Pagi ini aku sangat senang sekali karena Aisyah menyuruhku untuk menjemputnya. Aku tidak menanyakan alasan mengapa dia meminta hal tersebut. Tanpa basa basi aku langsung membersihkan diri dan bersiap-siap untuk pergi menjemputnya. Sekeluarnya aku dari kamar mandi, aku masih melihat Ajeng di dalam kamar. Jujur saja, aku tidak tahu cara bersikap dengan perempuan ini. Dia baik, sangat baik. Tapi masa lalunya yang membuatku malu. Bahkan jika ada satu orang saja yang mengetahui identitasnya, aku langsung malu saat itu juga. Aku sengaja bersikap ketus padanya. Aku tidak punya pilihan lain. Selain karena aku tidak terlalu suka dengannya meski dia adalah istriku, aku juga masih menginginkan Aisyah untuk mendampingi hidupku. Meski Aisyah sudah menikah dengan lelaki pilihannya, tapi aku tidak akan

