Julia hanya butuh waktu singkat untuk memantaskan diri di depan cermin besar di sekelilingnya. Ia keluar meninggalkan walk in closet yang ada di kamarnya. “Max,” panggilan Julia, memecah keheningan. Tak ada jawaban. Julia melongok ke dapur, kosong. Meja makan yang hanya ada cangkir sisa minum kopi. Ia berjalan ke sisi lain, ruang CCTV yang pintunya terbuka lebar. Langkah Julia langsung berhenti, nafas Julia bagai tercekat tiba-tiba, memorinya kembali hadir saat berdiri di depan ruangan itu. “Kau sudah bangun, sayang?” tanya Max dari arah belakang Julia. Julia memutar tubuhnya, mendapati Max yang berjalan menghampirinya dengan berpolos d**a, hanya mengenakan celana jeans belel yang menggantung di pinggang dengan sobekan pada lututnya. Rambut Max tampak berkilau, sedikit basah. “Aku

