Part 5

1865 Words
"Aku belum siap untuk memerankan peran ini, tapi aku tidak bisa mengelak ketika semuanya sudah di tentukan" ***** Brukk!   Atha langsung di lemparkan dengan sangat kencang di atas sebuah ranjang berukuran sedikit besar.  Membuat Atha memekik karena merasakan sakit di bagian punggungnya,  dia segera bangun dan menatap tajam ke arah Aoi berada. Dia memberikan tatapan membunuhnya pada Aoi,  Atha benar-benar membenci pria itu.  Sangat membencinya,  dia tidak akan pernah memaafkan perbuatan Aoi padanya.  "Jangan melihatku seperti itu, young lady. Kau akan membuatku ketakutan."  ucap Aoi di buat-buat.  Dia berjalan ke arah Atha berada,  membuat Atha reflek untuk memundurkan tubuhnya. Dia berniat lari namun dia lagi-lagi kurang cepat,  karena Aoi menarik kakinya dan membuat Atha terlentang di atas ranjang.  Detik berikutnya Aoi sudah berada di atas tubuh Atha,  dia langsung memenjarakan tubuh mungil milik Atha.  Membawa kedua tangan Atha di atas kepalanya, dan mengunci pergerakan Atha.  "Lepaskan tanganmu kotormu dariku! b******k!"  umpat Atha pada Aoi yang kini wajahnya begitu dekat dengannya.  Aoi justru menyeringai dengan liciknya, dia malah terhibur dengan ekspresi wajah yang di perlihatkan oleh Atha.  "Mulut manismu ini benar-benar perlu di beri pelajaran agar bisa mengucapkan kata sopan sepertinya, bukan begitu, young lady?"  Aoi mendekatkan wajahnya ke arah bibir Atha. Berniat untuk melumat bibir tipis yang begitu menggodanya, tapi dengan cepat Atha menghindar.  Atha menolehkan kepalanya ke kanan, sehingga Aoi kini hanya bisa mengecup pipi milik Atha.  "Ah, kenapa menghindar? Aku baru akan memberimu sedikit pelajaran."  bisik Aoi tepat di telinga Atha.  Atha bergidik dibuatnya, dia merasa sangat jijik dengan dirinya sendiri.  Berpenampilan seperti seorang p*****r, dan sekarang dia di perlakukan sebagaimana tugas seorang p*****r.  Melayani tuannya.  Atha berniat untuk menendang tapi lagi-lagi kakinya di tahan oleh Aoi,  pria itu ternyata lebih kuat daripada yang Atha duga.  Dia sangat tahu bagaimana cara mengunci lawannya hingga tidak bisa bergerak.  "Apa yang kau inginkan dariku? Bukankah kau sudah menjual ku ke tempat terkutuk ini?!" Pekik Atha dengan nada penuh emosi.  "Apa yang aku inginkan? Seharusnya kau sudah paham benar, hal apa yang diinginkan oleh seorang pria dewasa ketika melihat ada wanita tidak berdaya di bawah kuasanya,"  balas Aoi enteng, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Atha.  "Menidurinya hingga puas."  Atha menoleh kan kepalanya cepat. "Dasar biadap! Aku bukan seorang p*****r!!"  "Berpakaian hampir telanjang seperti ini, apa namanya jika bukan p*****r? Jangan berpura-pura menjadi gadis perawan.  Karena itu tidak akan mempan padaku."  Aoi mencengkram tangan Atha kuat, hingga membuat Atha meringis kesakitan.  Namun Atha terus saja melakukan perlawanan, dia tidak akan membiarkan pria b******n di atasnya bisa melakukan hal rendah pada dirinya.  "Ternyata kau adalah kucing liar, bersikaplah seperti gadis baik dan menurut. Jika kau melakukannya maka aku tidak akan berbuat kasar seperti saat ini.  Jadi kau mau kan menyerah dan mulai menikmati apa yang akan aku lakukan terhadap tubuhmu?" ujar Aoi yang terus merapatkan tubuhnya pada Atha.  Cuih!!   Atha langsung saja meludahi wajah Aoi dengan air liur nya.  "Lebih baik aku mati, daripada harus menjadi pelacurmu!"  "Kau...!" desis Aoi emosi, dia berniat untuk melepas paksa bra yang di pakai Atha. "Cukup, mister Akira. Gadis itu masih belum waktunya untuk di tiduri olehmu."  suara yang begitu familiar di telinga Atha membuat kegiatan Aoi terhenti.  Aoi mendesah keras, dia lalu beringsut dari posisinya yang menindih Atha.  Memandang Sherly dengan tatapan kesal yang tertahan, padahal sebentar lagi dia bisa bersenang-senang.  Tapi kegiatannya harus terhenti begitu saja karena kedatangan Sang pemilik club.  Argh!  Sial!  Atha segera bangkit dari tempatnya, meraih selimut melilitkannya pada tubuh.  Menatap ke arah Aoi dan juga Sherly. Atha masih mengatur nafasnya yang tadi sempat memburu, namun tanpa di duga dia merasakan sakit di kepalanya.  "Arghh!" Atha meringis kesakitan karena Sherly yang tiba - tiba menjambak rambutnya. "Jangan pernah berani untuk kabur,  kau fikir bisa dengan mudah keluar dari tempat ini tikus kecil! Jangan pernah bermimpi.  Sekali kau masuk kesini, maka tidak akan bisa keluar lagi.  Tapi jika kau masih saja berani kabur maka aku pastikan kau akan mati di tanganku!"  desis Sherly tepat di depan wajah Atha.   Sherly lalu menghempaskan Atha ke ranjang,  dan pergi ke arah pintu.  Begitu pula Aoi yang mengikuti di belakang.   Atha mengigit bibirnya kuat,  dia tidak boleh menangis.  Dia pasti akan menemukan celah untuk kabur!  Pasti akan dia lakukan!!  ****** Dentuman suara musik sangat kencang terdengar, memenuhi ruangan yang penuh sesak oleh orang - orang yang meliukan tubuhnya diatas lantai dansa.  Pemandangan ini sudah tak asing lagi bagi siapa saja yang prnah datang atau bahkan setiap hari kemari. Club malam, tempat dimana hal bebas bisa di lakukan.  Minum sampai pagi, mengencani wanita, meliukan tubuh tanpa beban, dan tentu saja kegiatan make out di sana. Hal menjijikan yang tak pernah di bayangan oleh Atha.  Dia harus terjebak di dalam kubangan yang selalu dia hindari .  Dia memang anak polos, tapi dia tahu apa itu ' Club malam ' dia bahkan pernah sekali datang ketempat terkutuk itu.  Jika bukan karena acara kebohongan sahabatnya, dia bersumpah tak akan pernah menginjakan kakinya di tempat itu. Namun, sepertinya takdir sedang ingin memainkan hal buruk untuk Atha.  Karena disinilah dia berdiri di sebuah ruangan.  Terdapat sofa panjang dan juga meja kaca. Sedikit asing dengan tempat yang baru saja dia datangi. Well, sudah 7 hari dia mencoba kabur namun usahanya gagal.  Dan berakhirlah dia di kurung di kamarnya, berteriak sudah pasti di lakukanya tapi apa boleh buat tak akan ada malaikat yang mau datang ke tempat hina macam ini.  Dia kini berdiri tepat di depan sofa itu, tentu saja tidak sendirian karena ada 5 orang lainya yang ikut berjejer denganya.  Atha tidak tahu apa maksudnya yang jelas dia sangat risih dengan pakaian yang di kenakanya.  Kaos ketat yang memperlihatkan bra dan belahan dadanya.  Jangan lupa kaos berwana putih itu hanya menutupi setengah badan atasnya.  Pusar itu tampak jelas terlihat walau Atha mencoba untuk menutupinya, heels yang tinggi serta rok super mini.  'Ohh! Apakah tak ada pakaian layak yang orang orang ini punya?!' Gerutu Atha dalam hati.  "Kalian bersikaplah manis saat tamuku nanti datang kemari."  Ucap sang pemilik Club yang tak lain adalah Sherly.  Wanita mendusa yang berani menjambak rambut Atha.  'Seperti biasa, mulutnya suka memerintah!'  gerutu Atha dalam hati.  "Madam, beliau sudah datang" ucap lelaki bertubuh tegap dan memiliki otot yang sangat besar.  "Baiklah mari kita sambut tamuku."  ucapnya secara lantang dan semua orang disana tampak mengangguk patuh.  Tak lama dapat terdengar suara derap kaki dengan sepatu mewahnya.  Atha hanya mampu menundukan kepalanya.  Karena dia tidak ingin menatap orang yang kini sudah duduk di sofa mewah itu.  Dapat terdengar bisikan bisikan dari gadis di sebelahnya, tapi Atha tidak perduli difikiranya sekarang hanya mencari cara bagaimana kabur dan menghubungi temanya Felisia.  "Selamat datang tuan,  sungguh kehormatan anda mau berkunjung ke tempat saya."  Ramah sherly.  "Aku tadi hanya lewat, jadi sekalian mampir kemari."   balasnya dengan dingin. Sangat diktaktor!  "Oh, Haha baiklah untuk malam ini aku memilik banyak wanita.  Silahkan anda pilih, ada enam orang dan dijamin mereka bisa memuaskan anda."  Jelas Sherly pada orang itu. Apa?!! Memuaskan? Itu artinya Atha di jual dan dijadikan p*****r?  Takut, tentu saja itu yang Atha rasakan sekarang, tubuhnya gemetar dan dia mengetukan giginya.  Mencengkram ujung roknya adalah salah satu cara untuk menutupi bagaimana gugup dan tak berdayanya dia.  Atha terus mengigit bibir bawahnya, berdoa dalam hati semoga saja pria itu tidak memilihnya.  "Dia.."  Lelaki itu mengarahkan jarinya ke arah gadis pilihanya.  "Oh dia, hey angkat kepalamu!" Bentak Sherly pada Atha. Namun Atha tak mengindahkan kata kata itu dan terus menundukan kepalanya.   Ternyata doanya tidak di kabulkan, pria itu menginginkan dirinya.  "Berapa harganya?" "Dia masih anak baru tuan, apa anda tidak salah pilih. Masih ada Cristina jika anda mau dia sangat berpengalaman"   ucap Sherly pada sang pria. Namun sepertinya dia tidak mengindahkannya.  "Sepuluh juta dollar" Potong lelaki itu dengan nada bossynya . "A..apa? Se..sepuluh juta dollar? "  Sherly di depanya tergagap. Bukankah itu angka yang sangat fantastis?!  "Iya, itu harga yang kuberikan untuk gadis kecil yang berdiri di tengah. Aku mau dia tanpa cacat sedikitpun, dan kurasa dia seorang perawan."   Lagi! nadanya sungguh terlihat bossy dan tak bisa di bantah sedikitpun.  Kini Atha  yang sedari tadi menunduk itu tak mampu berkutik lagi, bagaimanapun caranya untuk kabur semua terasa sia-sia.  Karena tempat terkutuk ini seperti tak memiliki celah sedikitpun untuk jalan keluar. Bahkan tikuspun tak dibiarkan keluar dengan selamat.  "B..baiklah tuan Dominick, gadis itu menjadi milik anda.  Dia barang yang baru datang aku pasti akan membuat dia mampu memuaskan anda."  "Satu bulan lagi aku akan membawanya, selama itu jangan ada yang boleh mendekatinya.  Jika ada lecet sekecil apapun, maka tak akan ada uang dan tempat ini akan tutup saat itu juga!" Setelah mengucapkan hal itu pria yang bernama Dominick segera pergi dari tempatnya, masih ada hal yang akan dia lakukan.  Sementata itu rasanya kaki Atha mulai melemas, dalam waktu satu bulan kedepan dia akan di jadikan alat pemuas nafsu dari pria yang membelinya.  Dengan langkah gontai Atha berjalan ke arah pintu untuk keluar dari ruangan itu, dia masih harus bekerja sebagai seorang pelayan di club milik Sherly.  Namun dia sudah tidak memiliki tenaga apapun, dia sudah merasa hancur sekarang.  Pukul dua dini hari dia baru kembali masuk ke dalam kamarnya, Atha langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur.  Air matanya mulai berjatuhan ketika mengingat kejadian tadi.  Dia merasa sangat terhina dan juga kotor, dia menyesali setiap perbuatan bodohnya yang nekat mengejar pencuri itu.  "Ayah.. Hiks..selamatkan Atha, Aku tidak mau menjadi seorang p*****r" rintih Atha di sela isakannya.  Dia menutup matanya dan masih terus menangis, dan tanpa sadar dia tertidur karena kelelahan. Dia terus berdoa di dalam tidurnya semoga ada keajaiban yang menghampirinya.  Mata indah itu akhirnya mau untuk kembali terbuka, walaupun dengan usaha yang sangat keras. Cahaya tak mampu masuk karena ruangan itu sejak awal sudah sangat gelap. Entah, Atha yang biasanya tak suka gelap kini malah memilih untuk tak memberi cahaya di dalam kamarnya.  Atha mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga akhirnya dia dengan penuh kesadaran membuka matanya. Melihat kesekeliling, berharap akan ada perubahan namun ternyata itu hanyalah angan belaka. Dia tetap berada di sana, di tempat club terkutuk itu. Dan sekali lagi, dia menenggelamkan wajahnya pada empuknya bantal berwarna soft pink yang tadi dia gunakan sebagai bantalan untuknya tidur.  "Ayah.. hiks! "  Isak Atha begitu memilukan. Lagi-lagi dia memanggil nama sang ayah di dalam tangisannya.  Mencengkram pinggiran bantal, serta menahan sesak yang kini mulai menjalar lagi di dadanya.  "Bagun gadis pemalas! Kau masih pekerjaku selama kakimu masih berpijak di bangunan ini. " bentak Sherly tiba-tiba. Bahkan Athapun tak menyadari keberadaanya dan tak tahu sejak kapan Sherly sudah berdiri di pintu kamarnya. Namun, Atha masih engan menggerakan tubuhnya. Dia tak memiliki tenaga untuk bergerak. Melihat bahwa gadis yang tadi dibentaknya tak mengindahkan ucapanya Sherly langsung melangkah cepat kearah Atha. Dengan sekali gerakan dia menjambak rambut hitam Atha sangat kuat.  "A..akhh!" rintih Atha kesakitan. "Jangan hanya karena tuan Dominick membelimu kau jadi besar kepala! Kau masih tetap jalang yang kupekerjakan.  Cepat ganti bajumu dan segera melayani para tamuku! "Bentaknya di hadapan wajah Atha.   "Dalam 7 menit kau tidak keluar, kupastikan pipimu akan mendapat goresan!" Ancamnya lagi.  Sherly melepaskan cengkramannya dengan kasar, membuat Atha terjatuh di atas ranjangnya. Meringis kesakitan karena tarikan di rambutnya. Ia tidak memperdulikan Sherly yang keluar kamarnya sambil membanting pintu. Dia memilih untuk menengelamkan wajahnya di atas ranjang.  Menangis dengan kencang, menumpahkan setiap kesedihan dan kesakitan yang dia rasakan.  'Ayah..' . . . To be continued.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD