Bab. 7

1775 Words
        Suasana di kelas ku saat ini sangat ramai sekali. Ada yang sedang belajar make up, ada yang sedang bermain game di handphone nya, ada juga yang sedang bernyanyi-nyanyi dengan suara yang sangat keras dengan gitar sebagai alat musik nya, dan ada yang sedang menggosip ria tentang berita-berita yang sudah di spill di akun lambe sekolah ku. Sedangkan, aku saat ini sedang menelungkupkan wajah ku di antara ke dua lipatan lengan tangan ku dengan memejamkan ke dua mata ku. Aku sangat mengantuk. Setelah kejadian kemarin, kejadian dimana aku dan ayah yang mengalami sedikit pertengkaran akibat masalah yang disebbakan oleh ayah. Malam nya, aku menghabiskan dengan membaca banyak novel. Ya, aku tidak belajar semalam, karena aku sangat lelah. Aku sangat membutuhkan hiburan. Maka dari itu, semalaman aku menghabiskan lima novel sekaligus. Aku membaca semua novel tersebut sampai pagi. Aku tidak tertidur. Entahlah, semalam aku tidak mengantuk. Karena, pikiran ku juga sibuk memikirkan perkataan-perkataan ayah dan juga keadaan ibu. Dan sampai pagi ini juga aku tidak bertegur sapa dengan ayah. Memang, ayah tidak akan menegur ku terlebih dahulu. Karena, biasanya setiap hari aku duluan yang menyapa ayah. Walaupun, yahh ... terkadang sapaan ku tidak di balas oleh ayah. Semalaman juga aku pun sibuk mengurusi ibu yang sedang sakit. Iya, tiba-tiba saja semalam ketika aku masuk ke kamar ibu. Tiba-tiba saja ibu tertidur dengan tubuh yang menggigil. Dan ketika aku mengecek suhu tubuh ibu, benar saja suhu tubuh ibu cukup tinggi. Dan akhirnya, aku pun menjaga ibu semalaman sambil membaca buku-buku novel milik ku.            Saat ini, aku benar-benar sangat mengantuk. Dan aku memutuskan untuk izin pergi ke UKS untuk tidur sebentar, untuk mengistirahatkan pikiran ku. Toh, sekarang juga jam kosong, karena semua dewan guru sedang mengadakan rapat di ruang rapat. Aku pun dengan kepala yang sudah pusing. Beranjak dari tempat duduk ku untuk meminta izin dengan Deni. Si ketua kelas.           "Deni ..." panggil ku dengan suara yang cukup pelan. Deni yang sedang bermain game bersama teman-temannya pun mendongak sebentar.           "Ya? Ada apa?" tanya Deni.           "Aku ingin izin sebentar ke uks, karena kepala ku sangat sakit, nanti setelah istirahat aku akan kembali ke kelas," Deni yang mendengar alasan ku pun langsung saja mengangguk kan kepala nya.           "Terima kasih," ucap ku sebelum pergi ke luar kelas untuk ke UKS. Aku pun berjalan dengan perlahan karena menahan sakit di kepala ku. ---          Sebelum aku masuk, aku mengetuk pintu uks tersebut.           Tok ... Tok ... Tok!          "Ya, masuk," setelah mendapatkan izin mask dari petugas uks pun. Aku langsung menekan knop pintu agar terbuka. Aku melihat ada dua orang penjaga uks. Mereka adalah anggota dari ekskul PMR. Mereka pun menatap ke arah ku. Aku tersenyum membalas nya.           "Ada yang bisa kami bantu?" tanya nya. Aku pun menggeleng. "Ehm ... Tidak, aku hanya ingin perlu istirahat sebentar, boleh kah aku tidur sebentar di atas kasur itu?" tanya ku kepada dua orang petugas penjaga uks tersebut.           "Oh iya, silakan," jawab nya.           "Ah iya, satu lagi boleh aku meminta satu obat sakit kepala?" tanya ku kembali.           "Oh, sebentar ya, akan aku ambilkan dulu, kau berbaring saja dulu di sana," aku pun mengangguk. Aku berjalan ke arah salah satu kasur dan membaringkan tubuh ku di sana.           "Nama kau siapa?" tanya salah satu siswa yang menjaga uks.           "Aruna," jawab ku. memang, banyak siswa yang tidak mengenal diri ku.          "Oh Aruna, kau jurusan apa?"          "IPA," tidak lama, murid yang mengambilkan ku obat pun datang menghampiri ku. "Ini obat nya, kau sudah makan kan?" tanya nya sebelum memberikan obat itu kepada ku.           "Iya, sudah" jawab ku.           "Baiklah, ini kau minum obat ini. Cepat sembuh ya," aku pun hanya tersenyum. Dan aku langsung saja meminum obat itu. Setelah nya, aku pun langsung memejamkan ke dua mata ku, dan pergi menuju ke alam mimpi. ---          "Tiar, besok kita harus siap-siap ya," ucap seorang pria paruh baya yang berumur sekitar 40 tahun. Pria tersebut baru saja pulang dari tempat ia bekerja. Pria paruh baya tersebut bernama Jogi Maruli. Jogi bekerja di salah satu cabang kantor yang berada tidak terlalu jauh dengan tempat ia tinggal.           "Memang kita mau kemana Jogi?" ucap sang istri. Lamtiar Malungun. Mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Pasangan yang saling mencintai satu sama lain. Dan mereka sudah memiliki seorang anak. Si gadis yang sudah tumbuh dengan cantik. Dan memiliki sikap yang sangat sopan.           Sebelum itu, Lamtiar mengambilkan secangkir air putih untuk Jogi. Sudah biasa, mereka terkadang bersikap sangat romantis. Apalagi, jika anak nya sedang tidak ada di rumah. Jogi pun menerima secangkir air putih dari istri nya tersebut. Dan langsung saja ia meminum nya dengan sekali tegukan.            "Kita akan pergi ke kota Tiar, karena aku sudah dipindah tugaskan oleh atasan ku untuk bekerja di kantor pusat," jawab Jogi.            "Wah berita yang sangat bagus, akhirnya kau dipindah tugaskan ke kantor pusat,"            "Yah, aku pun sangat senang sekali tadi ketika aku di beri tahu oleh atasan ku tadi," ucap Jogi. "Ngomong-ngomong anak kita kemana?" lanjut nya.            "Oh anak kita, tadi izin dengan ku, dia ingin kerja kelompok bersama teman nya," ucap Lamtiar. "Oh ya Jogi, berarti anak kita juga pindah sekolah nya dong?"           "Iya Tiar, kita kan akan menetap di sana," ucap Jogi yang tentu saja membuat Lamtiar. Istri kesayangan nya itu kebingungan.            "Menetap?" tanya Lamtiar dengan kebingungan.            "Iya, menetap. Kita akan menetap di sana,"            "Kita tidak akan kembali lagi ke desa kita ini?"           "Ya, jika kau ingin kembali atau ingin berkunjung ke desa ini, silakan saja, aku tidak akan melarang. tapi sebenarnya, niat ku awal nya ingin menjual saja rumah ini, dan kita membeli rumah baru di kota nanti," jelas Jogi.            "Jangan, aku sudah sangat menyayangi rumah ini. Rumah ini adalah hasil dari tabungan kita dulu. Aku tidak ingin menjual rumah ini. Banyak sekali kenangan yang ada di rumah ini, walaupun rumah ini tidak terlalu besar, aku sangat menyayangi rumah ini," ucap Lamtiar sambil mengedarkan pandangan nya ke setiap sudut-sudut rumah yang mereka tempati. Jogi yang mendengar ucapan istri nya itu pun, langsung saja mendekap istri nya itu ke dalam pelukan hangat nya.           "iya Lamtiar, aku tidak akan menjual rumah ini. Kan tadi aku bilang hanya niat awal ku saja,"          "Tapi sama saja kau berniat ingin menjual rumah ini kan,"           "Ya kalau tidak ada izin dari ibu negara ini, ya aku tidak akan berani untuk menjual nya," Lamtiar yang di panggil ibu negara dengan suami nya itu pun langsung saja memukul pelan d**a suami nya itu. "Kalau begitu, di kota nanti kita akan tinggal di mana?" tanya Lamtiar.            "Kita akan tinggal di rumah yang di sediakan oleh kantor, atasan ku sudah bilang tadi katanya, kantor akan menyiapkan sebuah rumah untuk kita. Ya mungkin, rumah nya tidak terlalu besar, jadi aku pun memiliki niat kita harus menabung, menyisihkan sedikit uang dari gajih ku untuk bisa membeli sebuah rumah di kota," ucap Jogi dengan memberitahu rencana yang sudah ia siapkan untuk keluarga nya ketika di kota nanti. Lamtiar pun mengangguk.            "Yah, kau benar kita harus bisa membeli sebuah rumah di kota nanti,"           "Iya makanya kita harus memiliki tabungan yang sangat banyak. Karena, untuk membeli sebuah tanah di kota itu harus memiliki uang yang banyak, soalnya kan harga tanah di kota pasti mahal-mahal. Pastinya sangat berbeda sekali dengan harga tanah di desa," jelas Jogi.            "Iya, yasudah kalau begitu kau lebih baik mandi dulu sana. Tubuh kau sudah bau keringat," ucap Lamtiar. "Tapi keringat ku membuat kau betah di dalam dekapan ku bukan?" tanya Jogi bermaksud menggoda istri nya itu.            "Aishh ... Sudah lah kau itu sudah tua, jangan kau menggoda-goda ku, kau harus ingat umur,"           "Hey, umur ku tidak terlalu tua, umur ku baru saja menginjak angka empat puluh tahun kau tau,"           "Sama saja kau itu sudah tua! Sudah sana kau mandi, aku ingin menyiapkan makanan untuk makan malam kita,"          "Mandi bareng? Sudah lama sekali kita tidak mandi bareng," ucap Jogi dengan masih saja menggoda istri nya. Jogi sangat senang sekali membuat istri nya itu kesal. Menurut nya, wajah istri nya ketika kesal itu benar-benar sangat menggemaskan.           "JOGIIIIII!!!!!!!!" teriak Lamtiar dengan d**a yang sudah naik turun dan juga hidung yang sudah kebang kempis sambil menatap Jogi yang sudah berlari masuk ke dalam kamar nya. --- Aruna          Saat ini aku sedang menggantikan ibu bekerja di cafe. Ya, sebenarnya aku tidak di perbolehkan ibu untuk bekerja menggantikan diri nya, dan ibu pun tadi sudah meminta izin kepada atasan nya bahwa ibu tidak masuk dulu untuk hari ini karena kondisi tubuh ibu yang masih belum pulih. Ibu kira ia akan di izinkan untuk tidak bekerja dulu, tapi ternyata atasan ibu tidak memperbolehkan ibu untuk izin. Maka dari itu, dengan inisiatif ku aku bilang kepada ibu kalau aku bisa menggantikan ibu bekerja di cafe. Dengan bujukan-bujukan ku kepada ibu, dan dengan penuh keyakinan kalau aku tidak apa-apa untuk menggantikan nya bekerja, akhirnya ibu pun mengizinkan ku untuk bekerja di cafe menggantikan ibu.           "Aruna, tolong kau berikan pesanan ini ke meja yang bernomor sepuluh itu ya," aku yang sedang mengelap-elap peralatan yang ada di dapur dan mendengar ada yang memerintahkan diri ku pun langsung saja menghampiri.            "Meja nya ada di depan ya mba?" tanya ku memastikan agar aku tidak salah memberikan pesanan kepada pelanggan.            "Iya ada di depan, tolong mba ya, mba mau ngambil pesanan lagi soalnya,"            "Oh okee mba," aku pun mengambil pesanan tersebut yang ada di meja dan langsung berjalan ke depan untuk memberikan pesanan ini ke pelanggan yang duduk di meja nomor sepuluh. Aku pun sudah sampai di depan cafe dan mengedarkan pandangan ku, mencari meja yang bertuliskan angka nomor sepuluh. Dan ketemu! Aku pun melihat meja bernomor sepuluh tersebut dengan ada tiga pelanggan yang sedang bercengkrama ria. Mereka adalah pemuda-pemuda yang mungkin saja sedang bertemu kangen? Aku pun menghampiri mereka.           "Maaf mengganggu waktunya," ucap ku dengan sangat sopan. Mereka pun langsung mendongak kan kepala nya untuk melihat ke arah ku.            "Iya?" ucap salah satu pemuda tersebut.           "Dengan pesanan makanan French Fries, Onion Ring, dan BBQ Chicken Wing dan minuman Vanilla latte nya dua, dan Thai Tea nya satu, benar?" ucap ku menyebutkan menu-menu yang telah di pesan oleh tiga pemuda itu.            "Iya benar," langsung saja aku menaruh semua pesanan nya di meja. Di hadapan mereka.            "Silahkan menikmati," ucap ku sambil tersenyum dengan sopan kepada mereka.            "Iya terima kasih," ucap mereka kompak.            Aku pun langsung saja mengundurkan diri dari hadapan mereka dan berjalan kembali masuk ke dalam cafe untuk mengantar pesanan-pesanan pelanggan yang lain nya. Sebelum aku benar-benar masuk ke dalam cafe, karena posisi diri ku yang belum terlalu jauh dengan meja yang di tempati oleh tiga pemuda tadi. Aku pun mendengar samar-samar, suara mereka.           "Tolong mata nya di jaga, tak usah sampai segitunya kau lihat itu pelayan," ucap salah satu pemuda tersebut. Aku merasa mereka sedang membicarakan diri ku. Tapi, aku tidak ingin ambil pusing. Aku pun langsung melanjutkan langkah ku, masuk ke dalam cafe. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD