Bab 2

1858 Words
HAPPY READING *** Naomi memandang Tigran duduk di hadapannya, di samping pria itu ada Kayla putrinya. Bisa-bisanya Kayla terlihat akrab dengan pria yang baru di temuinya. Ia bingung harus berbuat apa karena selama ini ia tidak pernah dekat dengan pria manapun. Semakin ke sini ia tidak kepikiran untuk menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria. Di dalam benaknya saat ini adalah membesarkan Kayla dan membahagiakannya. Pernikahannya yang dulu membuatnya trauma yang mendalam. Lagi-lagi ia tidak ada kepikiran untuk menikah lagi, karena ia belum siap akan kemungkinan-kemungkinan terjadi dalam hidupnya. Kadang ia berperang dengan hati dan pikirannya sendiri karena terlalu lelah hidup sendiri, menyelesaikan masalah sendiri, berdiskusi pada diri sendiri. Ia juga pernah berpikir bahwa, ia butuh teman untuk bertukar ide, dan menjalani hari indah bersama pasangan. Namun ia kembali mengingat masa lalu, pikiran-pikiran negative masih ada dalam dirinya. Dunia pernikahan tidak seindah yang dibayangkan. Ada beberapa teman dan kliennya bercerita prihal rumah tangganya. Banyak sekali kisah-kisah menyeramkan, mulai dari selingkuh, mertua yang jahat, ipar yang selalu ikut campur dan suami yang otoriter. Semua kisah rumah tangga memiliki masing-masing cerita. Ia pernah menikah, namanya menjalin hubungan, pernikahan itu sampai kapanpun tidak terlepas dari namanya pertengkaran. Mau menikah yang sudah matang dan finansial yang baik, tetap sama saja, pasti ada perbedaan. Jika melihat rumah tangga yang harmonis kemungkinan ada dua. Mereka pandai menyembunyikan masalah dan mereka mengimbangi pasangan ketika salah satu dari mereka marah. “Papi, itu apa?” Tanya Kayla kepada salah satu bungkusan berwarna pink bertulisan huruf A. “Ini biscuit, kamu mau coba?” Tanya Tigran memperlihatkannya kepada Kayla. “Mau.” Tigran lalu memandang Naomi, Naomi menatapnya balik, “Tenang saja ini biscuit aman untuk di makan balita seperti Kayla. Biscuit ini diproduksi dengan bahan-bahan premium, memang dikhususkan untuk si kecil.” Naomi memperhatikan bukusan bertulisan Yummy Bites berwarna pink. Ia baru melihat biscuit itu dan di sana tertera tulisan apple flavor, di sana terdapat nama lebel terpercaya yaitu Mayori. Ah, siapa tidak kenal dengan perusahaan yang memprodusen sekelas Mayori. “Ini produk baru saya. Saya akan merilis biscuit ini dipasar luas. Kamu mau mencobanya?” Tanya Tigran lagi kepada Naomi, karena Naomi terlihat sangat mengawasi apa yang di makan Kayla. Ia yakin Naomi ibu yang baik, karena memperhatikan asupan makan anaknya. “Kamu kerja di sana?” “Bukan, tapi saya pemiliknya. Sebenarnya itu perusahaan turun temurun, namun saat ini orang tua saya mempercayakan saya untuk mengelolanya.” Alis Naomi terangkat ia tidak percaya bahwa pria bernama Tigran itu adalah pemilik dari perusaha terbesar di Indonesia. Bahkan semua produk yang di produksi dari Mayori ada di isi dapurnya. Ia menelan ludah, ia memandang Kayla meraih biscuit itu dan memasukan ke dalam mulutnya. Naomi sebenarnya takut jika ada orang asing memberi makanan untuk anaknya, ia harus aware dengan dirinya sendiri. Ia tidak tahu apakah pria itu pemilik dari Mayori atau bukan, karena sekarang banyak sekali kasus penipuan. “Kamu ragu?” Tigran memperhatikan gestur tubuh Naomi. “Ah, enggak,” ucap Naomi. Naomi sudah terlanjur melihat Kayla sudah memasukan biscuit itu ke dalam mulutnya, ia lalu mengambil biscuit itu dan melihat tekstur nya seperti biscuit pada umumnya. Ia memasukan ke dalam mulutnya, rasanya sangat enak, susunya terasa dan sangat renyah, sangat cocok untuk balita seperti Kayla. “Papi, mau lagi,” ucap Kayla. Tigran tersenyum, ia mengelus puncak kepala Kayla ia menyerahkan bungkusan itu kepada Kayla. Membiarkan Kayla memakannya. Ia melihat Kayla memakan itu sambil menggoyangkan kaki, karena rasanya selezat itu. Selama ini Naomi memang tidak membiasakan Kayla memakan snack dengan bumbu MSG. Namun biscuit khusus balita ini pengecualian. “Di pabrik banyak, nanti papi kirim satu kotak buat Kayla.” “Beneran papi?” “Iya, bener!” Kayla melompat kegirangan, ia memeluk lengan Tigran, “Makasih ya, papi. Kayla seneng akhirnya, Kayla punya papi,” seru Kayla. Ada terbesit bahagia melihat ada seorang balita cantik menyebutnya papi. Jiwa menjadi seorang ayah dalam dirinya keluar begitu saja. Jujur ia merasa lebih jantan dihadapan Kayla dibanding dengan ribuan karyawan di perusahaanya. Sebutan papi tersemat dalam dirinya begitu luar biasa, ia merasa menjadi figure seorang ayah. Rasa bahagia ini sulit ia tuangkan ke dalam kalimat. “Mami minum,” ucap Kayla. Naomi mengambil gelasnya, namun Tigran menahan tangannya, kulit mereka bersentuhan beberapa detik. Sentuhan itu seolah memberi aliran listrik ke dalam tubuhnya. “Maaf, sebaiknya saya saja. Kayla ada di samping saya,” Tigran memberi alasan. “Ah, iya,” Naomi menyerahkan gelas berisi air mineral itu kepada Tigran, dan membiarkan pria itu melakukanya. Naomi masih memperhatikan pria bernama Tigran, sejujurnya ia masih shock atas kehadiran pria itu. Namun pria itu sudah mencuri hati Kayla, jadi ia tidak tega menjauhi Kayla dan Tigran. Setelah ini ia akan mengatakan kepada Kayla agar tidak untuk terlalu percaya dengan pria yang baru ditemuinya. “Kamu kerja di mana?” Tanya Tigran membuka topik pembicaraan, ia yakin wanita bernama Naomi ini adalah seorang wanita karir, dilihat dari penampilannya dan leptop yang sudah tertutup di hadapannya. “Saya reseller tas,” Naomi mengambil kartu nama di dalam tasnya, jika pria itu benar seorang pemilik Mayori, maka ini kesempatan dirinya memperkenalkan bisnisnya. Mungkin pria itu bisa membantunya menjalankan bisnisnya dengan pasar yang luas. Walaupn bukan tidak masalah, karena apa salahnya memperkenalkan produk yang dijualnya. Tigran mengambil kartu nama itu dari tangan Naomi, ia membaca nama lengkap tertera di kartu nama itu bertulisan Naomi Olaf, dia merupakan owner dari Zalori, ia melihat di sana tertera alamat kantor, situs web dan nomor ponsel bisnis. “Tas branded?” Tigran memastikan kepada Naomi. “Iya.” Tigran tahu betul tas branded sangat popular dikalangan sosialita, selebriti dan istri pejabat. Ia tahu bahwa tas yang ada di meja itu produk original yang paling popular dan disukai wanita Indonesia. Ia sebenarnya tidak terlalu paham dengan masalah tas, biasanya adik dan mamanya di rumah sering ke store Hermes, Prada, Gucci, Chanel, LV, bahkan koleksinya di simpan di lemari kaca dan katanya penuh dengan perawatan extra. Ia yakin wanita seperti Naomi, tidak kekurangan apapun dalam dirinya. Ia hanya ingin tahu apa status Naomi. Apa wanita berstatus janda atau bukan. “Saya merasa terhormat bisa berkenalan langsung dengan pemilik Zalori.” “Kamu tahu Zalori?” “Tidak terlalu tahu, hanya saja sering lihat berseliweran di branda google dan youtube saya.” “Ah, iya. Tim marketing saya memang mengiklankannya di semua social media.” “Storenya di mana.” “Ada di Senayan City, Taman Anggrek dan Central Park. Cuma di situ saja.” “Tapi yang kamu sebutkan dari mall besar di Jakarta. Kamu pasti sudah sukses menjalani bisnis ini.” “Thank you. Tapi banyak penjualan di marketplace.” “Sekarang marketplace merajai pasar. Pergerakannya sangat masif, untuk asean saja trafik nya naik hingga 87 persen. Nilai belanja daring semakin popular di tanah air. Ada 132,7 juta pengguna internet menggunakannya.” “Really? Kamu tahu data-datanya?” Tigran tertawa, “Saat meeting, kita selalu membahas ini. Produk-produk asing seperti s****e, Alibaba, Lazada sangat gesit, menggenjot kompetisi untuk merajai pasar lokal nusantara.” “Yah, saya percaya itu,” ucap Naomi. “Papi.” Otomatis Tigran menoleh memandang Kayla, “Iya, sayang,” ucap Tigran. “Habis. Tangan Kayla kotor,” ucap Kayla memperlihatkkan tangannya kotor dengan remahan biscuit. “Yaudah, kita ke wastafel bersihin tangan Kayla.” “Iya, pi,” ucap Kayla. Naomi memandang Kayla dan Tigran menuju wastafel. Ia melihat Tigran membantu Kayla membersihkan tangannya yang kotor. Ia masih memperhatikan putrinya, terlihat jelas wajah bahagia di sana. Setelah mencuci tangan, Tigran menggendong Kayla. Jika seperti ini, mereka bertiga terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia. Naomi melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 13.10 menit. Sudah seharusnya mereka pulang karena jam tiga Kayla ada les music di rumah. “Sudah selesai?” Tanya Naomi kepada Kayla, ketika Tigran berada di hadapannya. “Iya sudah, mi.” Naomi memasukan ponselnya ke dalam tas, ia tidak bisa berlama-lama di restoran ini. Ia juga tidak akan terlena dengan pria bernama Tigran. Walaupun dia pemilik Mayori sekalipun, tidak akan membuatnya langsung jatuh hati. “Bilang apa sama om?” Tanya Naomi. “Makasih papi,” ucap Kayla tersenyum kepada Tigran. “Iya, sama-sama,” Tigran mengelus puncak kepala Kayla. Tigran menatap Naomi yang beranjak dari duduknya, wanita itu mengemasi barang-barangnya, “Kamu mau pulang?” “Iya, jam tiga nanti Kayla ada les piano.” Tigran memandang Naomi, “Kamu ke sini pakai apa?” “Saya bawa mobil sendiri,” ucap Naomi. “Saya antar kalian hingga ke basement.” “Ah, enggak usah,” tolak Naomi. “Mau dianter papi,” rengek Kayla. Mata Naomi melotot, ia ingin mengakhiri pertemuan dengan Tigran di sini, namun Kayla justru menginginkan pria itu bersama mereka lagi. Oh Tuhan, kenapa Kayla susah sekali diajak kerja sama. Terlalu percaya dengan pria asing itu tidak baik. Tigran menyungging senyum, ia lalu menggendong tubuh Kayla, “Let’s go kita pulang.” “Tapi saya bawa mobil sendiri, Tigran,” ucap Naomi menjelaskan. “Saya antar kalian hingga ke parkiran, Naomi.” Naomi melihat Tigran menggendong Kayla keluar dari area restoran. Naomi mengikuti langkah itu dari belakang, lalu menyeimbanginya. “Papi janji mau kasih biscuit untuk Kayla?” “Iya janji, besok papi kirimin buat kamu. Kamu maunya seberapa?” “Maunya banyak papi, nanti Kayla bagi-bagi sama temen Kayla di sekolah.” “Besok papi kirimin ke sekolah kamu.” “Bener?” “Bener dong.” “Asyik, asyik, akhirnya papi ke sekolah Kayla.” Tigran tertawa, hingga Kayla merasakan getaran tubuh Tigran. Kayla memeluk Tigran dan menyandarkan kepalanya ke bahu bidang itu. “Ngantuk?” Tanya Tigran, ia memencet tombol lift sambil melirik Naomi di sampingnya. “Enggak, cuma mau peluk papi.” Tigran mendengar itu hatinya berdesir, ia tahu pasti Kayla mendambakan sosok ayah dalam hidupnya. Ia mengelus punggung Kayla. “Peluk papi hingga erat,” gumam Tigran. “Iya, papi.” Mereka masuk ke dalam lift dan lift membawa mereka menuju lantai basement tempat Naomi memarkir mobilnya. Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka. Naomi memang sengaja memarkir mobilnya tidak jauh dari lift. Ia menekan tombol central lock, suara mobil terdengar. Tigran menatap mobil Mercedes Benz C Class berwarna putih tidak jauh darinya. Tigran membuka hendel pintu untuk Kayla dan mendudukan Kayla di kursi. Padahal ia ingin berlama-lama dengan Naomi dan Kayla, karena ia merasa menemukan keluarga baru dalam hidupnya. Seumur hidupnya baru pertama kalinya ia merasakan kehangatan seperti ini. “Papi nggak ikut kita?” Tanya Kayla memandang Tigran memasang sabuk pengaman untuk dirinya. Tigran menyungging senyum, “Papi sebenarnya mau ikut kalian, tapi papi juga bawa mobil, cantik. Papi juga mau ke kantor sebentar lagi. Papi janji besok kita akan ketemu lagi di sekolah.” “Janji?” “Iya, janji.” “Thank you, papi.” “Iya, sama-sama, sayang,” ucap Tigran. Tigran memandang Naomi yang tidak jauh darinya, “Kamu hati-hati bawa mobil.” “Iya. Dah,” ucap Naomi. Tigran mengangguk, “Dah.” Tigran melihat Naomi sudah masuk ke dalam mobil. Suara mesin menyala, ia melihat Kayla melambaikan tangan ke arahnya. Ia melambaikan tangan balik dan mobil Naomi menjauh darinya. Setelah itu menghilang dari pandangannya. Ia bersumpah ia akan bertemu lagi dengan Naomi dan Kayla besok. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD