ru3

2190 Words
“A-apa yang kau lakukan?” gagap Lia horor. Lee Jun Min menatapnya dalam diam dengan mata bercahaya dingin, ekspresinya kaku dan terlihat cuek. Perempuan berambut ikal itu mengerjap-ngerjapkan matanya, kebingungan dan kalut dengan reaksi agresif calon suaminya. “Aku minta maaf sudah mendorongmu! Kau mengatakan hal-hal yang aneh. Aku jadi kaget, kan?” Lia menelan ludah berat. Ia menduga pria di atasnya itu sedang kesal karena tiba-tiba saja didorong hingga jatuh ke lantai. “Kenapa kau menyentuh wajahku?” “He?” Lia membeku kaget, mata membulat besar. Mata dingin Lee Jun Min menipis licik dengan sebuah senyuman misterius di wajahnya. “Di lounge dan kejadian barusan, kau berani menyentuh tubuhku saat sedang tidur, khususnya pada wajahku. Ada apa sampai seorang Amalia Rasyid melakukan hal romantis seperti itu pada orang yang dibencinya?” “He?” Lia tertegun syok. Kedua matanya menatap tanpa kedip mata dingin milik Lee Jun Min. A-apa yang dikatakannya? A-aku apa? batin Lia dengan perasaan berputar di dalam hatinya, hawa dingin menyergap seluruh tubuhnya bagaikan selimut tipis terbuat dari halimun es. “Jawab aku, Amalia Rasyid,” suaranya dalam dan dingin, tapi sangat menuntut. “A-aku. I-itu. K-kau bicara apa, ya? Ha-haha... apa kau bermimpi aneh?” balas Lia asal mengelak saja. Terkekeh seperti orang bodoh. Berusaha menghindari topik itu. Lee Jun Min mengeraskan raut wajahnya, mencengkeram kuat kedua bahu Lia. Kekesalan kecil memenuhi hati pria ini. “Apa kau pikir aku bodoh? Sewaktu tidur di lounge, kau mengoceh panjang lebar di depanku sambil menyentuh wajah dan punggungku. Tadi pun, kau sibuk menyentuh wajahku dengan eskpresi aneh. Sentuhanmu sangat lembut dan hati-hati. Kenapa kau melakukannya?” Lee Jun Min mengamati ekspresi Lia yang menggigit bibir bawahnya dengan wajah memerah saat ia melontarkan kata-kata itu tanpa jeda. “A-aku tidak tahu apa yang kau bicarakan!” jawab Lia cepat bagaikan orang dikejar setan, bahasa tubuhnya gelisah. Lee Jun Min mendengar ocehan panjang lebarnya sewaktu di lounge? Apakah dia mendengar semuanya atau hanya sebagian saat ia terbangun? Hati Lia berdetak kencang layaknya sebuah bom yang memutar jarum detiknya, 5 detik menuju angka 0, siap untuk meledak dan memporak-porandakan hatinya bagaikan kembang api di langit malam. Jika Lee Jun Min mendengar semuanya, maka... maka... mau taruh di mana mukanya menghadapi pria itu? “Jangan pura-pura bodoh, Lia,” Lee Jun Min tersenyum licik. Lia mengkerut dalam kuasa sang pria. “A-aku tidak pura-pura~” suara Lia mencicit di akhir kalimat, mengecil dengan lemahnya bagaikan orang yang ketahuan sedang mengutil di toko. Wajahnya pucat kelam. Lee Jun Min mengebor kedua bola matanya hingga rasa bersalah perlahan timbul di dalam hatinya. “Katakan dengan jujur, kenapa kau berani menyentuh tubuhku?” desaknya. “A-aku tidak tahu—“ “AMALIA RASYID!” bentak Lee Jun Min dengan suara murka yang ditahan, raut wajahnya sangat serius dan menakutkan. “Ma-maaf... a-aku tidak tahu kenapa aku melakukannya...” cicit Lia dengan tubuh mengkerut takut, kedua matanya mulai berkabut oleh genangan air mata. Bibirnya gemetar hebat. Lee Jun Min syok. “Maaf,” kata-katanya melunak seiring wajah dinginnya menjadi panik melihat Lia ketakutan padanya. “Aku hanya ingin tahu kenapa kau melakukannya. Bukankah kau sangat membenciku?” Pria berwajah dingin itu terlihat terluka. Lia menelan ludah gugup, meski ia tak tahu kenapa Lee Jun Min melakukan hal ini sekarang padanya, tapi hatinya tak tega melihat wajahnya yang menderita. Lia bingung harus menjelaskannya seperti apa. “Tidak...” bisik Lia pelan. “Apa?” “Aku tidak membencimu.” Lia mengeraskan pandangannya. “Hah?” Lee Jun Min terlihat kaget dan linglung. “Benar aku membencimu, tapi itu, kan, kau duluan yang membenciku? Aku tidak punya salah apapun, tapi kau selalu bersikap memusuhiku di bangku SMA! Aku benci dirimu yang seperti itu! Jika aku pernah membuatmu marah, maka aku sekarang minta maaf! Kau sangat membenciku sampai memperlakukanku buruk. Tidak hanya di masa lalu, tapi juga sekarang! Kau kejam! Kalau aku sampai benar-benar menyukaimu dan hanya bisa bertepuk sebelah tangan terus, tidakkah kau itu sangat jahat dan egois?! Kenapa kau melakukan hal ini padaku? Permainan bodohmu itu sama sekali tidak lucu bagiku! Aku juga manusia yang memiliki hati! Aku benci dirimu yang sok kuasa dan egois itu!” Sudut-sudut mata Lia berkabut oleh air mata, bibir digigit keras-keras oleh luapan emosi yang tiba-tiba menghantamnya. Kedua tangan Lia memukul-mukul lemah dada bidang pria itu. Seketika air matanya yang sudah terbendung lama di sudut matanya mengalir turun membasahi bantal di bawahnya. “...” Lee Jun Min hanya terdiam dengan wajah dinginnya, kedua tangannya mencengkeram kuat bahu Lia. “Aku tidak pernah membencimu. Aku sudah bilang, mustahil aku membencimu.” Lia cemberut dengan wajah memerahnya. “Aku tidak bisa percaya dengan kata-katamu sedikit pun! Perbuatan dan perkataanmu sama sekali tidak sejalan!” Lee Jun Min tiba-tiba memajukan wajahnya, dan berhenti ketika bibir mereka hanya berjarak satu senti meter. Lia membeku kaget. Dan pria dingin itu kemudian menarik wajahnya kembali, tersenyum penuh godaan. “Jika aku sudah menjadi suami sahmu, maka aku bisa menunjukkan bahwa aku tidak membencimu melalui seluruh bahasa tubuhku.” Air mata Lia terhenti tiba-tiba dengan sikap Lee Jun Min. “Aku harap kau tidak membenciku, Lia. Karena aku tidak pernah membencimu sedikit pun.” “BOHONG!” teriak Lia spontan, bahkan dirinya sendiri kaget dengan ucapan yang keluar tanpa rem itu. Lee Jun Min terbelalak kaget. “Ka-kau bilang, kan, kau sangat membenciku. Kau bahkan jijik bercinta dengan orang yang kau benci ini, kan?” suara Lia gemetar. Lee Jun Min terhenyak lemas, kedua bahunya tak bertenaga. Ia sama sekali tak pernah menyangka ucapan isengnya di kala tengah cemburu pada Arya di kamar hotel itu tertanam begitu kuat di otak cinta pertamanya. “Kau juga bilang kalau aku sudah merusak masa depanmu. Katakan padaku, jika kau tidak membenciku, kenapa berkata seperti itu? Jika tak membenciku, kenapa sejak dulu kau bersikap buruk padaku? Bahkan saat di malam reuni, di ruangan sempit itu kau bersikap kasar padaku! Kau menciumku paksa padahal kau jelas-jelas menyukai wanita lain. Apa kau sebegitu bencinya padaku sampai harus juga ingin mencuri dan menginjak-nginjak hatiku?” Lia melototkan mata marah padanya, air matanya kembali mengalir tapi wajahnya mengeras oleh emosi yang tertahan. Gigi digertakkan kuat-kuat. “Lia... aku...” “Ha! Haha... mendengar kau yang sangat licik dari Arya, entah kenapa aku mulai curiga kalau perkataan Arya di hari lamaran itu benar. Kau yang sedang berniat melakukan pernikahan kontrak, tidak menjebakku, kan, dengan sengaja yang sedang kebetulan mabuk waktu itu?” Wajah perempuan itu berubah mengerikan penuh kecurigaan hingga membuat hati Lee Jun Min tertusuk dengan tuduhan tidak berdasar itu. “Apa?” Wajah Lia tiba-tiba muram dan kelam dalam sedetik. “Ah... teoriku terlalu bodoh, ya? Itu, kan, tidak mungkin. Kita benar-benar melakukannya. Mana mungkin kau mau melakukannya jika dalam keadaan sadar. Maaf menuduhmu yang tidak-tidak. Kepalaku sedang kacau.” Lia memalingkan wajahnya malu dan sedih. Kepala Lee Jun Min ditundukkan lemah, dan ia berbisik pelan. “Maaf.” Lia melirik pelan wajah pria di atasnya itu. Kedua matanya terlihat sedih, dan ini membuat hati Lia tersentuh dan merasa serba salah. “Tolong maafkan semua perkataan burukku selama ini padamu. Aku tidak sungguh-sungguh mengatakannya. Aku juga serius tidak bisa membencimu.” “Kau aneh... kita sedang gencatan senjata. Jika ini adalah trikmu—“ “Ini bukanlah trik!” Lee Jun Min menaikkan pandangannya selurus dengan mata Lia, ia memegang kedua sisi kepala sang wanita. Wajah dinginnya terlihat serius dan tak berperasaan. “Aku mengatakan yang sebenarnya.” “Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Jangan menggodaku lagi. Kau tahu betapa sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan, kan? Kau sangat membenciku sewaktu SMA. Aku tidak pernah menerima perlakuan seperti itu selain darimu. Kau pikir aku akan dengan mudahnya percaya semua kata-katamu itu sekarang? Aku tidak sebodoh itu, Lee! Aku masih bisa menjadi pasangan palsumu dengan baik tanpa kau harus membuatku terikat secara emosional denganmu. Cukup hubungan sebatas fisik saja di antara kita berdua. Menjadi mainan s*ksmu yang bisa kau pakai sesuka hatimu. Aku masih bisa tahan jika seperti itu walau tetap saja menakutkan dan menyakitkan di saat yang sama. Toh, kau benar, aku juga kecanduan pada tubuhmu... Kita lakukan saja demi kepuasan nafsu satu sama lain.” Lia hanya bisa memalingkan lirikan matanya lalu memejam mata kuat-kuat, karena kedua tangan pria itu masih memegang kedua sisi kepalanya. Suara Lia gemetar dan sedih mengatakan pengakuan itu padanya. Lee Jun Min tampak terguncang hebat. Hatinya sakit seperti ditusuk duri. Amalia Rasyid benar-benar tak bisa mempercayai semua kata-katanya? Jika ia mengatakan sekarang kalau cinta pertamanya adalah dirinya sendiri, bagaimana reaksinya? Apakah perempuan di bawah kuasanya ini juga akan menuduhnya sebagai pembohong dan pria penuh kelicikan demi membuatnya tetap berada di sisinya sebagai pasangan palsu? Lee Jun Min tiba-tiba tertawa dingin, setengah berbisik dengan nada putus asa. Lia membuka mata dan meliriknya takut-takut. “Mainan s*ks?” gumamnya pelan, mata dinginnya merendah tanpa perasaan. Ekspresi wajahnya sangat sulit ditebak, dan ini membuat wanita di bawahnya terlihat ketakutan. Lee Jun Min menegakkan tubuhnya sembari menarik tubuh Lia bangun dari tidurnya, lalu menyentuh sebelah pipi sang wanita yang basah. Sekali lagi ia memberikan senyum dingin khas miliknya, matanya menipis lembut. Hati Lia deg-degan parah. “Aku tidak tahu kenapa kau berani menyentuh wajah dan punggungku saat sedang tertidur, tapi aku harap itu karena kau sudah memiliki perasaan padaku meski hanya sebesar batu kericil. Itu sudah cukup untukku saat ini.” Lia hendak melepas tangan Lee Jun Min dari wajahnya, ketakutan hingga gemetar mendengar perkataan pria dingin itu. Kedua bola matanya berguncang hebat. Napasnya pendek-pendek, sulit sekali untuk bernapas. “Aku akan mengatakannya hanya sekali, jadi dengar baik-baik, Amalia Rasyid.” “A-apa yang ka—“ Lia menjadi tidak nyaman, ia hendak mendorong tubuh pria itu darinya, tapi tubuhnya sangat kokoh. Kedua tangan Lee Jun Min menangkup wajah sang wanita. Menatapnya intense dengan wajah dingin dan misteriusnya. “Saat ini, di mataku hanya ada dirimu, Amalia Rasyid. Hanya ada dirimu, dan tidak ada wanita lain. Siapapun dia. Ini bukan trik atau pun kebohongan. Aku menyukaimu. Jika benar aku membencimu, aku tidak akan melakukan pendekatan padamu dan menggodamu seperti orang mesum dengan inisiatif sendiri. Aku juga sudah bilang bahwa dulunya aku. tidak. serius mengatakan kalau aku membencimu. Tolong ingat ini baik-baik. Aku harap ini bisa meminimalir salah paham yang ada padamu.” Lee Jun Min menguatkan tangkupan tangannya di wajah Lia. Kedua mata Lia bergetar menatap paksa mata dingin dan tegas di depannya. “Tubuh kita memang kompatibel, tapi bukan itu alasan kenapa aku mau melakukannya bersamamu. Aku juga tak mau menyangkal jika aku menyukai tubuhmu. Bisa dibilang aku sudah jatuh cinta pada tubuhmu, Amalia Rasyid.” “A—“ “Diam!” Lee Jun Min membentaknya tiba-tiba saat melihat mulut Lia hendak protes, keningnya bertaut kesal. Perempuan dalam genggamannya itu tampak pucat bagaikan bunga yang layu, ini membuat hati Lee Jun Min berpilin tidak karuan melihat reaksi Lia padanya. Apakah dia sangat tidak suka pada sikapnya? “Aku belum selesai bicara,” lanjut Lee Jun Min pelan, suaranya menjadi lebih merdu dan lembut. “Aku tidak tahu harus menjelaskan bagaimana sikapku padamu yang kau anggap mesum itu hingga membuatmu berpikir aku menjadikanmu mainan s*ks semata. Tapi, itu tidak seperti apa yang kau pikirkan. Aku membutuhkanmu. Jika kau pergi dariku, aku merasa akan gila jika tak bisa merasakan sentuhanmu, meski itu hanya berupa sentuhan kecil belaka. Apa kau tahu betapa berat dan sulitnya aku untuk menekan diriku agar tidak menyerangmu? Benar-benar sulit Amalia Rasyid!” Lee Jun Min mendekatkan wajah Lia padanya, menatap sendu bibir lembut sang wanita yang gemetar di bawahnya. Kepalanya dimiringkan dengan tatapan penuh dambaan yang kuat pada bibir mungil Amalia Rasyid, “kau tahu betapa aku ingin sekali mengecup bibir ini? Melumatnya hingga pecah dan berdarah?” Tubuh Lia gemetar tak karuan, kata-kata berbahaya itu menusuk dan menyusup masuk ke hatinya hingga membuat sekujur tubuhnya melemah tak berdaya. Tidak. Jangan katakan semua kata-kata jahat itu padaku! pinta Lia, memohon dalam hati dengan perasaan meringis sedih. “Aku membutuhkanmu, Amalia Rasyid. Tolong, menikahlah denganku.” Satu tangan meraih pinggang sang wanita, menariknya dalam dekapannya. Ini adalah lamaran pria itu yang sudah diucapkan padanya untuk kesekian kalinya, Lia sama sekali tidak mengerti kenapa ia harus mengatakannya lagi saat ini. “Aku serius mengatakan semua ini tanpa ada maksud tersembunyi. Terserah kau mau percaya atau tidak, aku tidak peduli. Aku juga tak bisa memaksamu percaya padaku. Setelah kita menikah nanti dan aku bisa menyentuhmu sepuasnya, aku yakin kau pasti bisa memahami semuanya dari bahasa tubuhku ini. Bahasa tubuh lebih jujur dari apapun. Kau juga tahu, itu, kan?” Lee Jun Min menatapnya dengan senyuman dingin nan tipis yang melengkung indah, lalu memeluknya dengan kedua tangannya. Kepalanya ditenggelamkan pada ceruk leher sang wanita. “Aku harap kau berhenti untuk membenciku, Lia. Kau bukanlah cacat dalam hidupku. Dan aku tidak menyesali apa yang terjadi antara kita berdua malam itu. Meski bukan seperti itu yang aku mau.” Lia bungkam. Kepalanya tiba-tiba panas mendengar semua perkataan memabukkan pria itu. Seberapa banyak pria yang memeluknya ini mendengar perkataannya di lounge saat itu? Hatinya sesak dan memilu, juga malu luar biasa. Dia bahkan mendengar saat dengan menyedihkannya berkata kalau dirinya adalah cacat dalam hidupnya? “Aku mencintaimu, Lia. Aku pasti akan membuat hubungan kita ini berhasil. Serahkan saja semuanya padaku." Entah apa yang mendorongnya, tapi Lia kembali membalas pelukan pria itu untuk kesekian kalinya. Tindakan lemah dan sangat lembut itu membuat Lee Jun Min semakin memperkuat pelukannya. "Aku akan pastikan hatimu tidak akan hancur lagi." "Pembohong..." bisik Lia sedih, dan memeluknya lebih erat dengan air mata berlinang pedih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD