Penyiksaan Tanpa Ampun

1779 Words
Happy Reading. Star High School…. Adalah sebuah Sekolah Menengah Atas yang paling tersohor di dunia. Sekolah itu sebenarnya dikhususkan bagi siswa yang berasal dari kalangan elit. Banyak dari antara orangtua siswa yang rela menjadi donator untuk menyokong kehidupan anak-anak mereka disini. Bahkan tidak sungkan-sungkan untuk mengeluarkan materi yang tidak masuk akal demi mempertahankan sebuah kedudukan. Dunia ini memang aneh, dimana terkadang yang berjuang akan selalu kalah dengan yang ber-uang. Yang miskin namun memiliki otak cerdas, tidak akan pernah menjadi pusat perhatian di sekolah ini. Uang memang tidak punya mulut tetapi dia berkuasa dalam berbicara. Sebab itulah Arabella merasa dirinya hanya seperti debu kotor dan tak terlihat di antara mereka. Sekalipun dia punya otak jenius tetapi dia tidak punya hak untuk berbicara sepatah kata. Tapi Arabella sedikit beruntung dari anak lainnya, biar bagaimanapun dia masih diberi kesempatan untuk menjadi salah satu bagi sekolah elit ini. Jadi apapun yang mereka lakukan padanya, Arabella sama sekali tidak memperdulikan itu. Tujuannya hanya ingin lulus dari sekolah ini dengan nilai terbaik. Dunia terlalu keras jika hanya mengandalkan kecantikan tanpa kecerdasan. Dia membutuhkan selembar ijazah itu untuk menjadi bekalnya dalam mencari pekerjaan yang lebih layak. Awalnya memang terlalu sulit, tapi lama kelamaan Arabella sudah kebal mendengar caci makian itu. Toh, selama dia tidak mengganggu anak-anak orang kaya tersebut, berarti hidupnya masih aman. Arabella memandang bangunan besar dan tinggi menjulang itu dengan tatapan takjub. Kemudian menarik napas dalam –dalam berusaha tetap tegar. Meskipun dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya nanti, namun Arabella mencoba berpikiran positif. Mungkin saja, hari ini dia mendapatkan keberuntungan bukan masalah seperti sebelumnya. Tenang. Harus tetap tenang. Semua pasti baik-baik saja. Arabella menghela napas sekali lagi kali ini sambil mengepalkan tangan, mengumpulkan keberaniannya untuk kemudian melangkah memasuki gerbang di hadapannya. Akan tetapi ketika Arabella hendak bergerak, pada detik itu pula segerombolan wanita cantik dan berpakaian bagus langsung menghadang jalannya. “Mau kemana kau.” Arabella terkesiap, wajahnya panik seketika. Seolah tahu apa yang akan diperbuat oleh manusia-manusia jahat itu padanya, tanpa sadar dia langsung melangkah mundur. “M…Mia… ke..kenapa menghalangi jalanku.” Arabella berujar terbata, suaranya seolah tercekik karena menahan takut yang sangat. Cepat-cepat Arabella menunduk, tidak ingin berlama-lama menatap Mia. Mia menipiskan bibir. “Memangnya kenapa kalau aku menghalangi jalanmu. Apa kau keberatan?” Mia berucap tenang, tetapi matanya menusuk kejam seolah menembus punggung Arabella. Dalam kepanikan yang semakin menyiksa benaknya, Arabella kembali melangkah mundur, mencoba menciptakan jarak sejauh mungkin dari Mia. Melihat Arabella yang semakin menjauh darinya, mata Mia langsung berkilat marah. Sikap Arabella sangat berani dan melukai harga dirinya. Perempuan itu seolah-olah menganggap dirinya seperti virus yang menakutkan. Mia lalu menoleh ke samping, menatap salah satu sahabatnya dengan dingin. “Hana pegang dia. Aku ingin memberinya sedikit pelajaran.” Desisnya memberi perintah tegas. Perempuan yang bernama Hana itu langsung mengangguk kemudian melangkah sigap ke arah Arabella. Kedua tangannya bergerak, memeluk Arabella dengan kuat dari belakang. Arabella memberontak, mencoba melepaskan diri dari pelukan Hana yang membuat napasnya sesak saking kuatnya. “Lepaskan… aku. A-apa salahku.” Arabella mulai menangis, menatap Mia dengan tatapan terluka bercampur takut. Mia tiba-tiba menyeringai. Matanya yang licik memindai keseluruhan penampilan Arabella, dan menemukan ada sesuatu yang aneh di lehernya. Mia menyipitkan mata, memperjelas penglihatannya pada seberkas warna kemerahan yang terlihat samar disana. Kemudian dengan kasar, dia menyibakkan rambut Arabella ke belakang, hingga menampakkan lehernya dengan jelas. Pemandangan di hadapannya ini membuat mulut Mia ternganga lebar. Tidak menyangka bahwa Arabella tidak sepolos yang dia pikirkan selama ini. “Wow. Ini yang kau maksud dengan perkejaan paruh waktu? Jual diri begitu.” Dengan seenaknya mulut Mia berucap kata-kata hinaan pada Arabella, tanpa mau mencari tahu terlebih dulu. Perempuan itu bahkan sengaja mengeraskan suaranya supaya terdengar oleh manusia-manusia lainnya dan membuat semua mata terarah kepada Arabella. Arabella menatap Mia dengan berurai air mata lalu menggeleng lemah. "Aku tidak jual diri. Aku memang bekerja sebagai pelayan... "Pelayan apa?" Mia menyambar dengan sikap tidak sopan, menggerakkan tangannya untuk kemudian mencengkram rahang Arabella kencang. "Munafik. Wajah polos memang tidak menjamin seseorang itu baik. Lihat dirimu, masih remaja tapi sudah tidak perawaan... "Hentikan!" tiba-tiba entah keberanian darimana Arabella mampu bersuara dengan lantang, menyela kalimat Mia cepat. Tubuhnya gemetaran sementara mata Arabella yang berkilat karena air mata menatap tajam. "Jaga bicaramu. Aku tidak seperti yang kau katakan. Berhenti untuk mengganggu ku, apa kau tidak punya pekerjaan lain selain mengusikku terus-terusan." semburnya marah. Mia menggertakkan gigi mendengar perkataan Arabella. Niatnya adalah untuk mempermalukan perempuan ini tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Arabella si kutu buku itu rupanya telah berani membangunkan sisi gelapnya. Dengan amarah yang berkobar-kobar Mia menguatkan cengkramannya di rahang Arabella, menekan kuku panjangnya disana. "Kau.... beraninya kau merendahkan ku!" Mia berseru keras, lalu melepaskan tangannya dari rahang Arabella sebelum kemudian menampar perempuan itu sekuat tenaga. Tubuh Arabella yang kurus dan lemah kehilangan keseimbangan. Hingga kemudian dia terjatuh dengan malang dan keningnya membentur lantai dengan keras. Suara erangan lolos dari bibirnya yang pucat. Arabella mengusap dahinya pelan, sangat berhati-hati seolah memastikan bahwa tidak ada luka sobek disana. Arabella kembali menangis dalam diam, lukanya memang tidak seberapa tapi dirinya sudah menanggung malu dengan sangat. Bagaimana tidak semua orang telah berkumpul membentuk lingkaran hanya untuk menontonnya. Arabella tidak punya muka, dia seperti berada di tengah-tengah makhluk buas yang bersiap untuk menyantap dagingnya. Sedangkan Mia dan kedua sahabatnya tampak begitu puas melihat penderitaan Arabella. Tatapan Mia dilumuri rasa jijik kental apalagi ketika matanya tanpa sengaja tertuju pada leher perempuan itu. Mia mengangkat wajahnya dari Arabella kemudian menatap satu per satu kerumunan itu. "Hei lihatlah... perempuan yang paling pintar di sekolah kita ternyata seorang penghibur loh. Bayangkan berapa banyak yang sudah mencicipi tubuh kecilnya ini." sambil berucap, Mia tertawa terbahak, puas melihat Arabella yang tidak berdaya. Lalu tanpa perasaan, dia mengangkat satu kakinya kemudian menendang pundak Arabella dengan sikap mengolok. "Kasihan sekali. Dia sangat terobsesi untuk bersekolah disini. Bahkan sampai rela menjual dirinya supaya bisa memenuhi standard star high school. Menjijikkan sekali bukan?" sambungnya memanasi keadaan. Semua orang yang mendengar kalimat Mia langsung tertawa. Suara tawa mereka begitu melukai hati Arabella. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan berusaha tetap kuat. "Dia memang tidak cocok bergabung dengan kita. Sayangnya Arabella tidak tahu diri dan malah memaksakan kehendaknya. Dia sangat pantas diperlakukan seperti ini." Hana menimpali sambil tertawa, melempar tatapan sinis pada Arabella. "Aku rasa dia terlalu percaya diri hanya karena memiliki otak yang sedikit cerdas." sambung Karina sahabat Mia yang lain, menambahkan kata-kata penghinaan yang dilontarkan oleh Hana. Kembali, semua orang yang berkumpul di sana langsung tertawa. Ayah Mia adalah salah satu donatur yang paling berpengaruh di sekolah ini. Sementara Hana dan Karina merupakan sahabat karib Mia. Kedua wanita itu selalu mengikuti perintah Mia. Dan tidak ada yang berani mengusik ketiga wanita itu jika sedang bersenang-senang. Mia selalu mendapatkan apa yang dia mau. Tak seorangpun yang bisa lepas dari Mia kalau perempuan itu menginginkannya. Sebab itulah, ketika Arabella diperlakukan dengan sangat buruk, tidak seorangpun ada yang berani menolongnya. "Bersenang-senang, eh?" Suara sinis yang tiba-tiba membuat suasana langsung hening. Mia dan kedua sahabatnya menoleh bersamaan ke sumber suara. Mia mengerutkan kening, kebingungan memenuhi benaknya. Tampak di depan matanya, seorang lelaki tampan tengah menatapnya. Lelaki itu berpakaian santai, hanya mengenakan celana jeans serta kaos oblong berwarna hitam yang dilapisi jaket kulit. Sejenak Mia terpesona akan ketampanan lelaki yang berada di depannya itu. Namun dengan cepat dia menguasai diri dan memasang wajah galaknya. Mata Mia yang sinis memperhatikan penampilan lelaki itu dari atas sampai bawah. Tidak buruk. Dia sangat tampan. "Siapa kau." dengan dagu yang diangkat tinggi-tinggi Mia berujar, ekspresinya tenang menyimpan kekaguman yang sangat di sana. Lukas mengangkat sudut bibirnya, membentuk senyum tipis. Semenjak kehadirannya kerumunan itu perlahan-lahan mulai beralih dari Arabella dan tampak menatap ke arahnya. Lukas menatap lurus ke dalam mata Mia, mencoba membaca isi pikiran perempuan itu. Kemudian matanya mencuri pandang ke arah Arabella. Di detik itu juga dadaanya seolah terbakar ketika menemukan Arabella tak berdaya dengan darah yang mengalir cukup deras dari sisi kepalanya. "Kau menyentuhnya." Lukas mengeram tertahan, matanya kembali kepada Mia ketika berucap, sengaja menantang tatapan perempuan itu yang seolah menantangnya. Mia bersedekap, memasang ekspresi mengejek. "Dia pantas mendapatkannya." sahutnya singkat tanpa perlu repot-repot memikirkan jawaban yang tepat terlebih dulu. "Kau pikir siapa dirimu." Lukas menggertakkan gigi, suaranya merendah nan mengerikan membuat bulu kuduk langsung berdiri. "Dan kau... memangnya siapa kau. Hanya lelaki urak-urakan saja tapi kau begitu sombong. Menjijikkan." Mia mengutuk Lukas dengan suara lantang. Ekspresi Lukas berubah datar tak terbaca. Dia memandangi Mia lekat-lekat sebelum kemudian meringsut maju dan berdiri tepat di depan perempuan itu. Membuat Mia langsung melebarkan mata karena terkejut. Akan tetapi dia tidak memberikan reaksi apapun selain membalas tatapan dingin Lukas dengan berani. Lukas menyeringai lambat-lambat dan ekor matanya tertuju pada Arabella sebentar seperti ingin memastikan bahwa perempuan itu baik-baik saja. Kemudian Lukas kembali menatap Mia lalu berkata. "Kau harus tahu, mulai detik ini akulah neraka mu wahai perempuan. Akan ku pastikan, kau membayar mahal setiap tetesan air mata wanitaku." ucap Lukas pelan-pelan, sambil menggulirkan senyum misterius di bibirnya ketika menemukan ketakutan di mata Mia. **** Suara derap langkah kaki yang berkejaran membuat Kenzo langsung menolehkan kepalanya ke belakang. Alis Kenzo berkerut, tatapannya datar, saat melihat seorang lelaki yang mengenakan seragam yang sama dengannya, tengah berlari terbirit-b***t ke arahnya. "Ingat bernapas. Aku tidak ingin menjadi saksi kematian mu." dengan nada ketus Kenzo berucap, menatap santai lelaki yang tengah sibuk meraup napas untuk mengisi paru-parunya. "Sial. Bukannya mengasihani ku, kau malah tega mengharapkan kematian ku. Sahabat macam apa kau." Andre berucap kesal, melempar tatapan tidak suka pada Kenzo. Kenzo tidak menanggapi perkataan Andre. Dia lebih memilih membuang muka ke arah lain daripada menatap lelaki itu. Andre mengeram jengkel melihat tingkah Kenzo yang menyebalkan. Lalu tiba-tiba tangannya bergerak, menepuk pundak Kenzo keras hingga membuat lelaki itu langsung menoleh ke arahnya. "Apa yang ingin kau katakan." ucap Kenzo mengamati ekspresi Andre dengan seksama. Andre menarik napas, mengisi energinya yang sempat hilang kerena kelelahan sejenak sebelum kemudian menjawab. "Dia disini..." Andre sengaja menjeda hanya untuk melihat reaksi yang diberikan oleh Kenzo. "Lukas telah kembali. Dan dia menimbulkan keributan di luar gerbang sekolah." sambungnya dalam satu tarikan napas yang lebih panjang dari sebelumnya. Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD