Prolog

441 Words
"Hiks." Ken, Angel kangen. Angel menggigit bibirnya agar kata-kata yang ada di hatinya tidak meluncur keluar begitu saja. "Bukannya lu bilang lu kagak apa-apa kok sekarang nangis?" Ken mencibir gadis di depannya. "Angel hiks emang nggak apa hiks apa." Angel menghapus air matanya kasar menggunakan punggung tangannya. Kakinya yang terkilir memang sakit. Tapi ada yang lebih sakit. Angel meremas d**a kirinya yang terasa bergemuruh dan berdetak lebih cepat dan keras dari biasanya. "I'm trully hiks fine." Ken menatap gadis berambut pirang itu. Serasa ada yang mencubit hatinya melihat air mata itu. "Lu udah cengeng, jorok juga ya." Angel menengadah menatap sosok tinggi tegap itu. Mata amber-nya seolah bertanya. "Ingus lu kemana-mana tuh." Ken terbahak melihat mata amber itu melotot. "Keeennnnnn!" Deg! Ken tersentak. Seolah dia pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Apa mungkin ini dejavu, atau... Ken menatap gadis di depannya yang kembali meringis menahan sakit di kakinya yang terkilir. Apakah Angel bagian dari masa lalunya yang hilang? Tapi siapa? Apa arti gadis itu untuknya? Dan kenapa rasanya sangat nyaman saat bersama Angel? Seolah semua perasaan rindunya yang terpendam tertumpah saat bersama gadis itu. "Sakit. Ken jahat!" Ken tersadar dari lamunannya. Tatapannya kembali fokus pada gadis berambut pirang yang tengah berjongkok dengan muka mengkerut menahan sakit. Ken menghampiri Angel yang sedang memijit mata kakinya. "Emang beneran sakit banget ya?" Angel menatap Ken yang berjarak hanya beberapa inchi darinya. Wajah tampan tapi datar itu terlalu dekat. Dan sungguh, itu sangat tidak baik bagi kesehatan jantungnya yang saat ini berdegup kencang. "Orang nanya itu dijawab bukan bengong aja!" Tegur Ken ketus. Angel mengerjap. "Emang Ken nanya apa?" Angel menatap Ken polos seperti tatapan seekor anak kelinci. Deg! Lagi-lagi jantungnya berdetak lebih keras dari biasanya. Ken meraba d**a kirinya. Tatapan itu mengingatkannya pada seseorang. Tapi siapa? "Kagak apa-apa." Ken menggeleng. Pemuda itu berdiri. "Bangun lu, gue gendong!" "Ge-gendong?" Angel tergagap. Pipinya perlahan memerah. "Lu kagak budeg kan?" Angel membelalak mendengar kata-k********r itu. Ingin rasanya mencekik pemuda yang berdiri sombong di depannya ini. Seandainya kakinya tidak sakit, mungkin Angel akan melakukannya. Hitung-hitung pembalasan karena dua tahun lalu Ken sudah membohonginya. "Lu kagak bisa jalan kan? Makanya sini gue gendong." "Ogah!" Angel berusaha berdiri meski sempoyongan. "Angel bisa jalan sendiri. Nggak perlu bantuan panda!" Menekankan kata panda, gadis itu membuang muka. Angel menggigit bibirnya, panda panggilan kesayangannya untuk Ken. Angel menengadah membuang sesak yang singgah di dadanya secara tiba-tiba. "Kaya' lu bisa jalan aja." Ken mencibir. Pemuda tampan itu bersedekap sambil memperhatikan Angel yang berjalan tertatih. Gemas dengan cara berjalan Angel yang seperti seorang pesakitan, Ken langsung menggendong gadis itu ala bridal style. Angel terpekik kaget. Pipinya kembali merona menyadari mereka tak berjarak. Baby honey...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD