Di Kejutkan

642 Words
Entah siapa lagi yang disebutkan Syasya. Aku sudah tak fokus pada ucapan yang keluar dari mulut istri mudaku itu. Raut sumringah terpancar pada wajah Nisa. Siapa gerangan mereka? Kenapa Syasya mengenali semuanya. Aku melihat kearah Syasya, wajahnya sudah pucat. sepertinya darah tak mengalir pada tubuhnya. "Kamu baik-baik saja, Sya?" tanyaku karena baru kali ini melihat wajahnya pasi seperti mayat. "Eee ... A-aku ngga papa, tiba-tiba perutku sakit. Aku mau pulang saja ya!" ucapan Syasya membuat aku makin penasaran siapa laki-laki yang di kenalinya. Temannya kah? Sejauh ini aku tak pernah dikenalkan dengan teman-teman Syasya. Syasya beranjak berdiri, dengan cepat meraih tas yang sempat ia letakan di atas meja. "Kamu mau kemana?" tanya Nisa pada Syasya dengan menarik satu tangannya. "Ini acara khusus untuk pesta lajangmu loh!" Nisa menambahkan. Aku melonggo, apa maksudnya pesta lajang. Bukankah pesta itu hanya untuk kaum laki-laki sebelum menikah? "Ayolah! Kita sedikit bernostalgia, apa kamu tak ingin mengenang masa-masa manis bersama mereka. Mereguk manisnya madu cinta?" Sungguh ucapan Nisa tak bisa aku cerna. Ia terlalu luwes dalam berbicara. Penuh teka teki. Ah! Kukira dia hanya istri pemalas yang tahunya hanya mengurus rumah dan anak kembar kami. Nisa menarik tangan Syasya, membuat ia tak mampu menolak. Semua laki-laki yang berjumlah delapan orang itu duduk. Mereka seperti sudah tak sabar untuk menikmati hidangan yang telah disediakan. Pantas Nisa meletakan banyak piring, bahkan lebih dari dua puluh. Tunggu! Kalau ia meletakkan piring sebanyak itu? Artinya masih ada yang akan datang? Siapa lagi yang Nisa undang. Semua orang disini saja aku tak mengenali. "Ayo makanlah! Kita rayakan kemenangan suamiku yang telah berhasil dari kalian." Senyum Nisa mengembang. "Selamat ya, Ar! Kamu pria hebat, dapat bertahan dengan Syasya. Aku saja nyerah hanya kuat lima bulan berpacaran dengannya! Badgetku tipis bro, karena aku hanya direktur saja!" Apa jadi lelaki bertubuh besar dan tinggi dengan pakaian rapi itu ternyata mantan pacarnya Syasya. Itu artinya yang lain juga .... Aku memijit kening, tak aku balas ukuran tangan lelaki tadi. aku masih syok. Apa maksud dengan semua ucapanya? Bagaimana dia bilang aku kuat? Dan menghubungkan dengan profesi. Selama ini Syasya baik-baik saja. Tak pernah meminta hal lebih kecuali sekedar jalan-jalan. "Udah makan dulu, nanti aja mengucapkan selamatnya. Aku takut Mas Arman pingsan sebelum makan. Kalau udah makan kan bisa lebih kuat menghadapi kenyataan. Betul kan, Mas?" Nisa menatapku menggoda, seolah tengah mengejek. Apa maksud semua ini. Aku bingung dengan drama yang dibuat Nisa. Bahkan kulihat Syasya terdiam bagai patung. "Syasya itu mantap goyangannya, Bro! Sayang aku juga nggak kuat sama keroyalannya. Itu juga yang membuat aku harus bubar dengannya. Dia itu glamaur, bedaknya saja setara gajihku satu bulan. Kalau diteruskan bisa-bisa aku kenyang makan bedak dan goyangannya di ranjang." Lagi seorang lelaki berkata, membuat aku hampir pingsan mendengar kata ranjang? Aku menatap wanita bermake-up cantik itu, aku memang mengagumi kepintarannya dalam mempercantik diri, tapi ... Apa maksud ucapan dari para lelaki disini. Apa benar mereka pernah menjamah Syasya. Itu artinya? "Syasya!" Aku mencoba mencari jawaban padanya namun sepertinya aku tak menemukan, karena Syasya hanya terdiam dan tertunduk, bahkan kulihat bibirnya bergetar karena ketakutan. Apa mereka semua itu hantu bagi Syasya? "Sudah, sudah ... Slow dulu. Jangan buat kondisi makin tak kondusif. Ayo-ayo nikmati makanan kalian!" "Iya Mbak Nisa. Makasih udah undang kami kesini. Terima kasih atas jamuannya ya, Mbak!" Semua mengangguk mengikuti instruksi satu laki-laki yang berucap. "Ayo, Mas. Makan dong! Suapin juga tuh Syasya. Sepertinya dia juga belum menyentuh makanannya. Mungkin dia grogi bertemu para mantannya!" Aku membelalakkan mata. Jadi benar semua laki-laki disini adalah mantan Syasya. Astaghfirullah ... Aku nomor berapa? Ternyata aku mendapatkan wanita yang seperti piala bergilir. "Ayo, Mas. Kenapa makananya didiamkan saja! Biasanya kamu paling lahap lho." Nisa mendekat kearahku. Mengusap punggung ku dengan sedikit berbisik. "Makan, Mas. Masih ada kejutan lain menantimu. Aku takut kamu tak kuat menerima kenyataan!" Sial! Apalagi yang di maksud Nisa? Sepertinya aku ingin pingsan saja. ===!!!===
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD