Bab. 13

1787 Words
       Hari pun sudah malam dengan waktu yang telah menunjukkan pukul 23.00, Emma pun turun dari sudako yang mengantarkan Emma pulang, kemudian, setelah membayar kepada supir sudako tersebut. Emma pun berjalan pulang, masuk ke dalam gang yang menuju ke arah rumah nya. Di tempat Emma tinggal, memang jika sudah pukul 09.00 malam salah sudah jarang sekali orang-orang keluar rumah. Hanya saja masih ada sekitar beberapa orang yang masih berkeliaran di luar rumah. Bukan karena apa, tapi memang tempat Emma tinggal ini tempat nya ya sedikit rawan. Emma pun berjalan dengan cepat agar ia cepat sampai di rumah. Tetapi, ketika Emma ingin berbelok ke arah jalan rumah nya. Emma seperti melihat ada seseorang yang sedang duduk bersandar di tiang lampu jalan. Dengan sebuah botol yang berada di dekat nya. Emma menatap lamat-lamat seseorang tersebut. Emma pun seperti mengenal orang itu. Ketika Emma berjalan mendekati nya dengan perlahan, mata Emma pun terbuka dengan lebar. Ternyata, orang yang duduk di bersandar di bawah tiang lampu jalanan tersebut adalah suami nya, yaitu Abraham. Tanpa pikir panjang lagi, Emma pun langsung saja bergegas berjalan cepat menuju ke arah suami nya duduk tersebut.          "Astaga! Abraham!" ucap Emma ketika sudah berada di depan suami nya tersebut. Ternyata, Abraham sangat mabuk sehingga Abraham mungkin saja tidak sanggup untuk berjalan pulang ke rumah nya.         "Ya ampun Abraham! Kenapa kau ini selalu saja mabuk terus, apa manfaat nya kau mabuk terus seperti ini? Yang ada kau itu akan sakit jika terus-terusan kau mabuk seperti ini," ucap Emma.           "Abraham! Bangunlah!" ucap Emma dengan menggoyangkan bahu suami nya itu.           "Hah! Jika sudah begini mana bisa Abraham bangun, sekarang saya harus membantu membopong nya," ucap Emma sambil menarik tangan Abraham untuk bangun dan tangan Abraham pun ia sampirkan ke bahu nya. Emma pun berjalan dengan pelan karena sambil membopong Abraham yang bobot tubuh nya itu pun sangat berat. ---          Sampai juga akhirnya Emma dan Abraham di rumah nya. Karena, Emma pun kesusahan untuk membuka pintu rumah nya. Emma pun memanggil Aruna yang ada di dalam. Semoga saja, Aruna belum tidur.          "Aruna!" panggil Emma dengan suara sedikit keras agar Aruna mendengar panggilan dari nya.           "Arunaa! Tolong bukakan pintu nya nak!" ucap Emma sekali lagi. Emma pun memindahkan Abraham sebentar di kursi yang tersedia di halaman rumah nya.          "Arunaaa!!" panggil Emma kembali.          "Hufft ... Kemana Aruna? Apakah ia sudah tertidur?" tanya Emma kepada diri nya sendiri. Emma pun mengalihkan pandangan nya kepada Abraham yang sudah sangat teler di kursi halam rumah nya tersebut.          "Huh! Abraham ... Abraham ... Mengapa kau senang sekali dengan mabuk? Apa manfaat yang kau dapatkan dari ka mabuk, berjudi, seperti itu? Lebih baik kau itu mencari pekerjaan untuk membantu kehidupan kita Abraham. Kapan kau bisa menyadari perbuatan kau itu?" ucap Emma. --- Aruna          Hari sudah sangat malam, tapi aku masih belum tidur. Aku masih saja berkutat dengan soal-soal yang di berikan oleh ibu Celine ketika bimbingan tadi. Tiba-tiba saja aku mendengar ada suara yang memanggil ku. Aku pun tidak menghiraukan nya mungkin aku hanya salah mendengar. Tiba-tiba saja handphone ku berbunyi. Aku pun melihat nomor siapa yang tertera di handphone ku. Ternyata ibu. Aku pun langsung menjawab panggilan telepon dari nya.          "Halo ibu?" sapa ku.         "Halo Aruna, nak tolong cepat kau bukakan pintu rumah nya nak dan bantu ibu membopong ayah kau sekarang," ucap ibu di seberang sana. Kening ku pun mengernyit heran. Ayah?         "Memang ayah bersama ibu? Bagaiman bisa?" tanya ku.         "Nanti ibu ceritakan, sekarang kau cepat bukakan pintu rumah dan bantu ibu ya,"          "Baiklah ibu," ucap ku. Kemudian aku pun langsung menutup telpon dari ibu. Aku pun berjalan menuju ke arah pintu. Dan ya ketika aku sudah membuka pintu aku pun melihat ayah yang telah duduk di kursi dengan wajah nya yang sudah teler, pasti ayah sudah terlalu banyak meminum minuman alkohol di luar sana.          "Ibu" panggil ku kepada ibu yang sedang memijat pelan kening nya. Aku pun sangat kasihan melihat wajah ibu yang menoleh ke arah ku dengan wajah yang sudah sangat lelah.          "Bagaimana ayah bisa bersama ibu?" tanya ku kepada ibu.         "Tadi ibu bertemu dengan ayah kau di pinggir jalan," jawab ibu.         "Hah? Bagaimana bisa ibu?" Aku pun terkejut dengan perkataan ibu. Maksud ku, walaupun ayah dengan keadaan yang sudah sangat mabuk, tapi ayah pasti bisa berjalan sampai ke rumah.         "Entahlah, ibu pun tidak tahu, tadi ibu bertemu ayah kau di pinggir jalan sedang bersandar di tiang lampu jalan dengan botol alkohol yang berada di samping nya,"         "Tapi ibu, tidak mungkin ayah sampai duudk di pinggir jalan, selama ini ayah tidak pernah begitu," ucap ku dengan bingung.         "Ibu pun tidak tahu, mungkin saja ayah kau sudah terlalu banyak sekali minum, yang akhirnya membuat kesadaran ayah kau jadi seperti jni. Kalau begitu, ayo sekarang bantu ibu untuk membawa ayah kau ke dalam kamar. hari sudah sangat malam, nanti kita menggangu jam tidur tetangga-tetangga kita," aku pun mengangguk. Lantas, aku pun langsung saja membantu ibu untuk membopong ayah masuk ke dalam rumah. ---         Aku dan ibu pun membawa ayah mausk ke dalam kamar untuk menidurkan nya di atas kasur. Aku pun melepaskan sandal yang masih terpasangan di kedua kaki ayah. Lalu, aku naikkan kedua kaki ayah ke atas kasur. Aku pun melihat ibu yang membantu membukakan kancing baju kemeja ayah. lalu kemudian, ibu pun menyelimuti tubuh ayah yang hanya memakai kaos dalam dan celana panjang saja.          "Sudah Aruna, kau masuk kamar saja dan tidur ya, besok kita akan ke gereja untuk ibadah,"          "Besok kita ke gereja Bu?" tanya ku.         "Iya, besok kita akan ajak ayah juga ikut bersama kita untuk beribadah di gereja," ucap ibu.          "Baiklah kalau begitu. Oh iya, apa ibu mau aku ambilkan minum?" tawar ku.         "Tidak usah, ibu akan langsung mandi dan tidur. Ibu sangat lelah sekali hari ini," aku pun mengangguk paham apa yang dikatakan oleh ibu. Aku pun langsung saja menuju ke arah pintu untuk keluar dari kamar ibu. Aku pun menutup pelan pintu kamar ibu. Lalu, aku pun pergi ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil minum dan beberapa cemilan yang ada di dalam kulkas untuk menemani ku saat aku belajar. Karena, tadi aku belum selesai belajar nya aku pun ingin melanjutkan nya kembali mengerjakan soal-soal yang di berikan oleh ibu Celine tadi di sekolah. ---         "Wah cafe tadi, makanan nya sangat enak-enak ya Bu," ucap Duma kepada ibu nya yang sedang membersihkan kotoran di sela-sela gigi nya lewat kaca.          "Iya benar, nanti lain kali kita kesana lagi ya," jawab Lamtiar.          "Iya itu harus ibu, dan juga pelayan-pelayan nya sangat ramah sekali, aku sangat suka, baru kali ini aku datang ke cafe, di desa tidak ada ya Bu cafe seperti itu," ucap Duma dengan masih dengan nada semangat nya.          "Ya beda dong Duma, inikan kota bukan di desa kita dulu, tapi menurut ibu lebih enak masakan-masakan yang ada di desa sih, kalau di kota makanan nya aneh-aneh, bentuk nya terus juga nama-nama nya," ucap Lamtiar dengan wajah yang bingung mengingat menu-menu yang tertera di cafe yang ia dan keluarga nya kunjungi tadi.          "Sudahlah, menurut ku sama saja makanan di desa maupun kota asal rasa nya masih bisa masuk ke lidah kita,"          "Aku setuju dengan ayah! Nanti kapan-kapan kita ke tempat lain lagi ya Bu, Yah," ucap Duma.          "Iya sayang," ucap Jogi dan Lamtiar dengan bersamaan. Kemudian, keadaan di mobil pun hening kembali dengan Duma yang sedang bermain handphone dan Lamtiar pun juga sama bermain handphone. Tiba-tiba saja Duma pun berbicara kembali dan menaruh handphone nya di samping nya.          "Oh ya Bu, tadi itu banyak sekali yah ibu, ayah yang anak-anak seusia diri ku yang masih saja berkeliaran di luar rumah tanpa di temani oleh orang tua nya seperti aku," ucap Duma.           "Iya seperti itu Duma, kalau di kota itu mereka bebas, tidak peduli sudah jam berapa. Mereka bebas bermain di luar rumah bersama teman-temannya sampai jam berapa saja, terkadang sampai tengah malam sekali atau sampai dini hari mereka baru bubar dari acara kumpul-kumpul mereka," jawab Jogi menjawab pertanyaan yang di ucapkan oleh Duma.           "Apakah benar seperti itu ayah? Ayah tahu darimana?"           "Iya benar, waktu ayah ada kerjaan di luar kota dari kantor lama ayah, ayah waktu itu sedang sangat lapar sekali, kemudian ayah pun berinisiatif mengajak teman ayah lainnya untuk mencari makan di luar. Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul dua belas pas. Ketika itu ayah dan teman ayah mencari makan di warung-warung kaki lima yang ada di pinggir jalanan itu Duma, nah ketika ayah dan teman ayah sampai di warung kaki lima tersebut. Ternyata, ramai sekali anak-anak muda baik itu pria maupun perempuan yang berkumpul di dalam satu meja di warung itu, mereka bercanda, tertawa, bercerita-cerita, entahlah ayah pun tidak mengerti, apakah orang tua mereka tidak mencari anak-anak nya itu yang masih belum ada di dalam rumah nya walaupun jam sudah menunjukkan tengah malam," ucap Jogi menceritakan pengalaman nya dulu yang diberikan tugas di luar kota dari kantor lama nya tersebut.           "Berarti, kalau di kota sangat bebas sekali ya ayah?" tanya Duma dengan penasaran. Maklum sekali, karena perbedaan di desa dengan kota itu sangat beda drastis sekali.           "Iya benar sekali Duma, pergaulan di kota ini sangat bebas sekali. Makanya kau nanti jika sekolah sudah mulai, kau harus pintar-pintar mencari teman yang akan membawa kau itu ke arah yang positif, ke arah yang lebih banyak manfaat nya ke kehidupan kau selanjutnya, begitu," ucap Jogi.           "Iya benar Duma apa yang dikatakan oleh ayah kau itu, kau harus bisa menjaga diri kau itu, jangan mudah terpengaruh oleh teman-teman baru kau nanti ketika kau sudah mulai sekolah. Carilah teman yang bisa membuat diri kau itu maju. Jangan suka mengikuti teman-teman kau kesana kesini yang mana itu hanya menghabiskan uang dan waktu saja, sama sekali tidak berguna. Boleh saja kau bermain, yang penting kau harus ingat aturan, jangan sampai lupa waktu. Kalau waktu nya belajar ya belajar, nah kalau saat nya kau main ya main lah dengan teman-teman kau, tapi ingat harus yang bermanfaat," ucap Lamtiar memberi nasihat kepada anak satu-satunya itu.           "Iya ibu, ayah," ucap Duma.           "Bukannya kami melarang kau ini itu ya sayang, tapi ibu ini sangat khawatir sekali sama kau, karena kau itu perempuan, yang mana kami sebagai orang tua harus benar-benar menjaga kau agar kau tidak salah dalam mengambil keputusan, karena keputusan apapun itu yang diputuskan oleh diri kau sendiri itu masing-masing memiliki resiko nya, dan kau ini perempuan, kau ini membawa perut gitu, dalam artian ya jika kau salah pergaulan atau kau masuk ke dalam pergaulan yang sangat bebas itu, ibu takut kau melakukan hal-hal yang di larang yang mana itu akan membuat kehidupan kau langsung hancur dalam detik itu juga, ibu tidak mau kau sampai mengalami itu," ucap Lamtiar dengan segala kekhawatiran nya.            "Iya ibu aku paham kekhawatiran ibu, aku berjanji ibu aku tidak akan masuk ke dalam yang namanya pergaulan bebas itu," ucap Duma menenangkan Lamtiar. Tidak lama mobil Jogi beserta keluarga sudah sampai di halaman rumah mereka. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD