Terpaksa Menikah

1433 Words
"Tenang saja! Kita hanya menikah kontrak!" bisik Fathan yang posisi duduknya tak jauh. "Apa maksudmu?" tanya Nazira dengan tatapan bingung. "Nanti aku jelaskan!" ujar Fathan dengan ekspresi datarnya. "Jika kalian setuju, jangan berbisik-bisik seperti itu!" bentak Babe Muhrowi membuat Nazira terjengkit dan menarik tubuhnya menjauh dari Fathan. "Iza tidak mengatakan setuju, Be!" jawab Nazira bersikeras dengan sikapnya. Namun, tiba-tiba Nazira terkejut saat melihat tubuh ayahnya luruh di kursi yang didudukinya. "Babe!" Nazira cemas sambil mendekati ayahnya. Sementara itu, ibunya pun langsung beranjak untuk menopang tubuh suaminya yang masih setengah sadar. Jawaban Fathan tentu saja membuat Babe Muhrowi, Cang Rozak, Cang Rohim juga seorang kakak sepupu Nazira bernama Abizar yang ada di sana jadi terkejut dibuatnya. "Jadi lo di Kairo tinggal bersama Nazira?" tanya Abizar menatap temannya dengan ingin tahu. "Iya, kami tinggal bersama!" jawab Fathan membuat Nazira ingin memukul kepala pria itu menggunakan nampan plastik yang ada didepannya. "Maksud kamu, kalian tinggal satu rumah?" tanya pria bernama Rohim dengan penuh selidik. "Bukan, tapi Nazira yang mendatangi kamar hotel di mana saya menginap," jawab Fathan sangat enteng membuat Nazira menatap penuh kebencian. "Pendusta!" desis Nazira marah. "Pendusta bagaimana? Kalau kenyataannya benar," sahut Fathan membalas tuduhan Nazira. "Jadi, kalian ...!" ucap Babe Muhrowi tak tuntas, karena pria itu terlihat kesakitan seraya memegangi d**a sebelah kirinya yang terasa nyeri. "Bang!" seru Cang Rozak dan Rohim bersamaan. "Cang Rowi! " seru Abizar yang langsung memburu kearah Babe Muhrowi sebelum pria itu terjatuh dari tempat duduknya. "Babe!" pekik Nazira yang sudah mulai menangis. Dengan disangga oleh Abizar dan Rozak, Muhrowi berusaha menyelesaikan ucapannya. "Kamu mengecewakan Babe dan juga Umi, Iza!" ucap Babe Muhrowi dengan nada berat menahan sakit pada jantungnya. "Maafin Iza, Be! Tapi itu semua salah paham," isak Nazira seraya memengang lengan babenya. "Salah paham bagaimana? Jika pria itu justru mengakui yang sebaliknya, Iza," ucap Cang Rohim menatap ponakannya dengan tatapan antara kecewa juga iba. "Kalau seperti itu tidak bisa di tunda, mereka harus menikah sekarang juga. Ijab kabul saja dulu, besok pagi baru pelaporan ke KUA-nya, biar saya yang urus surat-suratnya !" usul Cang Rohim yang diangguki oleh babe Muhrowi yang terlihat pucat seraya memegangi d**a kirinya. "Tapi, Be! Bagaimana dengan kuliah S2, Iza?" ucap Nazira mengiba dengan airmata membasahi kedua pipinya. Sementara Fathan jadi merasa bersalah atas ucapan provokasinya tadi. Niatnya hanya bercanda tak menyangka akan jadi serius seperti ini. "Lupakan! Karena ilmu yang kamu dapat sudah kamu rusak sendiri!" "Bagaimana bisa, Be! Iza dapat beasiswa penuh. Itu hal yang Iza impikan selama ini." Nazira berusaha mempertahankan impiannya meneruskan strudynya di Kairo kembali. Namun usaha gadis itu sia-sia, karena kini kakak dari babenya ikut mendukung apa yang di putuskan sang babe. "Jangan membantah, Iza! Fathan sudah mengakui jika kalian memiliki hubungan dan sudah tinggal bersama di Kairo! Apa kamu ingin membuat babemu sekarat dengan penolakanmu?" tanya Cang Rohim tajam. Nazira hanya diam dan menatap penuh penyesalan ke arah kedua orangtuanya. Kedua mata bernetra almond miliknya sudah mengabur dengan airmata. "Iza tetap tidak mau menikah." "Ka... !" ucapan babe Muhrowi tak selesai karena pria itu langsung pingsan membuat semua orang panik. "Bawa ke mobil, Zar! " perintah Fathan seraya menarik Nazira untuk berdiri dan mengikuti dirinya. Dengan cepat Babe Muhrowi dibawa kerumah sakit. Butuh waktu satu jam bagi dokter untuk menstabilkan kondisi pria enam puluh tahun itu Tampak Nazira masih menangis dipelukan ibunya, dia takut kondisi babenya akan memburuk bila dia tetap bertahan pada pendiriannya. Dan jika itu terjadi, dia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Akhirnya Nazira pun mengatakan setuju menikah dengan Fathan walau hatinya menolak keras. Dan malam itu juga, diruang perawatan, dihadapan sang ayah yang menahan rasa sakit akibat mengalami serangan jantung, dan dua orang saksi. Nazira menerima Fathan menjadi suaminya, setelah pria itu mengucap ijab qobul dengan lancar dihadapan babe Muhrowi dengan mas kawin berupa uang sebesar satu juta rupiah karena memang hanya segitu yang ada di dompet Fathan. Maka resmilah status Nazira berganti menjadi istri dari seorang pria yang tak dikenalnya. Nazira menggeser duduknya daat Fathan dengan acuhnya mendudukkan diri disebelah Nazira yang duduk seorang diri didepan kamar rawat babenya. "Tenang saja, biaya perawatan ayahmu, aku yang selesaikan semuanya! Namun kamu jangan berpikir jika pernikahan kita adalah pernikahan yang sebenarnya! Karena aku tidak mau terikat pada satu wanita, apa lagi yang tidak aku kenal!" ucap Fathan seraya menyandarkan tubuhnya disandaran kursi, sementara Nazira hanya diam, sibuk mendamaikan jantungnya yang berdebar kencang. "Dan satu lagi, aku akan menyusun kontrak pernikahan kita dan kamu harus menandatanganinya, sebagai balas budi sudah menyelamatkan wajah kedua orangtuamu di depan banyak orang!" "Tapi itu tidak akan terjadi, jika kamu tidak mengatakan omong kosong kalau kita tinggal bersama di Kairo, Fathan!" sahut Nazira penuh amarah. "Siapa yang akan percaya? Jika melihat rekaman cctv dikamar hotel saat malam itu?" ujar Fathan licik membuat kedua bola mata Nazira membola sempurna. "Kamu licik!" "Bukan licik! Aku hanya memanfaatkan kondisi saja! Lagi pula, memiliki wanita dengan tampilan berbeda itu merupakan satu tantangan buatku," sahut Fathan yang lantas mencium kening Nazira secara tiba-tiba membuat Nazira terkejut dengan kedua pipi yang memerah "Kamu cantik sekali, jika tengah merona," goda Fathan membuat Nazira membuang pandangan. Fathan lantas begitu saja berlalu dari hadapan Nazira yang masih berdiri di depan pintu kamar rawat ayahnya. Pria itu tampak menemui beberapa orang pria yang sangat hormat padanya. Dan tak lama dari sudut matanya, Nazira bisa melihat, bagaimana Fathan merangkul mesra seorang wanita yang dia pernah lihat sebelumnya keluar dari kamar hotel yang di sewa Fathan saat di Kairo. "Bukannya itu Lyondra?" tanya Nazira pada Abizar yang duduk disebelahnya menggantikan Fathan. Nazira berkata seraya menatap kepergian Fathan bersama wanitanya juga para anak buah pria itu. "Kamu kenal dia?" "Tidak! Hanya kebetulan saja tahu namanya saat menemui Fathan untuk mengembalikan tas kami yang tertukar." "Jadi kalian berada di hotel yang sama hanya karena tertukar tas?" tanya Abizar tak percaya. "Iya, Bang!percayalah pada Iza! Dan benar Iza yang mendatangi Fathan karena Iza sangat membutuhkan buku-buku yang ada di dalam tas yang terbawa oleh Fathan." "Lalu, isi tas Fathan sendiri apa? Kamu pasti melihatnya bukan, karena tak mungkin kamu bisa tahu dimana Fathan menginap jika tidak memeriksa isi tas pria royal itu!" "Isi tasnya uang yang sangat banyak, juga ada beberapa bungkusan plastik yang tidak tahu apa karena menggunakan huruf kanji," aku Nazira jujur. "Fathan memang tak ragukan kemampuan manipulasinya," ucap Abizar di sertai senyum bangganya. "Abang kenal dengan wanita itu?" "Kenapa, kamu cemburu?" "Tidak! Aku hanya bertanya saja, Bang, " elak Nazira tak suka. "Dia teman wanitanya Fathan, seorang model internasional! Dan sepertinya dia akan jadi duri dalam kehidupanmu bersama Fathan," ucap Abizar seraya bangun dari duduknya, sebelum pergi pria itu kembali berkata,"Dan kamu harus tahu Nazira ! Fathan seorang pemain handal dalam urusan menyenangkan wanita cantik dan bertubuh molek. Dia tidak betah hanya bersama seorang wanita saja. Fathan seorang pria pujaan banyak wanita." Abizar lantas meninggalkan Nazira yang berdiri termangu meratapi nasibnya. Sementara itu Lyondra yang kesal hanya bisa memaki pada angin yang berhembus melalui celah tirai kamar tidur di apartemen mewah miliknya yang merupakan hadiah dari Fathan. Wanita itu merasa sangat kesal, karena Fathan meninggalkannya begitu saja setelah dirinya menjemput pria itu dirumah sakit. Dia sangat berharap bisa menikmati tiga hari masa liburnya dengan penuh kehangatan bersama sang kekasih sebagaimana sering mereka lakukan. Namun harapan dan keinginannya tak berjalan sempurna seperti biasanya. "Ke mana perginya laki-laki itu? Kenapa terburu-buru? Bahkan tak menyelesaikan permainannya!" geram Lyondra seraya memunguti pakaian miliknya yang berserakan di lantai. Awalnya mereka memang dilanda gairah yang memuncak, bahkan Lyondra sudah tak kuasa ingin merasakan permainan panas sang kekasih yang selalu membuatnua merasa kecanduan. Namun tiba-tiba Fathan melepaskan diri begitu saja dan meninggalkan Lyondra dalam kondisi birahi yang memuncak setelah menerima panggilan telphone. "Apa hubungan Fathan dengan wanita bercadar itu? Apa dia wanita yang waktu itu menemui Fathan di kamar hotel Ramses?" tanya Lyondra pada diri sendiri. "Hati-hatilah kamu, karena Fathan tak semudah itu bisa kamu miliki! Dia hanya milikku, semua yang ada pada diri Fathan begitu pula hartanya adalah milikku! Jangan bermimpi bisa merebut Fathan dari aku, wanita jalang!" maki Lyondra marah di bawah guyuran air dingin untuk meredakan birahi yang masih menguasai dirinya. Dan Nazira tampak menutup wajahnya menggunakan tangan. "Yaa Rabb! Apa aku dinikahi seorang playboy? Cobaan apa ini Yaa Rabb !" keluh Nazira yang lantas berjalan menuju arah pintu keluar. Gadis itu harus pulang untuk membereskan pakaian dan barang pribadinya. Dia akan ikut tinggal dirumah milik Fathan atas perintah pria itu juga perintah sang babe yang masih sangat kecewa padanya. Tangis juga sesal rasanya tak lagi berguna dilakukan. Yang di pikirkan Nazira saat ini bukan tentang dirinya namun kondisi kedua orangtuanya. Nazira menoleh, saat suara pria menghentikan langkahnya. "Nazira!" "Raspati!" gumam Nazira tanpa sadar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD