William duduk di sofa ruang tamu sementara pandangannya tak bisa lepas dari Alenia. Ia mengepalkan tangannya, menahan diri untuk tidak menghambur memeluk istrinya yang tampak rapuh itu. Alenia, istrinya, yang sudah melalui begitu banyak hal berat secara bertubi-tubi, harus terjebak dalam kegelapan. Seolah hal berat enggan meninggalkan garis takdirnya. Wanita itu masih seperti yang ia ingat. Rambutnya, senyumnya, tubuhnya. Masih kurus seperti dulu dengan bahu kecil yang tampak rapuh. Dan kegelapan yang mengukung Alenia membuat William ingin bersimpuh di hadapan istrinya, meminta maaf atas segala hal yang sudah dilakukannya dan merusak hidup Alenia sampai sedalam itu. Bahkan jika Alenia menendangnya, William tak peduli. Ia ingin sekali merengkuh tubuh Alenia yang kecil dan rapuh, menengge

