1. Calon Ibu Tiri

1596 Words
Jasmine masih terlelap dibalik selimut bermotif bunga melati ketika seseorang dengan seenaknya membuka gorden kamarnya. Sinar matahari langsung menyeruak masuk melalui jendela kaca besar begitu gorden dibuka dan membuat Jasmine mengerjapkan matanya karena silau.   “Aduuhh Kak… silau tau!” Protes Jasmine sambil menutup wajahnya dengan bantal. Ia kembali memejamkan mata, berharap Kakaknya itu segera keluar dari kamar dan tidak mengganggu agenda libur sekolahnya hari ini.   Kenzo menggelengkan kepalanya. Adiknya yang satu itu memang kelewat malas. Bisa seharian Ia bermalas-malasan di dalam kamar jika libur sekolah dan tidak ada kegiatan. Di dalam sebuah kamar yang cukup luas dengan nuansa serba pink dan kamar mandi berada di dalam.   “Ayo dong bangun… udah jam berapa nih? Coba kalo mamah masih ada, pasti sedih deh liat anak gadisnya jam segini masih males-malesan di kamar.” Kata Kenzo sambil meraih remot Ac dan mematikannya.   Mendengar Kenzo menyebut mamah mereka, seketika Jasmine menarik bantal yang menutupi wajahnya. Ia langsung bangun dengan posisi duduk di tempat tidurnya. Jasmine menguap beberapa kali sambil mengucek matanya karena rasa kantuk yang masih menguasainya. Rasanya Ia baru tertidur beberapa jam saja karena semalam Ia tidur sangat larut.   “Udah buruan mandi sana… trus dandan yang cakep.”   “Kita mau ngapain Kak? Lo mau ngajak gue touring lagi? Yeess…! Assiikk…!” teriak Jasmine kegirangan sambil mengangkat kedua tangannya.   “Yee… pede banget lo.” Ucap kenzo sambil mendekat dan memencet hidung adik semata wayangnya itu karena gemas.   “Trus ngapain? Hari ini kan libur. Gue kan juga pengen istirahat seharian.” Jawab Jasmine sambil memonyongkan bibirnya.   “Udaaahh… buruan mandi! Jam sepuluh ditunggu bokap di ruang tamu. Jangan telat! Lo mau dijodohin!” Ucap kenzo sambil  keluar dari dalam kamar.   Hah?? Dijodohin?? Sama siapa?? Sontak membuat Jasmine membelalakkan matanya. Ia berlari mengejar Kenzo ke arah pintu sembari memanggilnya, tapi Kenzo sudah berlalu dengan cepat menuruni anak tangga menuju ke lantai bawah.   Ih apaan sih… ogah banget gue jodohin. Emang sekarang zaman siti nurbaya apa?, gerutu Jasmine dalam hati. Jasmine melirik jam dinding di kamarnya, sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang lima menit. Ia hanya punya waktu lima menit saja untuk mandi dan bersiap. Biar pun kesal, Ia tetap melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi daripada Ia kembali diteriaki oleh kakaknya itu.   ***   Dengan tergesa-gesa Jasmine menuruni anak tangga. Ia bergegas menuju ke ruang tamu. Benar saja sudah ada papah, kak Kenzo, daaaan….. seorang wanita muda berusia sekitar tiga puluh tahun. Langkahnya terhenti. Ia pandangi wanita itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Putih, berambut pendek dan sedikit ikal… Mmm… lumayan cantik lah, tapi ngga lebih cantik dari gue, pikir Jasmine. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, seolah sedang mencari seseorang. Tapi sepertinya tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka berempat. Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam benaknya.   “Duduk sayang...” Anggoro, ayahnya menyuruhnya untuk duduk di samping Kenzo. Sementara Anggoro duduk di samping wanita itu, tepat di depan Kenzo, hanya terhalang oleh meja tamu panjang.   “Mana yang mau dijodohin sama Jasmine Pah?” tanyanya polos.   Anggoro mengerutkan keningnya sambil melirik ke arah Kenzo yang tak bisa menahan tawanya. Seketika tawa Kenzo meledak. Anggoro sudah paham betul kelakuan Kenzo. Ia pasti sedang mengerjani adiknya.   Ah, sial nih… kak Kenzo ngerjain gue!, batin Jasmine sambil melirik tajam ke arah kakaknya. Kalo saja tidak ada orang lain di ruangan itu, Ia pasti sudah menerkam Kenzo dan mencabik-cabik tubuhnya seperti harimau sedang menikmati buruannya.   “Udah sini duduk… ngga usah terlalu serius deh…” ucap Kenzo dengan menahan tawanya.   “Kak Kenzo nih ngeselin banget tau ngga.” Ucap Jasmine dengan nada kesal. Ia menjatuhkan tubuhnya dengan kasar di sofa tepat di samping Kenzo. Jasmine pikir Ia benar-benar akan dijodohkan karena belum lama ini relasi bisnis papahnya datang ke rumah dan mengenalkannya pada putra semata wayang mereka yang usianya tak terpaut jauh darinya. Jasmine pun sengaja memakai bedak dan mengoleskan lip tint ke bibirnya agar terlihat lebih fresh. Walaupun sudah pasti Ia akan menolak perjodohan itu, tapi paling tidak Ia tetap harus menunjukkan pesonanya di depan laki-laki itu. Ia ingin terlihat sempurna di depan orang lain.   “Iya maaf yaaa…” ucap Kenzo sambil mencolek dagu Jasmine agar Ia tidak marah lagi. Jasmine melirik sekilas ke arah wanita itu, wanita itu hanya tersenyum sambil menatapnya.   Anggoro berdeham, seolah meminta perhatian dan waktu untuk berbicara.   “Berhubung kalian sudah berkumpul di sini, Papah mau menyampaikan sesuatu. Sebelumnya kenalin dulu ini tante Amanda.” Kata Anggoro sambil meoleh ke arah Amanda.   “Hai Kenzo, Jasmine…” sapa Amanda ramah.   “Jadi Papah udah kenal tante Manda ini udah sekitar satu tahun yang lalu. Tante Manda ini sekarang bekerja di salah satu bank swasta. Orangnya baik, ramah, pekerja keras. Dan Papah berencana untuk menikah dengan tante Manda…” lanjut Anggoro.   What?? Papah mau menikah lagi?? Sama perempuan ini??   Jasmine benar-benar tidak bisa membayangkan Ia memiliki seorang Ibu tiri. Ingin rasanya Ia menolak dengan keras keinginan ayahnya itu. Ia merasa tidak butuh ibu pengganti karena selama ini Ia sudah cukup bahagia hanya hidup bersama ayah dan kakaknya. Walaupun Jasmine telah kehilangan sosok ibu sekitar tiga tahun yang lalu, tapi kasih sayang dan perhatian yang mereka berikan sangat luar biasa hingga rasa kehilangan itu tidak begitu Ia rasakan. Apalagi Jasmine merasa tante Amanda itu terlalu muda untuk menjadi ibu tirinya.   “Kalian setuju kan Papah menikah lagi?” tanya Anggoro sambil menatap Kenzo dan Jasmine bergantian.   “Kalo Kenzo sih setuju aja Pah. Itu kan hak Papah untuk bahagia.” Jawab Kenzo sok bijak. Dengan cepat Jasmine menoleh ke arah Kenzo sambil mengerutkan keningnya.   Kak Kenzo setuju?? Ya Tuhan…!   “Jas…?” tanya Anggoro mengagetkan Jasmine. Jasmine pun segera menoleh ke ayahnya. Setelah putranya setuju, Ia pun ingin segera mendengar pendapat dari putrinya.   “Mmm… Papah tanya Jasmine?”   “Iyalah sayang… kamu kan anak Papah. Kalo Papah menikah sama tante Amanda kan nanti tante Amanda akan jadi Mamah kamu.”   Buat Jasmine, dengan bahasa seperti itu, ayahnya bukan meminta persetujuannya, tapi hanya memberitahunya kalau Ia akan menikah. Kalaupun Jasmine tidak setuju, apa ayahnya benar-benar tidak akan menikah dengan wanita itu? Sekali lagi Jasmine menatap Amanda dengan pandangan menyelidik. Walaupun terlihat muda dan seksi, tapi sepertinya wanita itu adalah wanita baik-baik. Ia tahu betul perempuan zaman sekarang banyak yang hanya mencari om-om berduit untuk memenuhi gaya hidupnya yang mewah.   Jasmine menoleh ke arah Kenzo. Kakaknya sudah setuju, dan sepertinya Ia tidak cukup berani untuk menolak, apalagi menentang karena selama ini Anggoro selalu memenuhi semua keinginannya.   Jasmine hanya mengangguk, tanpa sepatah kata pun terucap dari mulutnya.   Awas aja kalau bikin Papah berubah. Gue habisin lo!, batin Jasmine.   “Makasih ya Ken, Jas… kalian udah mengizinkan Papah kalian menikah sama Tante. Mungkin kita memang belum saling mengenal, tapi seiring berjalannya waktu kita bisa lebih saling mengenal satu sama lain. Kalian ngga perlu khawatir, Tante ngga akan menggantikan posisi mamah kalian kok. Mamah kalian tetap mba Liliana. Tapi Tante akan berusaha memberikan yang terbaik untuk Papah kalian dan menjadi sosok yang kalian butuhkan.” Ucap Amanda.   Wow, pintar sekali wanita ini bicara. Pantesan aja Papah kepincut. Jasmine sudah terlihat bad mood. Ia ingin segera mengakhiri pembahasan ini dan segera kembali ke kamarnya. Sepertinya kehidupan di rumah ini akan berubah seratus delapan puluh derajat kalo wanita itu benar-benar menikah dengan ayahnya dan tinggal di rumah ini.   “Iya Tan, sama-sama. Kita juga makasih tante mau menerima kita. Yang penting jangan sakiti hati Papah ya Tan…” pinta Kenzo.   ***   “Jalan yuk! Bete gue. Bokap gue mau kawin lagi!” Gerutu Jasmine kepada Salsa, temannya, di sambungan telepon.   Bukannya menanggapi perkataan Jasmine, aduan Jasmine justru membuat Salsa terbahak.   “Napa lo? Seneng lo gue susah?” tanya Jasmine ketus.   “Lo sensi banget sih… susah apanya, ya harusnya lo seneng dong mau punya mamah baru.” Sahut Salsa.   “Gila lo, calon nyokap gue masih muda bgt. Itu sih bukan kaya nyokap gue, tapi kakak gue! Lo inget kan cerita Nabila yang bokapnya kawin lagi? Tau kan kehidupanya sekarang?” cerocos Jasmine meluapkan kegundahan hatinya. Nabila adalah salah satu teman sekolah mereka. Kedua orangtuanya bercerai sekitar satu tahun lalu dan Nabila saat ini tinggal bersama ayahnya. Setelah ayahnya menikah lagi kehidupannya berubah. Sang ayah saat ini lebih mementingkan keluarga barunya dan sering meninggalkan Nabila di rumah hanya dengan bi siti, asisten rumah tangga mereka. Apalagi kalau mereka menginap di rumah mertua ayahnya, mereka bisa menginap berhari-hari. Hingga beberapa bulan yang lalu akhirnya Nabila memilih tinggal bersama ibunya dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.   “Ya jangan pukul rata gitu dong. Gue yakin kok bokap lo ngga kaya gitu. Dia kan sayang banget sama lo. Apalagi kakak lo yang ganteng itu… eh kak Kenzo lagi ngapain? Duuuhh… body-nya itu lhooo bikin ngga tahan…” ucap Salsa dengan genitnya. Salsa adalah salah satu teman baik Jasmine yang paling centil. Ia begitu tergila-gila dengan Kenzo. Selain memiliki wajah ganteng, badan Kenzo yang tinggi, putih dan agak six-pack membuat Salsa selalu betah berlama-lama di rumah Jasmine.   “Heh! Malah ngomongin kakak gue! Gue juga ogah kali punya kakak ipar kayo lo! Udah deh, yok cabut. Lo di mana? Gue jemput nih sekarang.”   “Satu jam lagi ya… gue lagi anter nyokap ke supermarket. Eh-eh, gue aja deh yang jemput lo. Sekalian gue mau mastiin pacar gue baik-baik aja…”   “Eh enak aja lo!”   Tut! Tut! Tut! Tut!   Secepat kilat Salsa langsung memutus sambungan telepon mereka sebelum Jasmine menyemprotnya panjang lebar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD