Pukul 20.00 am.
Kini Gerland berada dicaffe bersama kedua temannya siapa lagi jika bukan Vito dan Bagas, Sedangkan keempat temannya, entah mereka sendiri tak tau.
"Sialan," geram Gerland sembari mencengkram kuat ponselnya.
"Ger, semenjak kejadian di kantin siang tadi, lu emosi mulu kerjanya," ujar Bagas.
"Lu marah karna si Della apa gimana!" mereka berdua bingung degan Gerland, tidak biasanya ia akan marah seharian hanya karna hal sepele seperti ini.
"Atau lu marah karna omongan Aca," tebak Vito, Gerland melirik Vito dengan tajam.
"Kerjain aja deh," batin Vito.
"Ehmm ... Yaa bagus dong kalo Aca ngak nempel lu lagi, secara kan lu ngak suka sama Aca," kata Vito.
"Bener Ger, seharusnya lu seneng biar lu sama Jesy bebas pacaran," timpal Bagas.
"Bacot," ngegas Gerland.
"Lah kok ngamok," balas Vito.
"Bilang aja lu suka sama si Aca," goda Bagas.
"Nggak," pungkas Gerland.
"Awas lu suka," ujar Bagas.
"Nggak," balasnya lagi.
"Gue balik," lanjut Gerland, kemudian berdiri mengambil jaketnya.
"Lah lu ngak ke basecamp?" tanya Vito.
"Nanti," Gerland tanpa sungkeman, keluar dari caffe meninggalkan kedua temannya yang hanya menatap kepergiannya.
"Tuh anak kenapa sih," kesal Vito.
"Yaa mana saya tau, saya kan ikan," balas Bagas.
"Heh, yang lain dimana bree?" tanya Vito.
"Basecamp mungkin," ujar Bagas.
"Haiss...basecamp yok," ajak Vito.
"Kuylah," Mereka berdua kemudian meninggalkan caffe, tujuan mereka sekarang adalah ke basecamp.
Kediaman Fredi ?
Setelah makan malam tadi, mereka lanjut bersantai di ruang keluarga.
"Mmm ... bang," panggil Aca, seraya menatap kedua abangnya.
"Nape dek?" tanya Delon.
"Papa kapan pulang yah?" tanyanya, karna semenjak ia bangun, Aca sama sekali belum melihat papanya.
"Kalo perusahaan disana udah beres pasti pulang kok," balas Delon. Sementara Dero hanya memutar matanya dengan malas.
"Aca, mama tuh seneng, liat perubahan kamu," ujar mamanya, jika dulu anaknya b***k maka sekarang Aca telah berubah menjelma menjadi gadis cantik.
"Masa sih ma," ucap Aca, ia tersenyum kearah mamanya.
"Lu bahkan udah langsung, glow up, cantik pula," puji Delon.
"Kek gajah beridiri dibilang cantik," gumam Dero, yang masih didengar oleh mereka entah mengapa ia tak mengakui jika Aca memanglah sangat cantik.
"Heh kamu ya, omongan itu difilter dulu," ujar mamanya.
"Ya emang gitu kan mah, paling juga buat narik perhatiannya si Gerland," balas Dero.
"Gerland mulu..Gerland mulu, bosen aing dengernya," ucap Aca
"Ya emang kan lu sering ngejar Gerland mulu," ucap Dero.
"Duh gini ya, itu dulu bukan sekarang, gue udah move on ganteng ngokey," jelas Aca.
"Mana ada orang move on sehari doang," ucap Dero lagi.
"Ngeyel amat sih dikasih tau," kelas Aca, ia kemudian berdiri dan menjulurkan lidahnya kearah Dero.
"Iri bilang bos, hahahay papalepapale palepale," setelah mengatakan itu Aca kemudian berlalu meninggalkan mereka.
"Minta disantet emang," seru Dero saat melihat Aca menaikki tangga.
"Adek kamu berubah sih berubah, tapi nggak gitu juga kali," ujar mamanya. Ia menatap kasihan pada anaknya.
"Kayak gimana mah?" Tanya Delon.
"Kata anak jaman sekarang badgirl tapi rada ke sterss sih berubahnya," ujar mamanya.
"Itu mah udah gila, bagus dong ma kalo Aca berubah," ucap Delon.
"Bigis ding mih," Dero meniru gaya bicara Delon dengan nada mengejek.
"Sirik amat sih nih orang," ucap Delon seraya menatap tajam kearah Dero, tak tinggal diam Dero juga menatap Delon dengan tajam, sementara mamanya hanya menatap mereka dengan pusing. Saat sedang nonton tv, suara mobil mengalihkan dunia mereka, ketiga orang itu saling berpandangan.
"Siapa bang?" Tanya mamanya.
"Ngga tau ma, biar Dero aja yang buka pintu," ucap Dero, ia kemudian berjalan menuju pintu utama.
Ceklek..
"Loh bang Bian," ucap Dero ketika melihat abangnya didepan pintu.
"HemmM," Bian hanya berdehem, Bian memang ketus, dan mempunyai sipat dingin jadi tidak salah jika ia hanya sedikit berbicara. Bian kemudian masuk kedalam rumah melewati Dero, yang berada diambang pintu.
"Punya abang, gini amat yak," gumamnya, lalu menyusul Bian keruang keluarga.
"Ma," panggil Bian. Mereka berbalik menatap kearah Bian.
"Loh bang, udah pulang kamu, kapan nyampenya?" Tanya mamanya.
"Baru mah," jawab Bian, ia mendudukan dirinya disofa. Melihat raut anaknya yang sedang memejamkan mata, ia tau anaknya ini sedang lelah. "Bang, kamu tidur gih, istirahat," ucap mamanya.
Bian membuka matanya, dan melirik mamanya. "Iya ma, Bian keatas dulu," Bian kemudian berdiri dan berjalan kekamarnya yang berada dilantai dua, sungguh penerbangan dari Singapore ke Indonesia membuatnya lelah, padahal dia hanya duduk saja.
Pagi menjelang, Pintu kamar Aca diketuk oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan Delon. "Dek bangun oi," ujar Delon setengah berteriak.
"Dek," karna tak mendapat sahutan dari dalam kamar, Delon kemudian membuka pintu kamarnya Aca yang tak dikunci. Delon kemudian berjalan mendekat kearah tempat tidur Aca, terlihat Aca tidur dengan posisi yang dikatakan tidak elit, bagaimana tidak kepala Aca hampir saja menyentuh lantai.
"Dek, bangun lu ngak sekolah?," lagi-lagi tak ada jawaban dari Aca.
"Ini tidur apa mati."
"Dek bangun Astagfirullah," kesal Delon. Adiknya itu sungguh susah dibangunkan.
"Apaan sih bang," ucap Aca sembari mengusap matanya.
"Aduhh pala gue pegel," ringis Aca seraya memegang lehernya.
"Siapa suruh tidur kek kelelawar gelantugan gitu, lagian lu tidur apa mati sih, susah bener bangunnya."
"Ngadi-ngadi si jamet." Aca melemparkan Delon bantal.
"Eitss anda durhaka, mandi sono, sekolah biar pinter, ntar telat mampus lu." ujar Delon.
"Bawel." ucap Aca, kemudian berjalan memasuki kamar mandi. Delon kembali kelantai satu.
Diruang meja makan, terlihat dua orang laki-laki yang sedang duduk dikursi sembari memakan nasi goreng.
"Loh bang, Adek kamu mana?" tanya mamanya yang baru muncul dari arah dapur.
"Mandi mah," balas Delon yang sudah berada di meja makan.
"Mama seneng banget sama perubahan adek kamu," ujar mamanya seraya meletakkan piring berisi ayam di atas meja.
"Siapa yang berubah?" tanya Bian. Ia baru semalam dari Singapore, karena harus mengurus perusahaanya di Indonesia, ia belum melihat adiknya sama sekali. Bian tinggal di Singapore karena kuliah sekaligus memimpin perusahaan yang ada disana.
"Adek kamu Aca," jawab mamanya.
"Alaah, paling juga mau narik perhatian Gerland, kalian tau sendiri kan kalo Aca itu suka sama Gerland," timpal Dero.
"Lu ngapa sih, benci banget sama Aca," ujar Delon menatap tajam kearah Dero.
"Udah...udah kalian berantem mulu," mamanya mencoba melerai perdebatan mereka. Sementara Bian hanya menatap kedua adiknya dengan tatapan bingung, ia sendiri tidak tau apa yang terjadi dirumah ini.