*Mikayla pov Setelah kejadian di bianglala aku dan Alfath sama sama diam. Entah kenapa canggung sekali, kami berada dimobil menuju pulang. Dan selama setengah perjalanan tidak ada percakapan. Aku meremas remas bajuku dan Alfart masih fokus pada jalanan di depan. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih. Gerah, pipiku masih panas karna ciuman di bianglala dan mengingat ucapan Alfath. Setelah itu aku dan dia tidak mengucapkan satu patah kata lagi. Aku malu dan entah dirinya, mungkin canggung? Atau malu juga? Eh tapi Alfath mana punya malu? Karna bosan aku membuka kaca mobil dan mengeluarkan tanganku untuk menerobos angin malam. Kuhirup udara malam dan rasanya menyejukkan, tidak kalah dengan udara pagi di desa. Apa karna pipiku panas menahan malu? Kurasa. Tapi yang jelas ini sangat memba

