FIRTS DAY

1219 Words
                Acara resepsi telah selesai, tepat pada pukul sebelas malam. Arta yang seharusnya pulang bersama Thalia ke rumah baru mereka, malah mendadak hilang entah kemana menjadikan satu keluarga kebingungan mencari nya. Sebenarnya Arta tidak hilang. Ia hanya ingin menemui Areta, rasanya ia tidak siap jika harus satu ranjang dengan wanita lain.                 “Areta” Ucap Arta setelah beberapa kali mengetuk pintu apartement mereka . dan seketika Areta muncul dari dalam sana. Arta langsung menerjang tubuh mungil milik Areta, memeluknya erat, dan bahkan… Arta menangis.                 “Ka… kamu ngapain disini?” Tanya Areta gugup, ia tak menyangka bahwa Arta akan datang menemuinya malam ini.                 “Ta… aku gak bisa ternyata, aku gak bisa” Ucap Arta yang masih menangis Areta menghela napas berat                 “Apa kabar sama aku? Aku yang berharap bersanding dengan kamu di pelaminan malah harus datang di pernikahan kamu sebagai tamu, seharusnya aku yang ada di posisi Thalia, seharunya nama aku yang ada di undangan sebagai yang mengundang, bukan sebagai yang di undang. It’s too hurt for me, apalagi Thalia sudah berani cium dan pegang kamu. I mean… why?! Kalian ini di jodohkan apa emang sudah pacaran sih?!”  Kini Areta yang memuncak, meluapkan kekesalannya kepada Arta, sementara itu Arta diam saja, tidak bisa membantah satupun yang Areta katakan, semuanya benar, tidak ada yang salah. Areta memang betul. Arta tau rasanya.   *****                 Hari pertama sejak Arta dan Thalia telah resmi menjadi sepasang suami istri, tidak semerta – merta menjadikan Arta harus tinggal di rumah selama beberapa hari, hanya untuk sekedar menikmati masa – masa pengantin baru nya. Padahal ia punya cuti satu minggu, khusus di berikan kepadanya sebagai hadiah pernikahan. Tapi Arta tidak mau, bukannya tidak menghargai, tapi untuk saat ini ia sudah terlalu rindu kepada Areta, semalam, bertemu dengan Areta adalah waktu yang berharga, dan entah mengapa, semakin hari Arta semakin mudah rindu dengan wanita yang menjadi pemilik hatinya itu.                 “Ta… mau kemana kamu?” Tanya Thalia, gadis itu baru bangun tidur, gadis? Iya Arta bahkan tidak menyentuh nya sama sekali, Arta membiarkan Thalia tidur di kasur, sementara ia tidur di sofa. Alasannya hanya satu. Ia masih tidak bisa satu ranjang dengan orang yang belum ia cintai.                 “Mau ngantor Thal” Jawab Arta, Thalia segera bangun, berusaha duduk tegap.                 “Maksudnya? Kamu kan ada cuti ta? Lagian… kita masih dalam suasana pengantin baru” Ucap Thalia, Arta menghela napas kasar.                 “Ada beberapa hal yang aku harus kerjain Thal, see you.” Ucap Arta yang segera pergi, bahkan dasi nya pun belum terpasang rapih. Thalia sendiri hanya melongi, menatap punggung suaminya yang tenggelam seiring dengan menutup nya pintu. Thalia menghela napas berat, mengusap wajah nya dengan gusar. Entahlah, ia harus bagaimana untuk meluluhkan Arta. Saat ini ia bahkan tahu jelas, kenapa Arta harus pergi bekerja di hari pertama pernikahan mereka. Arta pasti tidak nyaman dengan Thalia. *****                 Sesampainya di kantor, Arta langsung mendapat tatapan aneh dari teman – temannya, tentu saja. Melihat sang pengantin baru, datang untuk bekerja di hari pertama setelah resepsi bukanlah hal yang biasa. Arta hanya berjalan lurus tanpa menghiraukan pertanyaan atau teriakan teman – temannya yang hanya sekedar ingin tahu kenapa Arta bisa datang hari itu. satu hal yang Arta cari hari ini adalah, Areta.                 Arta tidak langsung berjalan menuju ruangannya, ia langsung ke ruangan Areta dulu, mencari kekasih nya itu, untung saja Areta sudah datang, duduk manis di kursi nya dengan setumpuk file di atas meja.                 “Reta…” Panggil Arta saat ia membuka pintu ruangan kekasihnya itu, Areta sendiri nampak kaget melihat kehadiran Arta di depan pintu ruangannya,lengkap dengan setelan kantor nya. Areta lantas berdiri, menghampiri Arta.                 “Kamu… ngapain masuk hari ini?” Tanya Areta, sebenarnya ia sedang tidak benar – benar bertanya, ada rasa senang dalam hatinya, melihat kehadiran Arta di hari pertama setelah pernikahannya, ternyata mimpi buruknya pun tidak menjadi nyata.                 “Apa yang kamu harap?” Arta bertanya balik, kini ia menatap dalam – dalam mata wanita yang menjadi alasannya untuk datang hari itu.                 “Enggak, aku gak harap apa – apa. But I mean… why? Ini hari pertama pernikahan kamu, and I think u have a week for it” Jawab Areta, Arta melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan Areta, duduk di sebuah kursi, tepat di depan meja kerja wanita itu, sementara Areta menyusul di belakangnya.                 “Aku bakalan libur seminggu bahkan lebih, kalau nikah nya bareng kamu, tapi beda ta, gabisa, aku bahkan gak betah di rumah baru yang papa kasih. Kamu tau gak ini badan ku sakit gara – gara apa? Gara – gara semalem tidur di sofa. Gak tau , rasanya gak mau aja , tidur di tempat yang sama bareng orang yang beda” Jawab Arta, tentu saja dengan jawaban yang jujur. Areta tersenyum , ia menatap Arta dengan tatapan yang sulit di artikan                 “Pada akhirnya kita bisa bareng gak sih ta?” Tanya Areta, Arta mengangguk antusias “lima bulan dua puluh sembilan hari dari sekarang, aku dan Thalia resmi bercerai, and as soon as possible, kamu bakal jadi nyonya Arta” Jawab Arta yang seketika membuat Areta kembali bersemangat, padahal subuh tadi Areta terbangun , menatap sisi kiri kasur yang selalu menjadi tempat Arta , ia menangis karena Arta bukan miliknya lagi. Siapa sangka bahwa pria itu sudah masuk lagi ke kantor, menemuinya dengan penuh kehangatan. Cinta memang tidak bisa bohong. *****                 Di lain sisi, Thalia sedang duduk dengan segelas teh nya , di temani oleh mba ningsih yang sudah memasak, padahal baru saja jam menunjukan pukul sembilan pagi. Thalia sudah dua jam tak bergeming di tempat nya, sejak kepergian Arta, ia sudah tak di kamar lagi. Ia duduk kosong disana, dengan segelas teh yang bahkan tak berkurang sedikit pun.                 “Mas Arta kemana mba Thalia? Apa belum bangun?” Tanya Ningsih sembari terus memasak                 “Ada kerjaan di kantor” Jawab Thalia seadanya, ia memang tidak tahu harus menjawab apa.                 “Bukannya libur  mba?” Tanya Ningsih, Thalia hanya menghela napas kasar, kemudian beranjak dari tempatnya menghindari pertanyaan – pertanyaan ningsih yang bisa saja membuatnya menjadi overthingking.                 Thalia kembali ke kamar nya, dekorasi khas kamar pengantin pun belum di copot oleh WO nya, namun sang pengantin pria sudah pergi, meninggalkannya di hari pertama pernikahan mereka. Miris, padahal setau Thalia, libur satu minggu itu bisa di pakai untuk mesra – mesraan, selayaknya pengantin baru, namun sang suami sudah pasti tidak akan bersikap mesra, *****                 “Kamu udah pulang” Ucap Thalia saat melihat Arta, masuk kedalam kamar. Thalia melirik jam, pukul sembilan malam. Arta tak menjawab kemudian ia mengangguk                 Sesampainya di rumah, Arta langsung mengambil baju nya di lemari kemudian keluar, ia mandi di kamar tamu, tepat di sebelah kamar nya dengan Thalia. Bagi Arta rasanya tidak nyaman jika harus mandi di kamar dimana ada Thalia di dalamnya. Setelah mandi Arta hendak keluar, mengambil ponsel nya yang tertinggal di tas kerjanya, namun saat membuka pintu, Thalia sudah berdiri , tepat di depan pintu tersebut.                 “Mau sampai kapan kamu kayak gini?” Tanya Thalia.                 “Gini? Gini apa?”                 “Segitu jijik nya kah kamu sama aku sampai kamu mandi aja gak mau mandi di kamar yang ada aku nya, tidur pun kamu gak mau seranjang sama aku? Please… kita sekarang suami istri, kamu suami aku, dan aku istri kamu. Jangan bertingkah aneh” Ucap Thalia                 “Sorry Thal, iya memang, kita sekarang suami istri, tapi rasanya aneh ketika bangun dan ngeliat yang di sampingku bukan Areta, rasanya aneh, karena aku menikah dengan perempuan yang tidak aku cintai” Jawab Arta, yang seketika membuat Thalia hancur lebur dengan semua ekspektasi nya yang selama ini ia bangun sendiri.                 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD