Gadis Aneh

844 Words
Dua tahun berlalu dan Sei menjalani harinya dengan mengerikan. Neira dan adiknya yang tidak ditemukan menjadi kesedihan tersendiri bagi Sei. Sudah sangat terlambat baginya menyesali apa yang terjadi. Perasaan yang datang terlambat, tidak memiliki kesempatan untuk menebusnya. Hari harinya juga tidak akan bisa kembali lagi seperti dulu. "Sir, sudah waktunya bertemu dengan Mr Anderson." Sei mengangguk, seharusnya ia saat ini tidak lagi menjadi CEO SI Internasional. Namun karena ia tahu Johan membeli saham perusahaan atas nama Neira, ia jadi memegang kendali lagi. Hal itu memang sempat membuat banyak kalangan marah karena merasa ditipu, akan tetapi Sei bukan pria yang perduli dengan pendapat orang lain. Di basement, ia melangkah menuju ke mobilnya. Entah karena apa, Mr Anderson memintanya menemui di club malam. Tempat yang sangat tidak sesuai dengan acara rapat penting. Sei harus membelah ratusan orang untuk menuju ke ruang VIP. Dia bersama Johan mencari ruang yang langsung diantarkan oleh manager club malam. Barulah ia tahu kalau club ini adalah milik Anderson. " Selamat datang Mr Sei. Aku senang dengan kedatangan mu," ucap Mr Anderson. Sei hanya menatap datar pada Anderson. Dia Di Club yang banyak penghuninya, ia tidak ingin berbasa basi. "Mana proposal yang kalian tawarkan?" Sei memang ingin membeli gedung di Las Vegas untuk bisnis hiburan. Akan tetapi Andreson menawarkan club miliknya yang sudah lama terbengkalai karena sepi akibat badai penyakit masa lalu. Biaya pengembangan agak sulit ia dapatkan jadi ia ingin menjualnya. Setelah pertukaran beberapa kata yang menyebalkan, Sei memutuskan untuk pulang. Kesepakatan sudah dicapai dan ia tidak merasa perlu berada di club. Keinginanya bersenang-senang, tidak ada lagi ketika Neira tidak ada di dunia ini. Sesuatu yang menjadi pukulan tersendiri bagi Sei. Sei melajukan mobilnya keluar dari club malam. Hanya saja ia melihat sesuatu menyembul dari belakang jok mobilnya. Warna rambut kemerahan seperti jahe membuatnya langsung menghentikan mobilnya di tepi jalan. "Siapa kamu?" Gadis itu perlahan muncul. Dia menoleh ke arah belakang mobil dan merasa lega saat tahu jika sudah jauh dari club malam. "Fiuh, syukurlah aku lolos," ucap gadis tadi. Sei masih memandanginya. Dia nampak keberatan ada gadis yang seenaknya masuk ke mobilnya. 'Dari mana dia bisa membuka mobil?' 'Jangan-jangan aku tadi lupa mengunci mobil.' Jika benar terjadi maka hal ini menjadi kecerobohannya yang pertama bagi Sei. Dia yang teliti tidak mungkin melakukan kesalahan fatal ini. "Maaf tuan, tolong jangan panggil polisi. Aku tadi mau dijual ibuku ke laki-laki tua. Jadi aku bersembunyi di mobil mu," ucap gadis tadi. Sei terhenyak, kisah yang sama sepertinya terulang lagi. Dulu Neira juga dijebak oleh temannya dan akhirnya menjadi simpanan nya. "Apa kamu tahu siapa yang membeli mu?" tanya Sei. "Tidak." "Apa aku tua?" "Tidak," jawab gadis tadi. "Lalu apa kamu punya uang?" Tanya Sei lagi. "Aku hanya pelajar miskin. Itulah sebabnya ibuku menyuruhku menjadi jalang," gerutunya. Ternyata ada yang berbeda. Sei mengira jika gadis ini juga dijual demi pengobatan. "Siapa nama mu?" "Aku Asley. " Sudut bibir Sei terangkat, "Baiklah Asley, kembalikan uangku jika kamu tidak mau melayaniku. Jika tidak maka aku akan memanggilkan polisi dengan banyak tuntutan yang pasti tidak akan membuat tidur mu nyenyak. " Mata Asley melebar, ia ternyata sangat sial sehingga jatuh pada pembelinya yang tampan. "Tidak, aku tidak bisa membayar anda. Tapi tolong jangan marah. Kita bisa membicarakan hal lain yang bisa aku lakukan untuk menebus uang mu. " Asley mengatakan hal itu dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak pernah ingin menjadi pemuas laki laki. Walaupun dia tampan." Sei kembali menyadari perbedaan gadis ini dengan Neira. Jika dulu, Neira begitu putus asa sehingga menyerah padanya, tapi gadis ini malah bernegosiasi. "Apa yang bisa kamu tawarkan padaku?" "Aku bisa menjadi pelayan anda, aku pandai bersih-bersih dan memasak. Sungguh." Mata gadis itu nampak serius tapi Sei masih tidak mau luluh. "Bagaimana jika kamu kabur? Aku tidak mau rugi," katanya. Asley nampak berpikir sejenak, dia menimang-nimang apa yang bisa ia jadikan jaminan kalau ia tidak akan kabur. "Ah, aku akan memberi anda kartu pelajar ku. Jika aku kabur anda bisa menggunakan kartuku untuk pinjaman pendidikan." Yah, di negara ini asa pinjaman khusus bagi pelajar sehingga pemerintah memberi mereka pinjaman. "Tidak, ini belum cukup. Aku ingin kamu berada dalam pengawasan ku dua puluh empat jam. Kamu juga harus tinggal di rumahku, " ucap Sei. Dia tidak mau kompromi. "Sepakat!" langsung saja Asley tidak menolak. Dia memang butuh tempat tinggal setelah tidak membayar sewa kamar universitas. Dia juga belum mengajukan pinjaman jadi ia bisa berakhir di tempat penampungan jika tidak ada tempat tinggal. Sei menganggu. Dia kembali membawa mobilnya melaju ke jalanan menuju apartemennya. Tidak, sebenarnya ia membawa ke apartemen di mana Neira dulu tinggal. Dia ingin gadis ini berada di sana dan tinggal dengannya. Sebab Sei selama ini tinggal di sana meski sampai sekarang keluarganya memohon untuk ia kembali ke rumah. "Ugh..." Sayangnya Asley merasa ada sesuatu yang salah dengannya. Tubuhnya mulai panas terutama di bagian bawah tubuhnya. "Hei ada apa dengan mu?" tanya Sei. " Panas... Stthh... ah." Sei yang tidak awam terhadap hal ini tahu benar apa yang terjadi pada Asley. Dia pun mempercepat mobilnya agar segera sampai ke apartemen. Mana mungkin ia melepaskan mangsa yang nantinya memohon untuk dimakan. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD