Hingga Won dan Hezky memasuki ruang kelas ini bersamaan. Aku mengarahkan pandanganku ke jendela luar segera. Aku memikirkan bagaimana caranya aku bisa memenangkan taruhan ini. Hezky dan Won duduk di kursi mereka. Lagi-lagi saat itulah Won mulai mengganggu diriku. “An, An!” ucapnya memanggilku sembari menarik rambutku seperti anak kecil yang meminta perhatian pada ibu. Aku segera berpaling dan melihat ke arah Won, ia melepaskan rambutku. Aku memasang wajah kesal padanya. “Apa?” ucapku singkat. “Galak sekali! Apa kamu tidak mau memperkenalkan diri pada Hezky?” jawabnya. “Aku sudah mengenalmu dan Hezky, jadi berhentilah menggangguku. Aku seperti gadis bodoh di ganggu oleh dua preman di manapun! Menyebalkan!” ucapku. Sontak Won kaget, ia pun segera memanggil Hezky yang duduk di sampingny