Setelah semalam ditemui oleh Vano, paginya Sherin dijemput oleh Vian saat akan ke kampus. Sherin terheran-heran, apalagi mengingat perkataan Vano semalam kalau Vian tak sepemikiran dengan Vano. "Masuk. Kita harus bicara." Itulah yang diucapkan Vian. Mau tak mau, Sherin masuk ke dalam mobil Vian. Sempat khawatir, mengingat Vian akhir-akhir ini selalu sinis padanya. Sherin tak bisa berhenti berpikiran buruk tentang Vian. Namun, dia bisa merasa lega saat Vian mengajaknya sarapan di sebuah restoran. Setelah memilih tempat duduk dan memesan makanan, Vian langsung melontarkan pertanyaan. Tanpa basa-basi. "Apa kamu memang benar mencintai ayahku, Sherin?" tanya Vian. Matanya menatap tajam pada netra Sherin. Sherin menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Menatap Vian dengan serius.

