu," panggil ku kepada ibu yang sudah duduk di atas motor ku yang terparkir. Ibu yang sedang bermain handphone nya pun menoleh ke arah ku.          "Aruna! ayo nak cepat," aku pun segara berjalan cepat ke arah motor ku.           "Maaf ya ibu lama," ucap ku.          "Iya, kau memang tadi habis apa di dalam? kenapa lama sekali keluar nya?" tanya ibu kepada ku.          "Tidak apa-apa ibu, tadi aku ada urusan sebentar," ucap ku sambil memutar kunci motor ke kanan agar motor nya hidup. Kemudian, aku pun memundurkan motor nya sedikit.          "Sudah ibu, ayo naik," ucap ku. Ibu pun naik dan duduk di belakang ku. Setelah ibu sudah nyaman duduk nya, aku pun langsung saja menarik gas motor nya agar berjalan, meninggalkan gereja. ---          Aku dan ibu saat ini sudah sampai di rumah. Saat ini sudah pukul 11.30 wib, aku pun memarkirkan kembali motor yang aku bawa bersama ibu ke gereja tadi di samping rumah ku dekat pakaian-pakaian yang sedang di jemur. Lalu, aku pun berjalan masuk ke dalam rumah. Karena, aku pun masih belum melihat ayah. Aku pun bertanya kepada ibu yang sedang berada di dalam kamar nya. Mungkin sedang berganti pakaian.           "Ibu ayah kemana?" ucap ku sambil membuka flatshoes yang kupakai tadi, dan aku taruh di rak sendal yang tersedia di dekat dapur.           "Ibu juga tidak tau Aruna, mungkin ayah kau sedang pergi," jawab ibu. Aku pun berjalan ke arah rak piring untuk mengambil gelas. Aku pun menuangkan air putih yang tersedia di teko yang ada di atas meja.           "Aruna," panggil ibu yang sudah berganti pakaian nya dengan baju daster.          "Tolong kau angkat semua jemuran di luar ya Aruna, soalnya mau ibu setrika semua," ucap ibu. Aku yang mendengar perintah dari nya pun langsung saja berjalan keluar kembali untuk mengangkat semua pakaian-pakaian jemuran di luar.           "Eh Aruna," aku yang sedang mengangkat pakaian-pakaian yang di jemur pun langsung menoleh karena ada yang memanggil ku. Aku pun tersenyum ternyata itu ibu Ita yang memanggil ku.          "Eh iya Bu," ucap ku.           "Lagi ngangkat jemuran ya?" tanya ibu Ita basa basi.           "Iya Bu, udah kering semua soalnya sekalian mau di setrika sama ibu juga," jawab ku.           "Oh di rumah ada ibu?"            "Iya ada di dalam, kan ibu lagi libur kerja juga,"            "Oh yaudah, ibu pulang ya, salam sama ibu kau ya Aruna, soalnya ibu tidak pernah ketemu sama ibu kau. Sibuk sih ya ibu Aruna mah," ucap ibu Ita.           "Iya Bu, iya nih ibu lembur terus soalnya kerja nya," ucap ku menanggapi ucapan ibu Ita.            "Yaudah, di bantu ibu nya ya jangan males-malesan, yaudah ya ibu Ita pulang dulu,"           "Iya Bu," ucap ku tersenyum ke arah nya. Karena aku sudah mengangkat semua pakaian-pakaian yang di jemur dan tiba-tiba saja cuaca berubah menjadi mendung seperti ingin turun hujan yang lebat. Aku pun langsung saja berjalan cepat ke depan pintu rumah untuk segera masuk. Dan benar saja, tepat aku menutup pintu rumah hujan pun langsung turun dengan sangat deras nya dengan bunyi guntur yang sangat keras. Aku pun langsung saja menaruh pakaian-pakaian semua ini ke depan tv, karena di sanalah ibu akan menyetrika semua pakaian ini.          "Aruna, semua sudah kau angkat?" tanya ibu sambil membawa setrikaan.          "Iya Bu, sudah ku angkat semua," jawab ku.          "Huh! Tiba-tiba hujan deras sekali, kemana ayah kau ya Aruna?" tanya ibu sambil menatap ke arah luar dari jendela yang belum di tutup. Aku pun mengikuti pandangan ibu, menatap ke luar jendela, hujan sangat deras, juga bunyi guntur yang sangat keras dan juga petir. Kemana ayah saat ini? Sedang dimana sekarang ayah? Aku pun khawatir sekali dengan ayah.           "Atau aku mencari ayah saja ya Bu?" usul ku tiba-tiba. Ibu pun langsung menoleh ke arah ku.          "Jangan, kau tidak tau ayah kau dimana Aruna, lagipula hujan sangat deras ibu tidak mau kau nanti kenapa-napa di luar sana," ucap ibu sambil melanjutkan kembali jalan nya dan duduk di depan tv kemudian menyolok kan kabel setrika ke colokan terminal kabel yang tersedia di samping tv. Aku pun duduk di kursi menemani ibu menyetrika pakaian.           "Oh yaa Aruna, bagaimana persiapan olimpiade kau? Semuanya lancar? Kau ada membutuhkan sesuatu?" tanya ibu kemudian. Aku yang sedang menonton tv sambil memakan cemilan yang tadi aku ambil dari dalam kulkas pun menoleh ke arah ibu yang berada di depan ku.          "Persiapan aku kurang lebih sudah tujuh puluh sembilan persen kok ibu, ya sudah lumayan lah. Semuanya juga lancar. Untuk materi-materi sudah diberikan oleh ibu guru yang membimbing aku Bu, kalau untuk buku-buku di perpustakaan sudah banyak sekali buku-buku yang bagus, jadi aku minjem di perpustakaan lumayan hemat duit kan bu, jadi tidak perlu beli buku lagi," ucap ku menjelaskan bagaimana persiapan ku untuk mengikuti olimpiade yang sebentar lagi akan tiba.           "Kalau kau butuh sesuatu untuk persiapan olimpiade kau itu, bilang saja pada ibu, ibu pasti akan membantu kau, jangan sungkan-sungkan untuk bilang kepada ibu, untuk persiapan kau sudah cukup bagus Aruna, dalam waktu seminggu ini kau sudah bisa mencapai target persiapan kau tujuh puluh lima persen," ucap ibu sambil mengancingkan baju kemeja yang akan di setrika nya.           "Iya ibu, tapi syukurlah semua buku yang aku butuhkan sudah tersedia di perpustakaan di sekolah ku, dan ya karena aku kan menyukai pelajaran bahasa inggris ini Bu, jadi mungkin karena faktor itu aku bisa cepat menguasai materi-materi nya," ucap ku menjelaskan kepada ibu.           "Iya, tapi kalau kau membutuhkan sesuatu dan itu harus di beli kau bilang saja pada ibu ya sayang,"            "Iya ibu," aku pun melanjutkan kembali menonton acara tv ku.            "Aruna, tolong ambilkan baju ayah kau yang ada di atas kasur itu nak, ibu lupa tdi membawa nya," aku yang sedang menonton tv pun langsung saja menuruti perintah ibu yang menyuruh ku untuk mengambil baju di dalam kamar nya. Aku pun beranjak dari kursi yang aku duduki tadi. Pergi melangkah menuju ke kamar ibu. Aku pun membuka pintu kamar ibu dan melihat ke arah kasur yang sudah ada baju kaos dan celana traning ayah. Aku pun langsung saja mengambil nya dan memberikan nya kepada ibu. Ketika aku berjalan ingin memberikan pakaian ayah, tiba-tiba saja pintu rumah terbuka dengan lebar dan muncullah ayah dengan tubuh yang sudah basah kuyup. Ibu pun langsung saja berdiri menyusul ayah. Aku pun berinisiatif untuk mengambilkan handuk untuk ayah mengeringkan tubuh nya.           "Aruna, cepat nak ambilkan handuk untuk ayah kau," ucap ibu memerintah ku. Aku pun dengan segera memberikan handuk kepada ayah yang sudah duduk di kursi.            "Ini ayah," ucap ku sambil memberikan handuk yang aku ambil tadi. Ayah pun mengambil nya dan segera mengelap-elap rambut dan wajah nya yang sudah basah tersebut.           "Ini Abraham, kau minum teh hangat ini dulu agar tubuh mu merasa hangat," ucap ibu sambil memberikan secangkir teh hangat kepada ayah, aku pun dengan inisiatif untuk melanjutkan pekerjaan ibu yang sedang menyetrika baju-baju tadi. ---            "Sebentar, kau dan Duma tunggu di sini dulu, biar aku ambil payung ke di mobil dulu," ucap Jogi sebelum berlari dengan menutupi kepala nya dengan jas yang ia pakai menuju ke arah mobil. Lamtiar pun menarik Duma ke arah pinggir agar tidak menghalangi jalan dan agar tidak terkena cipratan dari air hujan. Saat ini Jogi beserta keluarga masih berada di gereja, ketika mereka ingin pulang ternyata hujan turun dengan sangat deras nya.             "Perasaan tadi cuaca panas, kenapa sekarang turun hujan deras sekali," gumam Jogi dengan jalan yang sudah terburu-buru menuju ke mobil dengan kepala yang sudah ia tutupi dengan jas yang ia pakai. Ketika Jogi sudah berada di dekat mobil nya, langsung saja Jogi membuka pintu bagasi mobil nya untuk mengambil 2 payung. Setelah itu, Jogi pun langsung saja membuka payung tersebut agar bisa menutupi tubuh ny ayang sudah basah kuyup akibat terkena hujan, dengan segera jogj pun berjalan menjemput Lamtiar dan Duma yang sudah menunggu.             "Lamtiar, Duma ayo!" ucap Jogi yang sudah berada di depan istri dan anak nya tersebut dan memberikan sebuah payung kepada Lamtiar. Jogi beserta istri dan anak nya tersebut berjalan bersama menuju ke mobil untuk pulang ke rumah.             "Huh! Hujan deras sekali ya," ucap Lamtiar ketika sudah duduk di dalam mobil.            "Iya yah Bu, cuaca memang lagi tak nentu mungkin ya Bu," saut Duma dari kursi belakang mobil yang sedang bermain handphone nya.             "Iya makanya, kita harus jaga kesehatan kita, cuaca sekarang lagi seperti ini, tiba-tiba panas dan tiba-tiba hujan," saut Jogi sambil menghidupkan mesin mobil nya. Kemudian, Jogi pun menginjak pedal gas mobil nya agar berjalan meninggalkan gereja tempat ibadah Jogi dan keluarga.            "Padahal, niat nya tadi kita mau jalan-jalan ya Duma," ucap Lamtiar tiba-tiba memecahkan keheningan yang terjadi di dalam mobil.            "Iya benar, tapi cuaca lagi tidak mendukung Bu," saut Duma dari belakang.            "Yasudah, kan bisa lain hari," saut Jogi.             "Eh tapi, makan bakso enak nih kayaknya, dingin-dingin gini makan yang anget-anget," usul Lamtiar.            "Ih iya benar Bu, duh aku jadi laper deh denger ibu menyebutkan bakso," uca Duma sambil memegangi perut nya.            "Mau nyari bakso dulu nih jadi?" tanya Jogi kepada Lamtiar dan Duma.             "Nah boleh tuh, yukk kita cari bakso dulu, lagian udah tidak terlalu deras nih hujan nya," jawab Lamtiar.            "Baiklah," ucap Jogi.            "Oh ya Duma, tadi siapa namanya yang menemui gelang tangan kau?" tanya Lamtiar.            "Aku tidak menanyakan nama nya Bu, aku lupa soalnya," jawab Duma sambil menggaruk pelan kening nya.             "Memang ada apa Tiar?" tanya Jogi yang tidak tahu apa-apa.            "Itu tadi ketika kita sedang berdoa, ada seorang gadis yang menemukan gelang tangan Duma," jelas Lamtiar.             "Memang gelang tangan nya hilang?"              "Tak tau itu Duma, gimana dia memamkainya sampai di temui oleh orang lain,"             "Maaf ibu, aku tidak merasa soalnya kalau gelang ku terjatuh hehehe," ucap Duma sambil menyengir.             "Yaudah, yuk turun kita beli bakso dulu," ucap Jogi. Kemudian, mereka semua pun turun dari mobil dan berjalan ke arah gerobak yang menjual bakso di pinggir jalan. Jogi pun memakirkan terlebih dahulu mobil nya, setelah itu baru ia menyusul istri dan anak nya yang sudah duduk di dekat gerobak bakso tersebut. Ketika Jogi berjalan ingin ke gerobak bakso tersebut, Jogi pun melihat ada 2 orang anak-anak, yang satu perempuan dan yang satu nya lagi berjenis kelamin laki-laki. Anak laki-laki itu pun sedang duduk di pinggir trotoar dengan anak perempuan tersebut yang sedang memegangi perut nya. Jogi pun karena penasaran dengan mereka, akhirnya Jogi menghampiri kedua anak tersebut. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD