Angin dingin beraroma kasturi menguar menyengat memenuhi ruangan. Aroma menyengat kasturi semakin tajam menusuk rongga hidung pasutri ini hingga menyesakkan d**a keduanya.Tiba-tiba asap putih terhampar menutupi pandangan Gito maupun Dinda. “Audzubillah Himinas Syaiton Nurokim. La Haula Wala Quwwata Illa Billah.” Suara Gito bergema seantero ruangan hingga mampu membuat asap yang mengepul lalu menipis pelan-pelan. Tak lama kemudian, terdengar suara dentuman sangat keras layaknya dinding ambrol dan membuat lubang di lantai. Namun, saat pandangan pasutri tersebut semakin jelas, tak tampak kerusakan apa pun dalam ruangan. “Suara apaan tadi?” Gito gegas melangkah ke dua kamar tidur yang bersebelahan lalu menuju dapur, tak ada apa pun. Pria berambut cepak ini pergi ke ruang tamu melihat kelu

