Prolog

372 Words
"Om, aku ingin menjadi sugar baby untukmu." Arana langsung menawarkan diri untuk menjadi sugar baby untuk Andra, yang diperkenalkan oleh teman satu kampusnya. "Sugar Baby? Astaga ... kalian ini. Tujuan saya mencari gadis di aplikasi itu untuk menjadi kekasih putra saya, bukannya untuk menjadi kekasih gelap saya. Yang benar saja saya harus menjalin hubungan dengan anak ingusan seperti kalian." Andra menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya gadis yang ia ajak berkenalan meminta untuk menjadi sugar baby. Padahal Andra mencari gadis untuk menjadi kekasih putranya, yang begitu penakut terhadap lawan jenisnya. Bukannya apa, putra Andra yang sulung adalah tipe anak kutu buku dan lebih memilih untuk mengurung diri di perpustakaan dan tenggelam di dalam buku daripada bermain diluar. Sehingga ia enggan untuk berdekatan dengan orang lain apalagi berkencan dengan seorang gadis. Sedangkan Arana sengaja mendekati Andra agar bisa menjadi kekasih pria tersebut, supaya hubungan kedua orangtuanya tetap utuh seperti dulu. Sebelum Andra datang dan membuat sang ibu, Margareth jatuh cinta dan menggugat cerai ayahnya Arana. "Tapi aku tidak suka sama anakmu, Om. Aku sukanya sama Om, bagaimana dong?" goda Arana. Seraya duduk di pangkuan Andra. Mengelus rahang tegas pria paruh baya tersebut. Andra yang jengah atas sikap Arana, mendorong gadis itu hingga jatuh ke atas kerasnya lantai. "Jangan bertingkah aneh di depanku anak muda. Jaga sikapmu sebelum aku khilaf dan melakukan hal yang tidak-tidak!" ancam Andra. Alih-alih takut, Arana justru bangkit dan mengangkat wajahnya dengan angkuh. "Aku tidak takut dengan gertakan kamu, Om. Kamu ingin melakukannya di mana? Hotel? Penginapan? Atau di rumahmu? Ayo, aku tidak takut!" tantang Arana. "Ok, nanti malam temui aku di penginapan Pelita, seandainya kamu benar ingin menjadi sugar babyku!" Andra balik menantang Arana. Ia sangat yakin gadis itu akan takut dan tidak akan datang menemuinya. "Setuju! Jam delapan malam aku akan tunggu di sana!" tegas Arana. Seraya berjinjit dan mencium pipi kanan Andra. "Sampai jumpa nanti malam, Om!" Mengedipkan matanya, sebelum pergi meninggalkan Andra yang mematung karena ulahnya. Begitu jaraknya dan Andra mulai jauh, Arana menghapus jejak pipi Andra pada bibirnya. Seakan jejak yang tertinggal bisa melenyapkan seluruh kewarasan yang ia miliki. "Ya Tuhan ... maafkan aku. Aku terpaksa melakukan ini agar ibu tidak meninggalkan ayah. Aku tidak ingin ayah bertambah sakit gara-gara bercerai dari ibu," lirih Arana di dalam hatinya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD