04 : Genderuwo Berebut Pengantin (1)

1432 Words
Dari dulu Sumi itu termasuk gadis yang gampang ditiduri, eh gampang tidur. Meski bangunnya juga gampang. Jadi ndak heran di malam woro-woro nikahannya, dia sudah jatuh tertidur sejak pukul sembilan malam. Janur sedari tadi mondar-mandir seperti setrikaan. Dia telah diberi mandat Gege untuk mendandani pengantinnya, tapi masa iya mau make over sambil tiduran begini?! Dia kan mendandani makhluk hidup, bukan rias mayit seperti yang sesekali dilakukannya. "Ck, wahai putri tidur. Sampai kapan dirimu terjaga dari buaian indah ini?" gerutunya sambil berpuisi. Janur melirik jam rolexnya. Yang ndak punya jam rolex, jangan sirik sama Janur ya! Atau lu mau tukar identitas menjadi genderuwo cantik macam si Janur? Ih serammm.. Pukul 11.30. Janur mendecih kesal. Apa dia harus membangunkan perempuan ini? Mana yang membuat Gege lebih marah? A. Dia membangunkan Sumi hingga cewek itu menjadi badmood, mungkin rada letoy tapi dandanannya indah. Atau.. B. Dia membiarkan saja cewek rambut jagung ini tertidur, jadi nantinya dia menghadiri pesta fresh from the oven tanpa didandani sama sekali? Janur harus berpikir indah. Lalu kesimpulannya... Eng ing eng! Janur mulai mempersiapkan perkakasnya. Oke, dia harus bekerja ekspres. Waktunya cuma setengah jam! *** Oneng bermimpi buruk. Tapi mengapa terasa sangat nyata? Bahkan saat dia mencubit lengannya terasa sakit, meremas dadanya terasa geli dan tegang. Nah kan. Tapi kalau ini kenyataan, kayaknya juga ndak mungkin. Ketemu satu setan saja langka banget loh, lah sekarang? Dia bisa melihat mereka sliwar-sliwer didepannya. Astagah, cukup hanya manusia pejantan yang mencuekinya. Masa hantu pejantan juga ndak menganggap keberadaannya? Oneng mulai meragukan pesonanya sebagai perempuan keturunan hawa! Kok baru mulai meragukan sekarang, Neng? Dari dulu mestinya sudah sadar! Oke, abaikan saja penghujatan buat Oneng. Yang jelas saat ini jantung Oneng konser rock n roll gila-gilaan. Emang sih ini mimpi, tapi tetap seram kan menyadari para hantu itu menatapnya tajam. Ini lagi ada yang mengendus-ngendusnya. Manusia serigala kah? Atau manusia harimau? Oneng gemetar dibuatnya. "Kamu setan asli apa manusia?" tanya manusia harimau itu. Ndak salah pertanyaannya, Bang Hari? Bang Hari itu kependekan dari Abang Harimau gitu. Ih, asal nyebut deh Oneng. Lagian, Bang Hari gitu loh, dari pertanyaannya seakan mencurigai Oneng itu setan yang tengah menyamar jadi manusia! Oneng ndak tahu dia musti tersinggung apa bersyukur. Huh, apa wajahku terlalu aduhai hingga ditahbiskan menjadi setan jejadian? Oneng lupa kalau tadi sebelum tidur, dia memakai masker kapur injit yang dikiranya masker bengkoang yang dibelinya lima tahun lalu! Pantas para setan mengira dirinya itu sesama mereka. "Jawab!" seru Bang Hari mulai curiga. Clep. Gigi taring Bang Hari memunculkan diri hingga membuat Oneng ingin mengambil gergaji dan memotongnya. Jangan salah, Oneng bisa seberani ini karena dia pikir sedang berada di alam mimpinya. Kapan lagi bisa ngerjain setan ganteng seperti ini? "Bang Hari, gigi taring palsunya bikin dimana? Pinter banget ya tukang gigi palsunya," komentar Oneng oon. Abang Harimau tentu ndak menerima tuduhan Oneng. Ini pelecehan bagi kaumnya! Bang Hari menggeram, memamerkan gigi taringnya yang tajam. Bukannya takut, cewek jelek didepannya malah menganggap giginya palsu! Mau merasakan gigitannya, apa?! "Ini bikinan Tuhan Yang Maha Esa! Grgghhhhh... mau coba gigitan saya?! Grrrgghhh." Ditawarin seperti itu bukannya menciutkan nyali Oneng. Dia justru penasaran. Mumpung ini hanya mimpi, gigit aku saja Bang Hari ganteng. Kawini sekalian. "Boleh Bang, tapi gigitannya jangan level setan ya, level bayi saja. Biar berasa geli-geli inuk gitu," tawar Oneng kenes. Diluar kehendaknya, si Abang Harimau melongo bengong. Ada toh level gigitan? Apa itu ilmu kekinian manusia harimau? Bang Hari menyesal belum sempat update. Padahal Tuan Gandarewa sudah sering mengingatkan, sebagai setan, hantu, jin, dan makhluk jejadian kita tetap terus update ilmu kekinian. Oneng menyodorkan lehernya. "Bang, jadi gigit leher Oneng ndak?" Abang Harimau mengamati leher montok Oneng, wow sangat menggugah selera! Pasti darahnya banyak. Sepertinya manis, banyak lemaknya sih. Grep. Bang Hari menancapkan taringnya ke leher Oneng. Gadis itu menjerit kesakitan. Yaoloh, kok mimpinya seperti nyata banget. Bahkan Oneng bisa merasakan darahnya mengalir keluar. "Maaf, Bang Hari. Oneng ndak tahan. Meski ini mimpi, tapi sakitnya terasa nyata. Kita sudahi sampai disini saja ya." Buru-buru Oneng mendorong kepala Bang Hari. Lalu dia ngibrit ketika tahu Bang Hari bersiap menerjang. Aummmmm... Oneng berlari kencang sembari memegang lehernya yang terluka. Buk! Dia menabrak seseorang bergaun putih pengantin. "Ma-maaf.." Terdengar suara Oneng, bersamaan dengan suara orang yang ditabraknya. Oneng mengangkat kepalanya dan melihat wajah penabraknya. Mukanya pucat, putih seperti tembok dengan lingkaran hitam tebal disekeliling matanya. Seperti mayat hidup! "Aaargghhhhh!!" Mereka berdua kompak berteriak ketakutan. "Setannnnnn!!" Loh, mengapa mereka meneriakkan hal yang sama? Siapa yang setan toh? "Lo yang setan!" tuduh Oneng ndak terima. "Bukan. Kamu yang setan! Sumi iki manungsa kok," jawab sosok berbaju pengantin dengan dandanan menyeramkan itu. Sumi? Mengapa setan ini menyebut nama itu? "Sumi iku sohibku! Kamu sundelbolong yang menyamar dia toh!" "Ngawur! Aku bener-bener Sumi! Pasti kamu yang menyamar jadi Oneng!" "Pitnah! Aku ini Obeng.. eh Oneng. Kalau kamu beneran Sumi, kamu pasti tahu aku kalau tidur pake k****t warna apa?" Oneng mengetes sosok mencurigakan didepannya. Sumi malah tersenyum geli, dengan yakin ia menjawab, "Kalau kamu Oneng asli pasti kalau tidur ndak pakai k****t!" Heh, kok dia tahu? Spontan Oneng menutupi selangkangannya, masalahnya dia disini dalam posisi bermimpi. Kostumnya adalah kostum tidurlah, dengan kata lain dia lagi ndak pakai k****t! Untung tadi dia keburu tertidur sebelum melepas bra. Kalau endak, s**u montoknya bisa gondal-gandul kemana-mana. Jadi, berarti sosok didepannya adalah .... "Sumi!" "Oneng!" Mereka berdua saling berpelukan erat. "Yaoloh, Sumi! Kamu menghilang kemana toh? Lama ndak ketemu, mengapa kita bisa berada di mimpi yang sama?" cerocos Oneng penuh semangat. Sumi tersenyum sumringah sambil menggeleng. "Bukan mimpi, Oneng. Ini kenyataan! Aku yang meminta mereka mengundang kamu kemari." "Ngundang apa?" tanya Oneng heran. Lalu ia baru menyadari dandanan Sumi yang mirip pengantin setan. "Sumi, siapa yang mengawinimu? Kamu sek urip toh?" "Ya masih toh. Aku masih bernapas, Neng." Sumi sengaja menghembuskan napas hangat ke wajah Oneng. "Aku jadi pengantinnya Gege." "Gege iku sopo?" tanya Oneng penasaran. "Gege iku.. ehm.. ehm... kependekan dari Genderuwo," jawab Sumi jujur. Dia ndak bisa bohong, sepahit apapun kenyataannya. Oneng malah tertawa mendengar jawaban Sumi. "Ada ya jaman gini orang tua sinting yang memberi nama anaknya seperti nama jin?!" "Ndak tahu, Neng. Kata Gege dia ndak punya orang tua. Dia itu asal muasal dari bangsa genderuwo." Jawaban polos Sumi membuat Oneng kincep. "Jadi laki kamu itu genderuwo asli?" Sumi menggeleng. "Katanya dia itu raja genderuwo." Mata Oneng membelalak. Ini kenyataan, bukan mimpi. Suami Sumi genderuwo. Jadi ini acara kondangan mereka. Mereka undang-undang. Jadi, yang tadi ditemuinya sliwar sliwer itu hantu betulan! Dan Bang Hari juga nyata. Oneng mengusap luka di lehernya, darahnya betulan ada! Wajah Oneng berubah pucat pasi. "Neng, kamu kenapa? Ya ampun, lehermu luka!" ucap Sumi khawatir. "Sum, Sum, kita harus lari. Tadi aku melihat banyak setan disini. Seremmmmm Sum. Ini leherku juga digigit Bang Hari! Abang Harimau!" Dua gadis itu langsung gemetaran, mereka berlari sambil bergandengan tangan. Begonya mereka justru berlari ke pusat keseraman. Mereka baru menyadari kesalahannya setelah melihat para setan itu mengepung dua gadis yang memakai bedak dan masker tebal di wajahnya ini. "Siapa kalian?! Bagaimana bisa berada disini, di rumah Tuan Gandarewa?" Bang Hari bertanya ketus. "Kami... kami..." "Kami ini sinden yang diundang untuk meramaikan pesta!" potong Oneng cepat. Di tengah kekalutannya, tumben Oneng bisa berpikir tokcer. "Sinden itu apa, bah?!" tanya Togar, si begu ganjang dari Batak. Hantu panjang itu bertanya sambil memolorkan badannya kedepan. Napas Sumi tercekat, sedang Oneng menggigit lidahnya supaya ndak menjerit ketakutan. "Sin.. sinden itu penyanyi, bah," sahut Sumi. "Dangdutan!" pekik si pocong sambil menggoyangkan tubuhnya yang full dibalut kain kafan. "Iya, dangdutan," timpal Oneng cepat. Sumi ngelirik Oneng cepat. "Neng, aku ndak bisa dangdut!" bisik Sumi panik. "Isa! Kita nyanyikan ae Goyang Nasi Padang!" Itu lagu yang sering mereka dendangkan kalau sedang masak-masakan. Jadilah dua gadis itu mendadak nyinden, lagunya dangdutan yang heboh lagi. Untuk sesaat para setan itu melupakan kecurigaan mereka. Semua terlarut dalam hiburan yang disajikan dua gadis yang tampilannya mirip setan jejadian ini. Janganlah bersedih jangan merana Hanya gara-gara di putuskan cinta Bila memang tak ada jodohnya Lalu mau bilang apa Mari menari ikuti irama kita bergembira Berjoget bersama hilangkan semua duka lara Buanglah rasa Kecewa Ini lagu baru di ciptakan Di ciptakan hanya satu malam Karena Penciptanya orang padang Lagu ini judulnya goyang nasi padang Goyang nasi padang pakai sambal randang Sama orang minang yang ikut bergoyang Semua masalah jadi hilang Pikiranku jadi tenang Goyang nasi padang pakai sambal randang Sama orang minang yang ikut bergoyang Di Jamin pasti tak mau pulang karena ketagihan Maunya terus di goyang . Sumi dan Oneng hampir lupa mereka itu sedang menghibur makhluk astral yang tadi nyaris membuat dua gadis itu ngompol ketakutan. Hingga muncul satu makhluk riwuk berbulu hitam lebat. "Stopppp!!!" Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD