Part 1

604 Words
Cantik dan memiliki senyum manis. Mungkin itu yang tergambar pertama kali saat seseorang sudah bertemu dengan Fanya. Memiliki nama lengkap Indira Fanya Azzahra, nama yang indah sebagaimana rupanya. Namun di balik rupanya yang menawan Fanya adalah perempuan yang tidak perduli pada sekitar, dingin dan kasar. Jarang sekali ada laki-laki yang mendekati Fanya, sekalinya pun ada ia akan  berakhir dengan hati yang gondok serta sedikit luka karena tonjokkan yang dilayangkan Fanya. Hari ini, terasa seperti pertama kali lagi ia bisa menginjakkan kaki ke sekolah barunya setelah sekian lamanya ia tak pernah merasakan hiruk pikuk kehidupan sekolah. Karena saat ia keluar dari rumah sakit yang ia rasakan hanya sebatas kehidupan di dalam rumah. Tidak lebih. Teman pun masih bisa dihitung dengan jari, entah satu atau dua. Menyedihkan sekali bukan?  Ah, ternyata tidak bagi Fanya. Lama hidup dengan kesendirian membuat Fanya sangat kuat akan kata “Sendiri”. Keputusan untuk memasukkan Fanya ke publicschool  yang dibuat oleh  Iren, mamah Fanya itu mebuat Fanya tak habis pikir padahal Iren sendiri yang dulu sangat ingin memasukkan  Fanya  homeschooling dan tak ingin bila Fanya berinteraksi  dengan banyak orang. Banyak hal yang Fanya tak mengerti dalam hidupnya, termasuk dengan sikap berlebihan Iren yang selalu mengekang dirinya dalam segala hal. Berlama-lama terjebak dalam keadaan seperti itu yang bisa Fanya lakukan hanyalah menerima. Ya, mungkin kunci bahagianya saat ini adalah dengan cara menerima.  Author Pov Hembusan napas yang berat dengan langkah kaki ragu. Sesampainya Fanya di depan pintu gerbang, ia sempat melihat bahwa nama sekolah yang akan ia tempati adalah SMA Harapan Bangsa. Bruk “Eh... Sorry ya gue ga sengaja.”  Kata seorang perempuan yang rambutnya dicepol setelah tak sengaja menabrak Fanya dan dibalas anggukan kecil oleh Fanya. Fanya melanjutkan lagi jalannya. Melewati koridor sekolah dengan pandangan lurus seolah tak perduli akan suara riuh dan berbagai macam tatapan mata yang memandangnya disepanjang koridor. **** “Pagi anak-anak.” Sapa seorang guru  berperawakan tinggi besar dan bekumis agak tebal. “Pagi Pak.” “Hari ini kita kedatangan murid baru, ya kamu boleh langsung perkenalkan diri.” Fanya mengangguk patuh. “Nama saya Fanya.” Suasana hening. Lihatlah apa yang diperbuat Fanya pada hari pertama ia masuk sekolah. Apakah hanya nama saja yang bisa ia perkenalkan di hadapan calon teman-temannya? “Mmm, apa ada yang mau kamu sampaikan lagi selain nama?” Tanya guru yang diketahui bernama Yanto. Fanya menggeleng pelan. “Baiklah, apa dari kalian ada yang mau bertanya tentang teman baru kalian ini?” Saat Pak Yanto bertanya seperti itu beberapa murid laki-laki dengan cepat mengacungkan jarinya. “ya, kamu.” Kata Pa Yanto menunjuk laki-laki berkacamata yang duduk di bangku paling depan. “Ehem, Fanya gue mau nanya lo pindahan dari sekolah mana? Dan kasih alasan kenapa lo pindah?” tanya Dodit sembari tersenyum genit melihat Fanya. “Homeschooling. Alasan? Gaada.”  Balas Fanya dingin. “Si Dodit gondok banget anjir. Hahaha.” Celetuk salah seorang murid bertubuh gemuk bernama Aryo yang membuat seisi kelas tertawa , tapi tidak dengan Fanya. “Sudah-sudah, Fanya kamu bisa duduk di situ ya.” Pa Yanto menunjuk kursi ketiga jajaran kedua dari pintu masuk kelas. Fanya segera berjalan menuju kursinya dan kemudian duduk. “Nada Aurellia.” Ucap murid perempuan dari sebelah tempat duduknya sambil mengulurkan tangannya. Fanya menoleh sekilas dan mebalas uluran tangan itu. “Indira Fanya Azzahra.” “Soal yang di gerbang itu maaf ya, gue beneran ga sengaja.” Kata Nada, perempuan berponi cepol itu merasa tak enak. “Ga masalah” Balas Fanya yang sibuk dengan bukunya. “Gue ganyangka bisa sebangku sama lo. Semoga kita bisa berteman baik ya.” Bisik Nada disertai dengan kekehan kecilnya.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD