Permohonan Untuk Menikah

1086 Words
          “Mikaila kita harus bicara,” ucap Kevin saat mendapati istrinya baru saja pulang.             “Aku lelah Kevin. Aku mau istirahat dulu,” ucap Mikaila lalu meninggalkan suaminya begitu saja.             “Sayang, tapi kita harus bicara,” ucap Kevin mencoba menahan tangan Mikaila.             “Sayang, biarkan aku istirahat dulu ya, nanti kalau aku sudah bangun baru kita bicara,” ucap Mikaila lalu ia kembaali menuju kamarnya dan Kevin hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan pasrah.             Kevin menuju dapur. Ia akan membuatkan minuman segar untuk istrinya. Hanya di depan orang banyak saja mereka terlihat sangat harmonis tetapi di dalam hati Kevin sedikit kesepian karena sering ditinggal pergi oleh Mikaila.             “Sayang ini untuk kamu,” ucap Kevin sambil memeluk istrinya dari belakang dan mencium leher jenjang istrinya yang terlihat sangat jelas.             “Terima kasih sayang,” ucap Mikaila lalu mengambil minumannya dan meminumnya.             “Apa kamu lelah?” tanya Kevin sambil memijat pundak Mikaila.             “Hmmm, syutingnya sampai pagi terus, aku jadi kurang tidur. Mana di sana sudah jaringannya,” ucap Mikaila lalu memeluk Kevin dengan erat.             “Maafkan aku ya sayang, kamu pasti sangat mencemaskan aku,” ucap Mikaila.             “Istirahatlah, aku akan membuatkan kamu makanan kesukaan kamu,” ucap Kevin lalu melepaskan pelukannya dan ia segera menuju dapur.             Mikaila tersenyum, ia mangambil ponselnya yang terus bergetar. Mikaila membaca pesannya dan ia tersenyum lalu membalas pesan masuk itu.             Mkaila mematikan ponselnya lalu ia menyusul suaminya ke arah dapur. Aroma masakan yang lezat ini membuat perutnya menjadi sangat lapar sekali.             “Masak apa?” tanya Mikaila sambil memeluk Kevin dari belakang.             “Spageti kesukaan kamu,” ucap Kevin sambil menuang spagetinya ke atas piring. Lalu Kevin mengajak istrinya duduk.             “Pasti sangat lezat,” ucap Mikaila.             “Hmmm… Sayang, Mama ingin memiliki seorang cucu,” ucap Kevin.             “Tapi kamu tahu kan kalau aku masih banyak syuting yang harus aku kerjakan sayang. Aku tidak mungkin memberikannya sekarang. Aku juga belum siap meninggalkan dunia keartisan aku,” ucap Mikaila.             “Aku tahu, tapi Mama sudah memberikan aku sebuah pilihan. Meminta kamu memberikan anak atau mencari seorang Ibu pengganti untuk memberikan aku seorang anak,” ucap Kevin.             “Ma-maksudnya kamu akan menikah lagi?” tanya Mikaila.             “Aku juga tidak mau tapi Mama kekeh ingin kita memberikan seorang cucu,” ucap Kevin.             “Aku tidak bisa sayang. Aku minta maaf, aaku harus kejar karir aku dulu yang masih di atas. Kamu tahu kan untuk mencapai kesuksesan ini sangat sulit buat aku. Dan kamu juga tahu kan sejak awal kita menikah aku tidak ingin dikejar-kejar soal anak. Seharusnya kamu bisa tegas sama Mama kamu,” ucap Mikaila kesal.             “Sayang, Leonard Group juga butuh generasi penerus dan tentu saja anak kita yang akan melanjutkan bisnis ini. Kelak aku juga tumbuh semakin tua,” ucap Kevin.             “Aku tetap dengan pendirian aku Kevin,” ucap Mikaila lalu ia menaruh sumpitnya dan meninggalkan Kevin sendirian di ruang makan.             Kevin mengacak rambutnya lalu menjambaknya sendiri. Ia juga t idak ingin seperti ini tetapi bagaimana dengan orang tuanya. Ia juga tidak bisa membuat kedua orang tuanya sedih. Biar bagaimana juga Kevin selalu mengutamakan keluarganya.             “Kenapa kamu dulu hanya ingin dinikahkan sirih oleh aku? Aku bertanya-tanya selama ini. Apa yang kamu inginkan dari pernikahan ini? Benar kata Aurora, aku harus bertanya dengan Mikaila. Pernikahan ini sudah berjalan selama dua tahun dan aku bahkan jarang sekali menyentuh tubuhnya. Setiap kali dia pulang selalu saja kelelahan. Padahal dulu waktu belum menikah kami lebih bahagia dan dia bahkan bisa memberikan aku kepuasan setiap harinya,” gumam Kevin.             Di sisi lain.             “Aurora sayang, Tante mohon menikahlah dengan Kevin. Mama dan Papa kamu juga sangat menginginkan pernikahan ini,” ucap Sandra.             “Tante, Kevin sudah menikah. Aurora tidak mau jadi orang ketiga dalam rumah tangga mereka,” ucap Aurora.             “Mereka hanya menikah sirih. Tidak apa-apa jika kamu menikah dengan Kevin, lagi pula kamu berhak untuk menjadi istri sah Kevin. Mikaila itu bukan wanita baik-baik,” ucap Sandra.             “Tante, Aurora tahu perjanjian yang sudah Tante buat dengan almarhum Mama dan Papa, tapi biar gimana juga Kevin mencintai Mikaila dan Mikaila juga mencintai Kevin. Siapa tahu Mikaila nanti mau memberikan anak untuk Kevin,” ucap Aurora.             “Tidak mungkin w************n itu mau memiliki anak. Dia lebih mementingkan karirnya dari pada kehidupan nyatanya. Mama yakin jika suatu saat nanti Kevin akan meminta kamu sebagai Ibu pengganti. Dia pasti akan menikahi kamu untuk memiliki seorang anak dan Tante yakin dia akan mencintai kamu dan menceraikan wanita tak tahu diri itu,” ucap Sandra.             “Tante jangan terlalu banyak pikiran. Nanti kalau Tante sakit Om yang repot,” ucap Aurora.             Sandra menangkup kedua pipi Aurora. Pancaran mata Aurora benar-benar membuat hati jadi teduh sekali.             “Kamu gadis yang sangat baik, Tante yakin jika Kevin pasti menyesal tidak memilih kamu sejak awal,” ucap Sandra.             “Tante, cinta itu tidak bisa dipaksakan, lagian sekarang bukan jaman dulu juga. Aurora juga tidak memiliki perasaan apa-apa saat ini sama Kevin. Jadi biarkan saja semua berjalan seperti ini. Keputusan ada ditangan Kevin,” ucap Aurora.             “Ya sudah kalau gitu Tante pulang dulu ya. Jangan lupa kamu juga harus memikirkannya jika Kevin mau menikahi kamu nanti,” ucap Sandra lalu meninggalkan rumah Aurora.             Aurora menghembuskan nafasnya panjang. “Maaf Tante, aku tidak mau jadi perusak. Kalau pun Kevin meminta aku jadi istrinya itu juga harus dengan ijin Mikaila. Kalau Mikaila ikhlas maka aku akan memikirkannya,” ucap Aurora di dalam hatinya.             Kenapa jalan hidupnya harus seperti ini. Padahal banyak lelaki tampan dan juga kaya yang mengejarnya tetapi ia tidak tertarik sama sekali. Ia jadi teringat kejadian kemarin saat Kevin menatapnya begitu dekat, kenapa getaran di d**a ini sungguh membuat dirinya berdebar.             “Kevin… Nama yang bagus,” gumam Aurora.             Aurora mengangkat kedua bahunya dengan acuh lalu ia menuju kamarnya. Aurora menatap sebuah foto lelaki yang pernah mengisi hidupnya dulu. Laki-laki yang pernah ia cintai ini kini sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya. Padahal cinta mereka berdua begitu tulus. Namun siapa sangka, mantan kekasih Aurora ini lebih memilih pilihan orang tuanya dan meninggalkannya sendirian.             “Kamu pasti sudah bahagia dengan istri kamu sekarang,” ucap Aurora lalu merobek fotonya dan membuangnya ke tempat sampah.             Aurora menatap langit-langit kamarnya. Ia membayangkan sosok Ibunya berada disisinya. Kalau saja saat ini kedua orang tuanya masih hidup mungkin ia tidak akan terjebak dalam perjanjian yang dibuat oleh kedua orang tuanya.             “Ma, Pa, boleh kan Aurora memiliki kekasih lain. Kevin sudah menikah. Aurora juga ingin melanjutkan hidup ini,” ucap Aurora sambil memeluk boneka beruang kesayangannya.     Bersambung 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD