Dona

1123 Words
“Ayolah... gue beneran ketiban sial hari ini. Gue lagi nggak beralasan apapun...” Ervin, Rara, dan Sonya hanya menatap tajam pada Dona yang duduk di hadapan mereka. “Baiklah... baiklah... gue emang salah..” Ucap Dona mengalah. “Tapi gue emang lagisial hari ini!” Sambung Dona kembali merasa tidak terima. PLETAK “Anjir, lo!” “Apa? Bukannya lo udah sering kena pukulan dari gue, Dona?” Tanya Ervin. Dona kemudian mendengus kesal. “Terus kalo emang mobil lo mogok di jalan sepi dan berbahaya itu, tapi kenapa lo keluar dari mobil mewah dengan cowok ganteng yang bahkan nganter lo sampai ke lobi, hah?” Lanjut Ervin mengintrogasi bawahannya itu. Dona menghela nafasnya sabar. “itu beneran, astaga!  gue nggak berbohong! Dan apa salahnya kalo gue keluar dari mobil mewah dengan cowok ganteng yang nganter ke dalam kantor? Hey! cowok itu yang nolong gue dari kesialan pagi ini, anggap aja ganteng dan mewah mobilnya sebagai nilai plus!” Ujar Dona tetap membela diri. “Minggir!” Kini Sonya yang maju untuk mengintrogasi Dona. “Kakak! Apa lo tahu apa yang baru aja lo perbuat?” Tanya Sonya. “Memangnya apa yang baru aja gue perbuat?” Tanya Dona membalik pertanyaan Sonya. Sonya menggigit pipi dalamnya kesal. “Kak! Lo bener-bener nggak tahu? Semua orang lagi ngeliat loaneh hari ini.” “Dan lo termasuk dari mereka?” “IYA!” Jawab mereka bertiga kompak. Dona mendesis kesal sembari mengusap telinganya. “Memangnya apa masalah yang gue perbuat? Bukanya gue udah sering terlambat, dan itu bahkan nggak masalah ‘kan? CEO kita aja nggak mempermasalahkan keterlambatan gue. Kecuali untuk rapat...” Suara Dona mengecil diakhir kalimat. “Bukan itu masalahnya, Dona....” Dona memandang mereka bertiga tak mengerti. Rara mendekati Dona dan duduk di sebelahnya, merangkul rekan kerjanya itu. “Lihat penampilan lo.” Kemudian Dona mengikuti arah pandang Rara padanya. Dan ia baru menyadari jika penampilannya begitu miris. “Ah...hehe...gue emang nggak mandi pagi ini. Dan gue juga cepet-cepet... ditambah sialnya mobil gueyang mogok.” Jawab Dona malu. Mereka bertiga memutar bola matanya pada Dona. “Bukan itu masalahnya, fakta bahwa lo pasti nggak mandi kalodisuruh berangkat jam 7 itu udah menjadi rahasia umum diantara kita.” Jelas Rara. “Tapi yang menjadi masalah, lo dengan penampilan kacau kayak gini baru aja keluar dari mobil mewah dengan pria tampan yang bahkan nganter sampai ke dalem lobi. Seharusnya lo juga nambahin dengan adegan ciuman selamat tinggal supaya drama lo semakin pas!” Ujar Rara panjang lebar. “Apa?” Dona merespon bingung. “Lo! Apa lo beneran lagi nggak bohong soal kesialan lo itu?” Kini Ervin yang bertanya dengan nada curiga dimana-mana. “Apa sih?!Apa yang kalian maksud?” Tanya Dona mulai curiga. Lagi, Ervin, Rara dan Sonya kembali memutar matanya jengah mendapati Dona yang sekali lagi tidak mengerti arah pembicaraan mereka. “Apa lo benar-benar nggak ngerti? Kami ini lagi mikir kalo lo baru aja one night stand sama cowok ganteng dan sialan sexy itu, Dona!” Tandas Rara. “APA?!!” Pekik Dona. “Kalian tega nuduh gue kayak  gitu?” Tanya Dona tak percaya. “Bukan cuma kita, tapi semua orang yang ngeliat elo pas di lobi tadi!” Jelas Rara ditambah anggukan Sonya dan Ervin. Dona mengigit bibirnya geram. “Hey! kalian pikir gue ini cewek murahan, hah?!” Mereka bertiga menggelengkan kepalanya serempak. “Lalu kenapa kalian nuduh gue sih?” “Itu cuman spekulasi kita, kak..”Jelas Sonya. “Aish....” Dona mendelik tajam pada Sonya yang dibalas cengiran oleh gadis itu. “Begini... gue benar-benar nggak  bohong ama cerita pagi gue itu. Gue bangun kesiangan kayak biasanya, terus gue bahkan belum mandi dan sarapan. Dan pas gue berangkat itu udah jam 7, lo tahu masalah di jam itu?” “Macet.” Ucap Ervin menyahuti. Dona mengangguk. “Bener, dan gue terjebak macet selama 30 menit terus gue milih buat lewat jalan pintas yang sepi dan terkenal bahaya itu. Kalian tahu apa yang terjadi setelahnya?” “Sesuai cerita elo, lo jatuh ketiban tangga? Ah..maksud gue mogok..” Ujar Rara lalu menyengir lebar yang membuat Dona semakin kesal. Membuat dona kesal memang menyenangkan. “Iya, mobil gue mogok. Disana gue selama setengah jam sampe kemudian ada seseorang yang nepuk bahu gue terus dia nyuruh asistennya buat nunggu mobil gue yang bakal dibawa ke bengkel dan abis itu dia menawari gue tumpangan.” Jelas Dona. Mereka kemudian mengangguk mengerti setelah mendengar cerita Dona tentang kesialan yang menimpa gadis itu pagi ini. “Ah..begitu...terus lo tahu siapa nama cowok ganteng itu, kak?” Tanya Sonya. Dan— Yah.. .Dona bahkan tidak bertanya pada pria itu tentang nama. “Ahh..itu...gue..” “Jangan bilang lo nggak tahu?” Sela Ervin. “Hehe..” Dona hanya bisa nyegir lebar. “DONA!!!” “Tapi gue udah kasih kartu nama gue supaya dia bisa menghubungi gue nanti, kok.” “BODO AMAT!” Ucap mereka bertiga kesal pada Dona lalu membubarkan diri kembali ke tempat masing-masing. *** “Dia belum juga menghubungi lo?” Tanya Rara yang berdiri di depan meja kerja Dona. “Hah...” Desah Dona. Ia sudah menunggu pria yang menolongnya itu untuk menghubunginya, namun sampai jam kerjanya habis pria penolongnya itu tak kunjung menghubunginya. “Gimana nih?” Rengeknya. “Mungkin mobil lo dibawa lari. Jalan itu kan memang bahaya. Bisa saja cowok itu punya modus menolong tapi ternyata cuma pengen bawa lari mobil lo.. ckckck” Celetuk Rara yang kemudian langsung mendapat lemparan bolpoin dari Dona. “Pergi aja lo sana ke laut, Ra! Jangan bikin gue makin pusing!” Usir Dona. “Ck! Kalo cuma pengen bikin lo pusing. Gue udah pulang dari tadi kali... ini udah hampir larut malam!” Bela Rara. Ia hanya ingin menemani Dona sampai gadis itu mendapat mobilnya kembali. Dona hanya mendengus malas. “Oh! Kalian masih disini?” Tanya Ervin ketika ia masuk ke dalam ruangan tim-nya, ternyata masih menyisakan Dona dan Rara di dalamnya. Rara dan Dona hanya melirik pria itu lalu sibuk dengan ponselnya. “Heiss... kalian ini selalu aja menyia-nyiakan pria tampan rupawan kayak gue!” Keluh Ervin. “Hai, nona dingin! Lo belum dikabari soal mobil lo?” Tanya Ervin pada Dona yang bahkan tak menoleh sedikitpun pada pria itu. “Iya, bang.” Jawabnya malas. Selama beberapa saat suasana begitu hening sampai suara perut Ervin memecah keheningan. Kryukkkk~ Dona dan Rara melirik dengan malas bersamaan pada Ervin yang hanya tersenyum lebar seolah tak bersalah. “Pergi sono lu!” Teriak Dona dan Rara mengusir pria itu keluar, dan dalam beberapa detik pria itu sudah berlari keluar dari ruangan itu sebelum terkena amukan dua bawahannya. “Lo balik duluan aja, Ra.”Ujar Dona memberi saran. Rara menoleh pada Dona, menghampiri gadis itu dengan pelan membuat Dona duduk dengan waspada di kursinya. Namun ternyata Rara hanya ingin duduk di mejanya. “Hei...lo pikir gue tega melakukannya? Ninggalin elo sendirian di kantor yang bahkan lebih sepi dari kuburan ini?” “Setidaknya masih ada keamanan, gue nggak sendirian, Ra.” Timpal Dona. “Terserah aja apa kata lo, gue akan tetap disini.” Rara bersikeras. Dona hanya memutar dua bola matanya. Berdebat dengan gadis yang berada dua tahun di bawahnya ini memang tak akan berhasil. Rara terlalu keras kepala dan juga kurang ajar! Sonya saja yang berbeda satu tahun darinya memanggilnya ‘kakak’ dan dia yang berbeda dua tahun lebih muda malah langsung memanggil namanya. “Ah... tapi gue udah laper..” Rengek Rara kemudian. “Kalau begitu balik sana..” Rara menatap Dona sebentar menimbang-nimbang tawaran gadis itu. “Okelah..” Ujar Rara, akhirnya ia mengalah pada perutnya sendiri. “Baik-baiklah disini, Dona si nona dingin... Jangan merusak apapun di ruangan ini, mengerti?” “Pengen gue lempar pake asbak ya, lo?! Lo pikir gue anak kecil, huh?” Protes Dona. Rara hanya tertawa lalu meraih tas coklat mahalnya kemudian melenggang pergi setelah mencium pipi kanan Dona. “See ya~”Ucapnya sebelum bernar-benar menghilang dari ruangan itu. /// . Instagram: gorjesso Purwokerto, 3 Juli 2020 Tertanda, . Orang yang lagi makan makaroni hehe . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD