Briliant Melihat Saat Arumi Mandi

1008 Words
Duduklah di sini," pinta Elsa sambil duduk di ranjang dan menepuk tempat di sampingnya. Arumi menurut. Ia duduk di samping Elsa. "Arumi," ucap Elsa. Arumi melihat ke arah Elsa. "Iya bi," jawab Arumi. "Kenapa kamu duduk berdua di ruang tamu dengan lelaki lain?" Tanya Elsa. Arumi terdiam. Arumi merasa heran kenapa Elsa mempermasalahkan ia duduk di ruang tamu bersama Faiz. Elsa yang tak mendapatkan jawaban dari keponakannya itu pun memanggil nama Arumi kembali. "Arumi," panggil Elsa lagi. Dan Arumi langsung menanggapi panggilan Elsa. "Em, maksud bibi apa?" Tanya Arumi tak mengerti. "Bukankah bibi tak mempermasalahkan ini?" Tanya Arumi. Bukan sekali ini Faiz ke rumah tapi Elsa baru kali ini mempertanyakan hal itu. "Arumi kamu ini sekarang sudah menikah," tutur Elsa sambil mengusap lengan Arumi lembut. Arumi mengerutkan keningnya. Ia masih belum mengerti maksud Elsa. Elsa yang melihat raut wajah Arumi pun langsung tersenyum. "Duh, kamu ini memang terlalu cepat menikah sayang," ucap Elsa. "Memang kenapa sih bi?" Tanya Arumi tak sabar kenapa Elsa seakan melarang ia duduk satu ruangan dengan Faiz. "Begini ya Arumi," Elsa mulai menjelaskan. "Jika sudah menikah, tak indah rasanya jika kamu berduaan dengan lelaki lain jika bukan saudara." "Saudara pun harus atas izin suami." "Jangan salah." "Ini hal yang sangat penting," ujar Elsa kemudian. Arumi memperhatikan setiap kalimat yang dijelaskan oleh Elsa. Elsa menjelaskan jika setelah menikah Arumi tak bisa sebebas dulu. Namun itu juga untuk kebaikannya juga. Arumi pun mengerti dan ia senang diingatkan oleh Elsa. Arumi juga sadar ia adalah istri dari Brilliant Putra El Zein, ia harus menjaga nama baik keluarganya dan keluarga suaminya. "Kamu mengerti maksud bibi kan?" "Bibi harap kamu tidak marah, bibi ingatkan," ucap Elsa. Arumi tersenyum sambil mengangguk. "Arumi mengerti, tidak marah. Malah Arumi bersyukur karena bibi sangat perhatian dan memberi tahu," ucap Arumi. Elsa tersenyum. Setelah itu keduanya berpelukan beberapa saat hingga akhirnya pelukan itu terlepas saat Arumi teringat sesuatu. "Bi," ucap Arumi sambil menatap Elsa. "Kenapa?" Tanya Elsa sambil mengerutkan keningnya. "Aku lupa Ian di kamarku!" Seru Arumi sambil berdiri. "Aku harus segera ke kamar," ucap Arumi sambil berjalan menjauhi Elsa. Elsa pun mengangguk, setelah itu Arumi keluar dari kamar Elsa. Di sisi lain Faiz masih di ruang tamu. Setelah kepergian Arumi ia menjadi bosan berada di sana. "Arumi kemana sih, lama sekali," ucap Faiz pelan. Faiz bahkan lupa jika ia berada di sana karena ia mengantar Bella. Tak lama setelah mengatakan itu Bella muncul dan menghampiri Faiz. Saat itu Bella sudah mandi berganti pakaian dan terlihat lebih segar dari sebelumnya. "Kak, maaf menunggu lama," ucap Bella yang semakin cantik. Faiz melihat ke arah Bella. Tapi ia tidak tertarik sama sekali. "Oh iya, tidak apa-apa," jawab Faiz. Bella melihat gelas yang ada di hadapan Faiz lalu ia mendudukan tubuhnya di sofa dengan cara yang anggun. Berbeda dengan Arumi yang duduk ia langsung duduk biasa saja. "Oh iya tadi kak Arumi sudah menemui ka Faiz kan?" Tanya Bella. Faiz pun mengangguk. "Iya, tadi Arumi yang menyajikan minum. Tak lama setelah itu ia dipanggil oleh - ," Faiz memutus kalimatnya. Bella pun mengerutkan keningnya. Masalahnya yang ada di rumah itu tak hanya Elsa saat itu tapi ada Brilliant juga. "Seorang perempuan," sambung Faiz. "Ah, itu bibi kami. Bi Elsa namanya," ujar Bella menerangkan. Sebenarnya Faiz ingin sekali menanyakan keberadaan Arumi pada Bella, tapi ia urung karena Bella bicara. Sementara itu Arumi yang sudah berada di lantai dua langsung berjalan menuju pintu kamarnya. "Semoga si Ian itu tak membuka lemari pakaianku. Kalau dia menemukan benda rahasiaku bisa jatuh harga diriku di hadapannya," ucap Arumi pelan dengan langkah cepat. Setelah berada di depan pintu kamar, Arumi langsung membuka pintu dan ia bernafas lega saat melihat Brilliant tidur di ranjangnya. "Dia tidur?" Ucap Arumi sambil menutup pintu kamarnya. "Aku kira orang sepertinya tak akan bisa tidur di kamar sempit milikku ini," pikir Arumi sambil berjalan mendekati ranjangnya. Setelah berada tepat di samping ranjangnya. Arumi menghentikan langkahnya dan ia meliHat wajah Brilliant yang sedang terlelap tidur. 'Ternyata apa yang dikatakan teman-temanku dulu benar. Ian akan terlihat jauh lebih tampan jika sedang tidur,' batin Arumi. Arumi pun langsung menggelengkan kepalanya. "Mikir apa aku ini!" Seru Arumi pelan pada dirinya sendiri. Arumi langsung menepuk-nepuk kepalanya pelan. Selanjutnya ia memilih untuk berjalan ke arah lemari pakaiannya dan mengambil handuk bersih di sana lalu ia masuk ke kamar mandi. Arumi merasa harus mandi karena gerah setelah membantu Elsa memasak di dapur. Bagi Arumi, ia harus selalu mandi jika sudah masak. Sesaat setelah Arumi masuk ke kamar mandi Brilliant mengerjapkan matanya dan merenggangkan ototnya. Setelah kesadarannya penuh Brilliant mendudukan tubuhnya. Brilliant melihat ke sekeliling kamar Arumi. Dan ia sadar jika ia yang semula hanya ingin meluruskan pinggang di sana malah ketiduran. "Malah ketiduran segala," ucap Brilliant pelan sambil melihat jam di pergelangan tangannya. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul enam. "Kemana lagi gadis bar-bar itu, dia malah menghilang," umpat Brilliant kesal. Brilliant berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi hendak mencuci muka. Brilliant membuka pintu kamar mandi dengan mudahnya pintunya pun terbuka. Tak lama setelah itu Arumi menjerit dari dalam kamar mandi. "Aaa!" "Keluar!" "Kenapa kamu bisa masuk!" Seru Arumi keras. Brilliant didorong keluar dari kamar mandi oleh Arumi hingga kemeja Brilliant basah. Pintu kamar mandi ditutup kembali oleh Arumi dengan keras dan itu membuat Brilliant menyunggingkan senyumnya. "Dasar ceroboh membawa berkah," ucap Brilliant sambil menahan senyumnya. Brilliant akhirnya memilih mendudukan lagi tubuhnya di ranjang dan memainkan ponselnya di sana. Di lantai bawah Faiz pamit pulang dan Bella mengantarnya sampai teras. Bella melambaikan tangannya pada Faiz sesaat sebelum Faiz melajukan mobilnya. Bella masuk ke rumah lagi sambil tersenyum bahagia. Betapa tidak, Bella yang selama ini mengincar Faiz kini ia punya nomor ponselnya. "Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta," ucap Bella pelan. Sementara itu Faiz memukul stir mobilnya karena kesal tak bertemu dengan Arumi kembali. "Sial! Kenapa aku tak melihat Arumi lagi tadi," ucap Faiz kesal. Di kamar Arumi, Arumi belum juga keluar dari kamar mandi setelah ia masuk lima belas menit yang lalu. Brilliant mendengar suara ketukan pintu. Brilliant langsung menyimpan ponselnya dan berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD