TW - BG 1

3219 Words
“Beby! Kamu ada di mana?” Tanya Brandy panik ketika menghubungi adik bungsunya itu. “Aku lagi diluar jalan sama temen, kenapa Kak?” Tanya Beby bingung, karena tak biasanya ia di hubungi guna menanyakan keberadaannya. Bukan hanya itu saja, karena pasalnya ia juga bisa mendengar ada suara tangisan Mamanya di balik sambungan tersebut. “Mama nangis? Kenapa lagi Kak? Kak Aditya buat masalah lagi?” Tanya Beby secara beruntun. “Enggak! Buruan kamu ke rumah sakit tempat kamu kerja sekarang.” Minta Brandy, kakak kedua dari Beby tersebut. “Mau ngapain sih kak? Jangan aneh-aneh deh, mending bilang aja sekarang sebenernya ada apa.” Kata Beby yang ikutan panik. “Kakak akan bilang sama kamu kalau kamu udah disini, buruan kesini atau kamu bakalan nyesal.” Setelah mengatakan itu Brandy langsung mematikan sambungan telephonenya membuat Beby kesal. “Ada apa sayang?” Tanya Gavin khawatir. “Kak Brandy telephone tanya dimana, terus disuruh datang ke rumah sakit. Aku juga dengerin Mama nangis.” Jelas Beby panik. “Pasti ada yang nggak beres, yaudah ayo aku antar kamu ke rumah sakit. Siapa tahu emang pentingkan.” Ajak Gavin, Beby langsung saja mengikuti Gavin yang sudah berjalan lebih dahulu. Jujur saja perasaan Beby jadi tidak tenang mendengar tangisan Mamanya dan juga nada suara panik milik Kakaknya. Karena belum pernah sebelumnya ia mendengar Kakaknya sampai sepanik itu, “Vin buruan, aku takut ada yang nggak beres.” Kata Beby pada sang kekasih supaya mengendarai mobil lebih cepat lagi. “Iya sayang ini udah cepat banget loh, harus tetap hati-hati juga dong.” Beby semakin panik dan mulai tak tenang, ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sampai akhirnya Beby tiba di rumah sakit dan langsung saja masuk. Ia meninggalkan Gavin yang berusaha memanggilnya, Beby tidak lagi menghiraukan hal itu. Karena Gavin tidak bisa mengikuti Beby ke dalam, karena kedua orangtua Beby belum mengetahui hubungan keduanya. Beby yang sudah di beritahu melalui pesan langsung tahu kemana ia akan pergi. Begitu sampai yang dituju, Beby langsung diperhadapkan dengan pandangan Mamanya yang sedang menangis di pelukan sang Papa dan Kakaknya Brandy terlihat gelisah dan raut wajah yang panik. Beby langsung mendekat guna mencari tahu sampai keluarganya sadar dengan kedatangannya. “Ada apa Kak? Siapa yang sakit?” Tanya Beby ikutan panik. “Alena.” Jawab Brandy dengan terbata. “Alena kecelakaan, sekarang lagi di operasi. Keadaannya parah, dokter bilang operasinya sangat sulit dan nggak tahu bisa berhasil apa enggak. Kalau Alena selamat itu karena keajaiban.” Jelas Brandy akhirnya membuat Beby kalut dan hampir saja jatuh terduduk di lantai namun berhasil di tahan oleh Brandy dan di dudukkan di kursi tunggu. “Hei, kita harus berdoa untuk kesembuhan Alena. Kita nggak boleh ikutan panik dan sedih kayak gini, kita harus optimis kalau Alena bisa sembuh.” Beby menggelengkan kepalanya tak percaya dengan perkataan sang Kakak. “Kenapa bisa? Apa yang terjadi? Kak Alena mau nikah tiga hari lagi Kak.” Cicit Beby sambil meminta penjelasan pada sang Kakak. “Kamu tahukan kalau hari ini hari terakhir Alena pergi kerja sebelum kita pergi ke Croasia buat acara pernikahan, jadi Alena pergi ke puncak tadi. Terus waktu jalan pulang mau ke Jakarta hujan jalanan licin, Alena nggak bisa jaga keseimbangan akhirnya masuk jurang. Untuk ada petugas dekat sana yang bisa langsung tolongin, tapi rumah sakit disana terbatas makanya langsung di bawa ke Jakarta karena keadaan Alena parah. Mama dihubungi tadi waktu Alena udah di rumah sakit ini.” Tangis Beby pecah ketika mengetahui berita itu. Hatinya jelas merasa sakit, siapa yang tidak khawatir bagaimana keadaan kakaknya. Walaupun hubungan mereka tidak begitu dekat, tetap saja Alena tetap kakak kandungnya. Kakak yang selalu ada untuknya dan selalu saja peduli padanya. Sifat Beby memang lebih mirip Brandy yang terkesan, cuek, dingin, dan pendiam. Sangat berbeda dengan Alena yang penurut, baik, ramah, dan sopan berbanding terbalik dengan Beby. Walaupun Beby selalu saja merasa tak suka melihat keramahan kakaknya itu, tapi disatu sisi ia menyayangkan kakaknya. Mendengar bahwa keadaan kakaknya parah membuat Beby jelas takut sesuatu hal yang buruk terjadi. Padahal sebentar lagi sang kakak akan menikah dengan pria yang dipilihkan kedua orangtuanya. “Aku mau tahu keadaan Kak Alena.” Kata Beby dengan bangkit berdiri hendak mau masuk ke ruang operasi namun di tahan oleh Brandy. “Enggak Beby belum bisa, jangan gegabah. Kita tunggu dokter selesai operasi okay? Kamu nggak akan bisa berbuat apa-apa kalau kamu masuk.” Beby menggelengkan kepalanya. “Aku dokter Kak, aku pasti bisa selamatin Kak Alena.” Pinta Beby dengan memohon dengan derai air mata yang menghiasi wajahnya. Brandy memeluk Beby dengan erat guna menenangkan adiknya itu. Mamanya juga masih saja menangis, masalah demi masalah seolah silih datang secara terus menerus kepada mereka. Hampir empat jam operasi berjalan tetapi dokter juga belum keluar dari ruang operasi. Membuat keluarga Beby sangat khawatir. Beby bahkan sudah menanyakan kepada dokter yang dikenalnya yang ada di dalam, tetapi juga tidak dapat informasi apa-apa. Sampai akhirnya lima jam berlangsung barulah dokter tersebut keluar. Beby langusng menemui dokter yang mengoperasi kakaknya itu. “Dokter Edward bagaimana keadaan Kakak saya? Operasinya berjalan dengan lancarkan?” Tanya Beby langsung, kedua orangtua serta kakaknya juga ikut langsung menghadap sang dokter. “Saya udah usahakan yang terbaik, saya tidak yakin apa ini akan berhasil. Luka yang diterima kakak dokter Beby sangat parah. Hanya keajaiban yang bisa membuat Kakak anda bisa melewati ini semua. Baru kali ini saya tidak yakin dengan operasi yang saya lakukan. Kalau tadi ini bukan saudara dokter Beby saya tidak akan melakukan operasi ini karena kemungkinannya sangat kecil. Tapi saya berharap kemungkinan kecil itu akan mendapatkan kesempatan yang besar ya dok. Saya harap dokter Beby dan keluarga bisa kuat menghadapi ini semua.” Kata dokter Edward yang mengoperasi Alena. “Makasih banyak dokter, makasih sudah mau berjuang untuk kakak saya.” Kata Beby sambil menggenggam tangan dokter tersebut. “Kalau dokter Beby mau tahu lebih rinci soal yang saya operasi bisa ikut ke ruangan saya dan saya akan menjelaskan semuanya.” Kata dokter Edward. “Baik dok saya akan segera kesana, sekali lagi terimakasih dok.” Dokter Edward permisi, sedangkan Beby langsung memeluk sang mama yang masih menangis. “Ma udah jangan nangis lagi, mending Mama sama Papa pulang ke rumah. Biar aku sama Kak Brandy yang nemenin kak Alena disini. Aku yakin kalau Kak Alena bakalan baik-baik aja.” Carissa menggelengkan kepalanya menolak permintaan anak bungsunya itu. “Mama mau disini, Mama mau nemenin kakak kamu.” “Kita nggak bisa jaga terlalu banyak disini Ma. Mama harus istirahat, kita jaganya gantian ya Ma? Biar kali ini Beby yang jagain kakak. Kalau ada apa-apa Beby bakalan langsung hubungi mama. Beby janji sama mama. Papa bawa mama pulang ke rumah aja ya?” Kali ini Beby meminta kepada Papanya Randy. “Oke, Papa sama Mama bakalan pulang. Kalian terus kabarin ya gimana kondisi Alena.” Brandy menganggukkan kepalanya. “Pasti Pa, bakalan kita kabarin.” “Di lihat dari kondisinya Kak Alena bakalan dirawat di ruang ICU, Beby juga bakalan minta penanganan yang ekstra buat Kak Beby.” Kata Beby dengan mantap. Setelah itu kedua orangytuanya pergi, sedangkan Beby memilih menuju ruangan dokter Brandy guna mengetahui apa yang sebenernya di alami sang kakak. Keadaan apa yang sangat parah hingga sang kakak harus melewati ini semua.   ***** “Sayang apa yang terjadi?” Tanya Gavin pada Beby melalui sambungan telephone. “Kak Alena kecelakaan keadaannya parah, aku baru aja ngomong sama dokter Edward. Karena dokter Edward yang operasi kak Alena, baru kali ini aku lihat dokter Edward nggak yakin sama operasinya sendiri.” Jelas Beby dengan menahan tangis. Ia sedang duduk di koridor rumah sakit, setelah menerima penjelasan tentang kakaknya. Dokter Edward tersebut merupakan salah satu dokter terbaik yang selalu yakin dengan operasinya. Bahkan banyak yang dioperasi olehnya dan berhasil sembuh, tetapi kali ini dokter tersebut taky akin maka itu akan menjadi pertanda yang buruk. Keadaan sang kakak memang tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Karena begitu banyak luka yang di alami dan tak bisa di sepelekan. Luka yang dialami sangat parah, karena kalaupun sembuh akan sangat sulit untuk kembali seperti semula. Beby masih belum bisa menerima tentang apa yang diterima sang kakak. Keadaannya sangat parah, mengingat hal itu membuat Beby kembali menangis. Karena di dalam ruangan dokter Edward, Beby juga sudah menangis ketika tahu bagaimana kondisi kakanya. “Sssttt udah sayang jangan nangis. Kenapa bisa? Bukannya kamu bilang Kak Alena mau nikah, kenapa bisa kayak gini?” Beby akhirnya kembali menjelaskan apa yang di dengarnya tadi dari sang kakak dan kembali menjelaskan pada Gavin. “Kamu yang kuat ya sayang, aku yakin kamu bisa lewati ini semua. Kita doakan supaya kakak kamu baik-baik aja, apa aku perlu kesana buat temenin kamu?” “Gausah, aku disini sama kak Brandy. Kalau kamu kesini nggak enak karena Kak Brandy nggak tahu kamukan. Masalah hubungan kita nanti kita bisa jelaskan sama orangtua aku ya? Tunggu keadaannya membaik.” “Iya sayang gapapa kok, aku masih sabar nunggu kamu. Paling penting kamu udah terima lamaran aku, soal orangtua kamu nanti bisa kita kasih tahu. Saat ini paling penting keadaan kakak kamukan, mudah-mudahan keadaannya membaik ya.” “Makasih ya, telephonenya aku tutup ya. Nanti aku hubungi kamu lagi.” Setelah mengatakan itu Beby langsung mematikan sambungan telephonenya dan menjumpai sang kakak. ***** Ke esokkan harinya, Carissa dan Randy kembali ke rumah sakit. Keadaan Carissa sudah jauh lebih membaik dibandingkan tadi malam. Mereka juga datang membawakan pakaian untuk Brandy dan juga Beby yang sedang menunggu Alena. “Mama udah sarapankan?” Tanya Beby khawatir. “Udah, tapi papa sama mama mau bicara sama kamu boleh?” Minta Carissa dengan sendu, Beby mengerutkan keningnya bingung. “Mau bicara apa Ma? Bicara disini aja.” Desak Beby penasaran. “Kamu mandi aja dulu, setelah itu kita ke kantin dan bicarain disana. Brandy juga ikut ya.” Usul Randy membuat Beby semakin penasaran. Menurutnya bakalan ada pembicaraan yang serius sehingga Mamanya seperti memohon seperti itu. Dengan cepat Beby mandi di kamar mandi khusus dokter, setelah itu ia langsung ke kantin dan kedua orangtuanya serta sang kakak sudah ada disana. “Kita sarapan dulu, kakak udah pesanin buat kamu.” Kata Brandy memberitahu sang adik. Mereka sarapan dengan ngobrol, Beby menjelaskan apa yang di alami sang kakak dengan bahasa sederhana agar bisa di mengerti keluarganya. Jelas saja Carissa kembali menangis ketika tahu seburuk apa keadaan anaknya itu. “Udah Ma jangan nangis lagi, aku tahu Kak Alena orang yang kuat. Aku yakin kalau Kak Alena pasti akan sembuh, aku yakin itu. Katanya Papa sama Mama ada yang mau di bicarain, ada apa Ma?” Tanya Beby mengalihkan pembicaraan agar sang mama juga tidak kembali menangis. “Mama mau minta tolong sama kamu, tolong gantikan Alena ya.” Kata Carissa dengan sendu sambil menggenggam tangan anaknya penuh harap. “Maksudnya gimana ya Ma? Gantikan gimana?” Tanya Beby bingung. “Kamu tahukan kalau kakak kamu bakalan menikah dan hari ini harusnya kita semua berangkat ke Croasia?” Beby menganggukkan kepalanya. “Kakak kamu bakalan nikah dengan pria pilihan Papa. Tapi pernikahan mereka bukan hanya sekedar pernikahan, tapi ada perjanjian juga di dalamnya. Alena tahu hal ini, tapi kamu nggak tahu kalau ada perjanjian di balik ini semua. Kamu hanya tahu kalau mereka Papa jodohkan.” Beby mengernyitkan keningnya bingung. “Perjanjian apa yang Papa maksud?” Tanya Beby penasaran. “Kamu tahu keadaan kita berantakan semenjak Kakak kamu Aditya punya kasus. Perusahaan papa anjlok karena kasus kakak kamu, jadi papa minta tolong sama temen papa buat bantuin perusahaan papa buat bangkit lagi. Tapi Papa nggak bisa balikin uangnya dengan cepat dan buat Papa nggak enak hati, jadi papa nawarin Alena buat nikah sama anaknya. Temen papa setuju begitu juga dengan Alena, papa nggak enak lagi buat batalin semuanya. Temen papa udah banyak bantu banget, terutama bantu kita bisa bertahan sampai sekarang. Kamu maukan bantuin papa buat nikah sama anak temen papa?” Beby terkejut mendengar hal itu. “Jadi maksud Papa, Papa pakai kak Alena buat bayar ke temen Papa?” Randy menggelengkan kepalanya. “Bukan, papa nggak pernah ngejual anak papa. Sebelum papa ngusulkan Alena, papa tanya Alena dulu apa Alena setuju apa enggak. Alena setuju jadi Papa nggak pernah paksa Alena. Tapi sekarang papa mau minta tolong sama kamu, persiapan pernikahan udah beres dan semua yang nanggung temen Papa. Mereka hanya minta buat kita datang aja, jadi Papa mohon sama kamu mau gantiin Alena. Pernikahan nggak mungkin di batalin gitu aja, ini akan buat keluarga mereka malu begitu juga sama keluarga Papa. Kamu tahu keadaan Alena tidak memungkinkan, bahkan dokter bilangkan kalau Alena nggak tahu bisa sadar sampai kapan. Papa nggak bisa jujur sama mereka soal ini, jadi Papa mohon sama kamu buat gantiin kakak kamu buat nikah ya?” Mohon Randy, sedang Beby benar-benar speechless dengan permintaan Papanya yang menurutnya tidak masuk akal ini. “Papa lagi nggak becanda sama akukan? Papa serius mau minta beginian sama aku? Papa sadar nggak sama permintaan Papa ke aku? Pa gausah aneh-aneh, nikah? Emang papa kira pernikahan itu main-main? Gimana papa mereka bisa jelasin, anak saya yang menikah bukan Alena tapi Beby diganti kayak gitu? Atau apa sih Pa?” “Papa belum kasih tahu sama mereka anak Papa yang mana yang bakalan menikah sama anak temen papa. Jadi semuanya masih bisa di atur disana, Papa tahu kalau pernikahan itu nggak untuk main-main. Tapi kamu tahu keadaannya lagi nggak memungkinkan, siapa yang mau hal ini terjadi? Nggak ada Beby, jadi Papa minta tolong sama kamu. Cuma kamu satu-satunya harapan Papa sama Mama.” Beby jadi merasa kesal. “Jangan gila deh Pa, nggak bisa sembarangan kayak gitu buat ganti. Papa minta sesuka hati kayak gini pernah mikirin perasaan aku nggak gimana? Aku beda sama Kak Alena, aku nggak bisa ikutin apa aja semuanya sesuai dengan keinginan papa. Ini nggak masuk akal buat aku Pa! Aku bukan barang yang bisa digantiin gitu aja dengan mudah! Jangan semuanya mau digampangin Pa! Aku ini anak Papa bukan barang! Pernikahan itu bukan main-main.” “Papa minta maaf sama kamu, Papa tahu ini salah. Tapi Papa nggak punya alasan lain. Gimana Papa mau tanggungjawab semuanya, bisa kamu kasih tahu Papa harus gimana? Papa mohon sayang, papa mohon sama kamu. Ini semua demi kebaikan kita, bukan berarti Papa nggak ngertiin perasaan kamu. Papa juga nggak tahu harus gimana, kamu mau lihat kita makin hancur? Kita nggak punyak uang sebanyak itu buat gantiin semuanya. Papa yakin kamu bisa, dia dari keluarga baik-baik. Dia nggak akan nyakiti kamu, jadi Papa mohon sama kamu buat terima ini semua ya?” Beby menggelengkan kepalanya dengan keras. “Enggak Pa, aku nggak bisa! Pernikahan bukan main-main, aku nggak mau nikah sama orang yang enggak aku cinta. Aku bukan Kak Alena Pa, jadi jangan paksa aku buat lakuin ini semua. Lagian aku udah punya pacar dan dia udah lamar aku, jadi aku nggak bisa terima ini semua. Aku cinta sama dia.” Kali ini Carissa yang duduk bersimpuh di lutut Beby dan menggenggam tangan putrinya itu. “Apa yang Mama lakuin? Bangkit Ma jangan kayak gini, banyak orang yang lihat.” Beby melihat sekitar banyak yang melihat ke arah mereka. “Mama mohon sama kamu gantikan Alena. Papa sama Mama nggak punya cara lain, Cuma kamu yang bisa bantu kami sayang. Lakukan semuanya untuk Mama, mama mohon sama kamu. Tinggalkan pacar kamu, menikah sama pria pilihan Papa. Mama yakin kalau ini yang terbaik buat kamu. Tolong berkorban kali ini aja, mama janji ini permintaan mama yang terakhir sama kamu. Mama nggak pernah minta apa-apa sama kamu sebelumnyakan? Jadi biarkan kali ini mama minta sesuatu sama kamu, kali ini aja bantu mama sama papa ya.” Carissa meminta dengan memohon dan menangis. Kalau sudah Carissa yang meminta akan sangat sulit bagi Beby untuk menolaknya, karena dia sangat menyayangi sang Mama. Beby memang paling dekat dengan sang mama dan ia tidak bisa menyakiti hati perempuan yang sudah melahirkannya itu. Hatinya selalu sakit ketika melihat Carissa menangis. “Ma, aku mohon jangan kayak gini. Jangan paksa aku, mama tahukan kalau kelemahan aku itu ada sama mama. Kalau mama juga minta hal ini sama aku, buat hati aku makin sakit ma. Jangan kayak gini, mama harus pikirin juga dong gimana perasaan aku ma. Tolong ngertiin gimana perasaan aku ma. Ini nggak mudah buat aku bisa terima dan jalanin Ma. Aku mohon sama mama, Cuma mama stau-satunya harapan aku.” “Mama mohon sama kamu, nggak ada cara lain. Kamu mau ya? Demi mama?” Pinta Carissa. Tangis Beby pecah dan Carissa langsung memeluk anaknya yang sedang menangis. “Papa sama Mama jahat, kalian nggak ngerti gimana perasaan aku. Kalian terlalu memaksakan diri, ini juga semua salah Kak Aditya, andai aja kak Aditya nggak bodoh semua ini nggak bakalan terjadi. Kak Alena sama aku nggak akan melewati ini semua.” “Maafin mama sayang, maafin Mama. Mama salah maafin mama ya, kamu maukan?” “Apa aku punya pilihan nolak Ma? Kalau bisa aku ingin lari sekarang, aku ingin pergi dan nggak mau. Tapi apa aku bisa ma? Apa aku bisa biarin semuanya gini aja dan lihat kalian menderita dan tanggung semuanya? Tuhan nggak adil ma sama aku.” Beby terus menyalahkan siapapun yang membuat hidupnya seperti ini. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Mau berlari dan menolak sudah tidak bisa, keluarganya sedang di perjuangkan saat ini. Maka Beby hanya bisa menerima dan mengorbankan dirinya sendiri. Ia harus rela menerima semuanya. Brandy ikut memeluk Beby yang sedang menangis itu. Beby lebih dekat dengan Brandy dibandingkan dengan Randy karena sifat mereka yang lebih mirip. “Kamu harus kuat, kakak yakin kamu bisa melewati ini semua. Ingat kalau kamu ngelakuin ini buat keluarga kita, kamu nggak sendiri. Ada kakak yang selalu ada buat kamu, kakak yakin kalau kamu akan bahagia sama pria pilihan Papa. Walaupun kamu sekarang belum merasakan apa-apa tapi percayalah pengorbanan kamu nggak akan pernah sia-siap. Kakak yakin kalau kamu kuat dan bisa ngehadapinnya.” Kata Brandy menyemangati adiknya. Brandy sudah lebih awal diberitahu saat menunggu Beby mandi. Awalnya ia tidak setuju, bagaimanapun ia ingin melihat adik bungsunya itu bahagia. Tapi Brandy sadar bahwa saat ini situasinya tidak bisa membuat mereka memilih, tetapi harus menjalani dengan semestinya. Satu-satunya cara yang bisa buat mereka melewati itu semua hanya Beby, karena hanya Beby yang bisa menggantikan posisi Alena. “Papa minta maaf sama kamu, sekaligus Papa mau bilang makasih sama kamu karena udah mau ngelakuin ini semua. Kita harus bersiap sekarang, hari ini kita harus pergi ke Croasia.” Beby menggelengkan kepalanya. “Gimana sama Kak Alena?” Tanya Beby khawatir. “Istri kakak bakalan jaga Alena disini. Apa kamu mau kakak juga tinggal disini?” Tanya Brandy, Beby menggelengkan kepalanya. “Aku tinggal punya kakak, kalau kakak nggak ada disana apa jadinya aku Kak? Aku yakin nggak akan bisa tanpa kakak disana, aku butuh kakak.” Kata Beby dengan menangis, Brandy kembali memeluk Beby. “Okay kakak akan disana buat kamu, jangan nangis lagi. Kakak nggak akan tinggalin kamu sampai semuanya selesai, okay?” Beby menganggukkan kepalanya. Saat ini yang dibutuhkan oleh Beby adalah kekuatan, kalau ia tidak mendapatkan kekuatan itu maka Beby sendiri tidak tahu akankah dirinya bisa melewati ini semua atau tidak. Kini Beby harus menyiapkan diri untuk pernikahan yang tak pernah ia harapkan sebelumnya. Beby selama ini bermimpi akan menikah dengan pria pilihannya, pria yang bisa mencintainya begitu juga dengan sebaliknya. Tetapi kini semuanya harus di kubur dalam-dalam karena semua itu hanya khalayan semata saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD