Party Tomorrow?

1032 Words
"Besok jemput ya, Max?"  Kimberly Tan, biasa di panggil Kim. Seorang FDJ di salah satu club malam terkenal di kota yang awam dengan sebutan kota kembang ini.  "Ga ah, Cece udah book aku dari semalem," Cece adalah panggilan sayang yang Max berikan pada gadis pendatang baru di club ini.  Terkenal playboy, Max yang merupakan sahabat Kim ini langsung mendekati cece dimalam pertama cece bekerja. Malam ini, ya! Baru malam ini mereka kenal dan Max berhasil merebut perhatian Cece "Awas aja, hutangmu harus lunas pokoknya pagi ini." Sebuah ancaman keluar dari Kim, ia tahu kalau sahabatnya itu tidak akan menolak permintaannya kalau Kim mengancam dengan uang.  "Ah gak seru main ancam pakai harta! Yaudah besok aku jemput, sorean, ya. Malemnya wajib hukumnya jemput Caca."  Waktu menunjukan pukul 3 pagi, saatnya mereka pulang. Apartemen mereka bersebelahan, jadi wajar bila mereka biasanya berangkat dan pulang kerja bersama-sama.  Peep!  Notifikasi di handphone mereka anehnya berbunyi bersamaan.  Email masuk,  Dear I Purple You Night Club Team,  So sorry, agaknya mulai besok club kita harus tutup, tepatnya WAJIB tutup. Pemerintah daerah baru aja hubungin Owner, mereka bilang club harus tutup untuk sementara waktu. Gak tau juga sampai kapan, jadi gabisa ngasih kepastian kapan kalian bisa on duty lagi.  Sebagai Owner dari I Purple You Night Club yang baik hati ini, cuma mau bilang; cari dulu kerjaan lain yang aman di masa pandemi ini, bukannya gak mau merjuangin kalian, tapi Owner sendiri lagi bertahan hidup juga.  Bonus dan gaji akan Owner kirim paling lambat 2 hari. Tetep semangat and stay safe everyone.  With Luv, Owner Tampan.  "Kim, Kimmmmmmm,"  Teriakan muncul dari mulut Max, agaknya dia shock melihat email yang baru saja diterimanya.  "Bukan akhir dunia Max, biasa ae lah." Wanita yang terkenal kalem, lebih tepatnya dingin ini mengeluarkan desahan panjang. Pasti dia juga sebal membaca email yang baru saja Bosnya kirim itu.  "G-gimana mau biasa ae maemunah, kita jobless, jobless! Terus mau makan apa bulan depan, akkkkh!" Tuhan, kenapa harus laki-laki seperti ini yang kau pilih menjadi kawanku, rasanya aku ingin tukar tambah saja, lebay banget!  Max menghentikan langkahnya tepat sebelum pintu masuk apartemen, berdiri mengubah posisinya menjadi bertatapan dengan Kim, matanya berair, entah karena mengantuk atau sedih dengan takdir yang baru saja diterimanya.  Yak, drama dimulai! Astaga Tuhan, aku ingin menghilang saja dari bumi ini, Max agaknya sudah hilang akal sehatnya.  "Gimana kalau aku gak bisa makan Kim, gimana? Gimana kalau aku gak bisa kirim uang ke Abah Ambu, gimana? Gimana kalau aku gak bisa top up diamond lagi, gimana? Hwaaaaa" Tangisnya pecah, perlahan tangan yang tadi memegang erat pundak Kim makin turun, badannya perlahan membuat gerakan dramatis jatuh. Tanpa sengaja, saat menurunkan tangannya Max menyentuh d**a Kim, sontak Kim menepis.  "Gila lu Max?"  Wanita itu berlari menghindari Max dengan tatapan sebal. Marah dan Malu karena Max tidak sengaja memegang dadanya.  "Lah, marah. Hei Kim Soo Ah, mantannya Lee Min Ho, ngapain juga situ marah? Gak sengaja ini." Eh tapi punya dia gede juga, biasanya hal seperti ini tidak akan luput dari pengamatanku, tapi kenapa aku baru tahu ya? Ah, sudahlah. Kim ini, sahabat dari bocah, gabisa dilebihin emang.  Waktu memang sudah pagi, tapi ini memang jadwal biasanya mereka tidur, bangun jam 12 siang dan baru memulai aktivitas hariannya lagi. Akan tetapi berita yang baru mereka dapatkan masih membuat kepikiran. Tak bisa tidur!  Tok! Tok!  "Keeeem, Keeeem,"  Suara cempreng khas dari seorang Max menghiasi pagi Kim.  Krek!  "Apaan sih, Max!" "A-Aa' sedih, Marimar! Gak bisa tidur."  Mata sembab Max sudah hampir membuat dirinya sulit terlihat berbeda dari seekor panda! Kim terpaksa kasihan dan membiarkannya masuk.  "Mar, s**u anget sama pancake bisa bikin mood lebih baik agaknya." Emang gak ada akhlak, kenapa juga barusan aku bukain pintunya, akh!  "Makasih, cinta." "Esmeraldah, Marimar, Cinta. Udah stress, sekarang amnesia lagi." Celetuk Kim dan hanya dibalas senyum menyeringai dari Max.  Sepasang sahabat itu akhirnya menyantap sarapan yang dibuat dengan susah payah dari empunya.  “Bbueh, bb buh”  Aku kira wanita cantik ini membuat pancake ore*o, kenapa malah gosong. Ah, tapi ngeluh sekali lagi kayaknya nyawaku gaakan selamat.  “Kim, yang cantik jelita. Aku makan sereal aja ya, kayaknya aku seratus hari berturut-turut makan pancake, lupa tadi, jadi karena bosen aku ganti sereal aja ya. Ini kamu habisin aja" Max berusaha bangkit dengan cepat, tapi Kim dengan cepat memegang erat tangan lelaki itu.  "Habisin! Harus hemat kalau mau umur panjang." Singkat, padat, jelas, jelas membuat Max meringkuk seketika.  Glek!  Bahkan suara Max menelan ludah bisa didengar seluruh gedung, dia nervous.  "Cepetan habisin Max, nanti kita lanjut cari kerja." Anggukan Max terlihat bersemangat, dia tahu saat ini sahabatnya itu sedang fokus dan tidak bisa dibantah.  "Kim," suara Max terdengar samar, dia berbisik.  Astaga naga, takut banget cewek ini berubah jadi serigala jadi-jadian. Ngapain juga pakai acara panggil-panggil segala. Max memukul mulutnya berkali-kali.  "Hm" "Nganu, nganu." "Nganu anunya siapa, ngomong yang jelas atau pulang sana." Hzzz, dasar cewe gak berprikecowok-an.  "Mau cari kerjaan apa? Kita cuma lulusan SMA, di kota besar ini mah kita cuma butiran debu Kim." Ucapnya dengan nada memelas, mirip kucing yang sedang minta makan.  "Ya kerja apapun lah. Katanya takut gak makan, takut gak bisa kirim uang ke kampung. Gak ada pilihan lain Marpuah." Ye, pake acara ngelucu segala, tadi giliran aku yang salah panggil nama dia sewot. Hzz "Ya, jangan yang berat dong kerjaannya, aku tuh sebenarnya lelaki berhati lembut, kalau kerjanya kasar apalagi berat, takutnya merusak mentalku, sayang." Berhenti panggil sayang atau kutebas lehermu! Emang hati itu segampang itu dibikin mainan Kim mengumpat dengan kuat didalam hati.  "Sana cuci piring dulu, gak usah kemayu gitu."  Mendengar perintah Kim, Max berlari tunggang langgang. Takut bila Kim tiba-tiba melahap kepala Max karena tak sabar menghadapi dirinya yang seperti kerupuk keanginan itu.  Mencuci piring lengkap dengan bersenandung, Max menyanyikan lagu aserehe, aha, ehe dengan tempo sama dan kata-kata yang sama.  Maklum, meski dia sudah terjun lama di dunia malam, dia adalah pemuda yang tidak bisa berbahasa Inggris, namun alunan musik khas EDM baginya sangat pas bila di senandungkan dengan lirik lagu aserehe itu. Satu-satunya lagu yang dia bisa nyanyikan.  Acara mencuci piring yang hanya terdiri dari dua piring kecil dan dua gelas lengkap dengan sendok garpu itu berakhir dengan baju Max yang basah semua, acara itu ambyar karena Max terlalu bersemangat. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD