Akal-akalan Faiz

1032 Words
"Kamu mau cari mati?" tanya Brilliant dengan tatapan membunuh dan mendekatkan wajahnya pada Arumi. Arumi memundurkan kepala menghindari Brilliant. "Ma-maksudmu apa?" tanya Arumi gagap. "Kenapa tadi kamu menyebut jika aku adalah om kamu?" tanya Brilliant sambil menyentil dahi Arumi. "Aw!" Pekik Arumi sambil mengusap dahinya yang disentil Brilliant. "Senang banget sih berbuat seperti itu," ucap Arumi sambil memanyunkan bibirnya. "Jawab pertanyaanku," ucap Brilliant dengan penekanan di akhir kalimat. "Ya, karena aku spontan," jawab Arumi asal. "Sudahlah, jauhkan wajahmu itu," pinta Arumi sambil mendorong bahu Brilliant dengan telunjuknya. Brilliant pun duduk kembali dengan benar, tapi matanya tetap mengarah pada Arumi. "Kamu jangan macam-macam ya!" Seru Brilliant. "Macam-macam apa sih?" tanya Arumi tak mengerti. "Kamu itu harus ingat jika kamu sudah menikah," ucap Brilliant. "Apa tadi pacar kamu? Jadi kamu bilang padanya jika aku adalah om kamu?" Brilliant bertanya beruntun dan membuat Arumi memutar bola matanya. "Bukanlah!" "Dia hanya rekan kerjaku di tempat kerjaku dulu. Aku bilang kamu adalah om ku kan sudah ku bilang tadi aku spontan." "Sudahlah jangan diperpanjang." "Aku lelah," ucap Arumi sambil melihat ke depan. "Aku tidak mau lagi disebut om kamu ya! Akui saja aku adalah suamimu," pinta Brilliant. Arumi menganggukan kepalanya tanpa menjawab. "Jangan merusak reputasiku karena tingkah konyolmu," pungkas Brilliant. Arumi melihat ke arah Brilliant sambil menangkupkan tangannya di depan d**a. "Baik, Tuan," ucap Arumi. Setelah itu Brilliant menyunggingkan senyumnya, lalu melajukan kembali mobilnya. * Sementara itu Faiz sudah berada di mobilnya. "Aku baru tahu Arumi punya om sekeren dan sekaya itu," ucap Faiz sambil menyetir. "Untung saja itu om nya, bukan pacarnya." "Jadi aku masih punya kesempatan untuk mendekati Arumi," ucap Faiz dengan semangat Faiz membelokan mobilnya ke sebuah kafe. Di sisi lain Bela, adik Arumi sedang duduk sendiri di kafe itu. Bela memainkan sendok yang ada di gelas jusnya. "Menyebalkan sekali Julian, berani-beraninya dia selingkuh dibelakangku," ucap Bela dengan kesal. "Tiada maaf bagimu." "Sasa kemana lagi? Diminta menemaniku, malah ga datang. Menyebalkan sekali dia," Bela memanyunkan bibirnya. Sudah setengah jam Bela berada di kafe itu setelah ia bertemu dengan Julian, mantan pacarnya. Saat Bela memutar sendok di tangannya, tangannya berhenti saat melihat Faiz masuk. Senyuman terbit di wajah Bella. "Itu kan Kak Faiz?" ucap Bela pelan. Faiz berjalan ke arah tangga, tapi Bela dengan segera berdiri dan memanggil Faiz dari kursinya. "Kak Faiz!" Seru Bella. Faiz yang semula akan naik tangga pun akhirnya menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Bella. 'Itu kan Bella, adiknya Arumi?' Batin Faiz. Saat Faiz melihat ke arahnya, Bela pun menghampiri Faiz. "Hai kak Faiz, apa kabar?" tanya Bela sambil mengulurkan tangannya. "Kabarku baik. Bagaimana dengan kamu? " tanya Faiz yang sudah berdiri berhadapan dengan Bella. "Aku juga baik," jawab Bella ramah. "Oh iya Kak, apa kakak ada janji datang ke kafe ini?" tanya Bella mulai kepo. Faiz menggeleng. "Tidak, saya kemari hanya mampir dan tak ada janji dengan siapapun," jawab Faiz apa adanya. "Kalau begitu bagaimana kalau kita gabung saja? Aku hanya sendiri," tawar Faiz. 'Aku terima saja tawaran Bella, semoga ku bisa mengantar Bella pulang dan bertemu Arumi,' pikir Faiz. "Boleh," jawab Faiz sambil mengangguk. Setelah itu Bella pun mengajak Faiz untuk duduk di mejanya. Keduanya sudah akrab karena Faiz beberapa kali mengantar Arumi setahun yang lalu. Dan Bella dikenalkan Arumi pada Faiz. Bella dan Faiz pun mengobrol, Bella menanyakan pekerjaan Faiz dan Faiz menjawabnya dengan senang hati. Faiz berusaha ramah dengan niat agar ia bisa mengantar pulang Bella dan bertemu Arumi. Di sisi lain Bella tak menceritakan bahwa sang kakak telah menikah, ia fokus pada Faiz dan tak mau Arumi ada dalam bahasan obrolan itu. Di sisi lain Arumi masih berada di mobil Brilliant. Arumi mengerutkan keningnya saat menyadari mobil Brilliant tidak mengarah ke rumah Kenan. "Loh, kok jalannya ke sini?" "Ini kan bukan arah ke rumah," ujar Arumi sambil melihat ke arah Brilliant. "Kita ke rumah ayahmu dulu, aku ingin tahu kamarmu," jawab Brilliant tanpa melihat ke arah Arumi. "Lah, untuk apa ke kamarku?" tanya Arumi tak mengerti. "Sudah jangan banyak bicara. Sekarang kan aku ini suamimu, jadi jangan banyak protes," pinta Brilliant. Arumi memutar bola matanya malas dan setelah itu ia tak bicara lagi. Tak ada percakapan antara Brilliant dan Arumi hingga mobil yang mereka tumpangi sampai di rumah Aditya. Arumi langsung turun dari mobil dan masuk ke rumah, mengabaikan Brilliant. "Sepertinya dia sangat senang diajak ke rumah orang tuanya," pikir Brilliant. Brilliant mengarahkan mobilnya ke arah garasi, setelah itu ia keluar dan masuk ke rumah. Di sisi lain Arumi langsung masuk ke dapur karena ia mencium aroma masakan dari sana. "Uh, wanginya," ucap Arumi sambil masuk ke dapur. Elsa, tante Arumi yang saat itu sedang menggoreng ayam melihat ke arah Arumi. "Arumi," ucap Elsa sambil tersenyum. Arumi membalas senyuman Elsa dan ia langsung berjalan mendekati tantenya itu. "Kangen!" Seru Arumi sambil memeluk adik dari ayahnya itu. "Sama," jawab Elsa sambil mengusap punggung Arumi. Arumi melepaskan pelukannya dari Elsa. "Oh iya, ayah belum pulang ya?" tanya Arumi. "Belum. Dan memang tidak akan pulang," jawab Elsa. "Loh, kenapa?" tanya Arumi. "Ada acara reuni dengan teman-temannya di luar kota, ayahmu ikut katanya untuk menambah relasi," jawab Elsa. Arumi pun mengangguk. "Oh iya, kamu kemari sendiri?" tanya Elsa. Saat Arumi akan menjawab, suara bariton Brilliant terdengar dari arah pintu. "Arumi kemari bersama saya," jawab Brilliant. Arumi dan Elsa pun melihat ke arah Brilliant. Brilliant berjalan mendekati Elsa dan Arumi. Ia bersalaman dengan Elsa. Brilliant juga menanyakan kabar Elsa dan Elsa menjawabnya sambil tersenyum. "Mas, kita ke kamarku saja. Bukankah kamu kemari untuk istirahat?" tanya Arumi. Brilliant pun mengangguk. "Bi, saya permisi dulu," ucap Brilliant sopan. Elsa pun mengangguk dan mempersilahkan. Brilliant pun akhirnya keluar dengan Arumi dari dapur. Keduanya tak saling bicara lagi. Hingga akhirnya Arumi sampai di depan kamarnya. Arumi masuk ke kamarnya dan Brilliant mengekorinya. Brilliant memperhatikan sekeliling kamar Arumi dan ia tersenyum kecut. Arumi yang menyadari itu mengerutkan kening. "Biasa aja dong senyumnya!" Seru Arumi kesal. Brilliant tak menghiraukan ucapan Arumi. Ia lebih memilih berjalan ke arah ranjang dan langsung mendudukan tubuhnya di sana. "Jika kamu mau membantu bibi di dapur, ke dapurlah. Aku mau istirahat dulu di kamar gadis bar-bar," ujar Brilliant sambil mengibaskan tangannya. "Kamu mengusirku?" tanya Arumi. "Ya!" jawab Brilliant tegas. "Atau kamu berpikir aku mengajakmu kemari untuk - ," Brilliant memutus kalimatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD