SG - 01

2000 Words
"Bi?" Panggilan khusus hanya untuknya itu terdengar di telinga, tapi ia tak ingin menghiraukannya. "Bi," "Bi," "Bismillah..." "Hirahmanirahim..." "Hallo, Bi? Bintang kecil, dilangit yang biru..." "Amat banyak, 'nggak' menghias angkasa..." "Aku ingin, terbang dan tauran... Jauh tinggi ditempat tukang cupang..." Suara nyanyian menjengkelkan tetapi selalu ia rindukan itu akhirnya benar-benar mengganggu konsentrasinya pada sederet kalimat diksi yang sedang ia baca. Membuatnya hilang fokus berkali-kali. Ditambah lirik yang salah membuat suara tak merdu itu terdengar begitu memusingkan. "Bi, Abi, Abighea, Ghea, G, H, I, J. J ganteng! Uwoooo!!" Abighea Citra, sapa saja G, demikian---langsung menutup novel yang sedang ia baca lalu menatap tajam pada orang yang mengganggunya. "Berisik!" bentaknya. "Nah, gini dong nyaut." "Jason Argadhika," "Ya, Sayang?" balas orang itu, i***t. Dia adalah Jason yang tak lain adalah cowok bad boy menjengkelkan tetapi cute yang Ghea pacari kurang lebih dua tahun belakangan ini. "Gue lagi baca, jangan ganggu! Dan," ucapan gadis itu menggantung ketika ia melihat jelas wajah tampan Jason---yang di atas rata-rata itu babak belur. "Tauran lagi?" sindir Ghea malas. Jason terkekeh. "Hari ini baru dua kali, kok," "Serah lu, Bangsat." "Ya ampun, lagi lebam-lebam gini bukannya di unyu-unyuin malah di kasarin," jawab Jason sambil mengelus d**a. "Gue males liat muka bonyok lo. Balik aja sono, sono-sono!" Jason langsung mencubit kedua pipi Ghea sehingga gadis itu merengek. "Stop, J! Ih!!" "Gemesin, kamu kalau lagi care gemesin banget! Pengen nabok rasanya! Gemes!!!" Plak! Dengan kuat Ghea menampar pipi Jason yang lebam sehingga cowok itu langsung terdiam sambil memandang Ghea dengan sorot lebay. "Sakit, Yang. Masha Allah, Yang." "Suruh siapa nyebelin!" Ghea menarik tangan Jason menuju kamar dan ia suruh cowok itu duduk di tempat tidur. "Gue ambil kotak P3K dulu. Diem disini!" "Iya, Yang. Buruan ya, love you, Yang." "Dih najis, geli!" Jason terkekeh ketika Ghea mencak-mencak tidak jelas menuju kamar mandi untuk mengambil peralatan perangnya. "Lo udah mau masuk kuliah, minggu depan Ospek, tapi masih aja seneng tauran! Lo sengaja pengen wajah lo lebam-lebam nanti?" omel Ghea, kesal. Jason hanya menjawab, "Tauran adalah hak segala Bangsa, Bi. Jangan larang-larang kami para cowok sejati ini. Yang penting gue nggak selingkuh, 'kan?" Ghea sudah duduk disebelah Jason dan dengan hati sedikit masih dongkol ia mencoba merawat luka-luka diwajah sang pacar bandelnya. "Jangan deh kalau nggak ikhlas," cegah Jason ketika ia melihat Ghea yang melakukan pekerjaannya dengan setengah hati. "Diem!" "Jangan, nggak usah." "..." Jason menghentikan tangan Ghea, "Udah, kalau nggak ikhlas jangan diterusin. Gue nggak mau lo melakulan sesuatu buat gue tapi terpaksa." "Gue nggak terpaksa," Ghea mendesah, menatap Jason dengan kesal. "Lo kali yang terpaksa datang kesini." "Kok jadi lo yang kesel?" "Yaudah, makanya diem aja!" Ghea kembali membersihkan luka-luka Jason, tak peduli ketika cowok itu menyuruhnya berhenti. "Lo sayang gue nggak, Bi?" tanya Jason dengan panggilan sayang darinya khusus untuk Ghea. Bi. "Bacot ya, J. Dua tahun gue bareng-bareng sama lo, apa lo masih harus nanyain sesuatu yang receh kaya gini?" Jason tersenyum kecil, "Maaf ya, gue lebih sayang lo. Jangan tinggalin gue cuma karena gue seneng tauran, ya. Kalau lo pergi, gue pulang kemana?" Saat mendengar itu Ghea tahu, harusnya ia menjawab pertanyaan Jason dengan benar. Gue sayang lo, J. Tapi nggak perlu publikasi secara berlebihan. *** Kelima cowok dengan tampang malas-malasan itu mencoba membaca sebuah cacatan segala t***k bengek yang harus mereka bawa untuk Ospek minggu depan. Aris, Remond, Zaky, dan Denis, sebagai sahabat Jason, pastilah mempunyai sifat yang sama yaitu: terlalu bodo amat pada apapun. Mereka malah ngopi di Starbucks, leha-leha, disaat mahasiswa baru lain seperti mereka tengah pusing memikirkan Ospek. "Males amat, elah," kata Jason sambil menjauhkan kertas miliknya. "Lo aja deh, Ris, yang beli nih barang-barang. Gue nyumbang duit aja." Aris langsung mendengus tak terima, "Ih, nggak mau! Beli sendiri-sendiri!" "Biasa aja dong, Ris, Mukanya jangan dijelek-jelekin gitu," goda Remond. "Emang udah jelek 'kan, ya, Ris?" Jason terkekeh. "b*****t, J, b*****t!" dumel Aris. "Lo operasi plastik aja, Ris. Biar muka lo kinclong putih. Tapi operasinya pake plastik Indomart. Kan warnanya putih tuh, terus entar dimuka lo ada tulisan: selamat datang di Indomart. Biar Mbak-nya nggak usah nyapa lagi kalau lo mau belanja pembalut!" Denis terbahak, membuat Aris lagi-lagi mendengus. Aris memang selalu jadi bahan hinaan sahabat-sahabatnya, tapi percayalah bahwa Aris punya wajah yang tampan. "Entar Mbak-mbaknya bingung, b**o," sindir Aris, sok kalem. "Bingung-bingung amat, 'kan lagi nggak ngerjain soal Matematika." "Wah, Ris, lu apain Mbak-nya ampe dia bingung?" "Lo keluar di dalem ya, Ris? Pantesan Mbak-nya bingung." "Bingung Ayah dari bayinya siapa." "Eh, udah! Jadi ngelantur," Zaky menengahi, karena diantara mereka sifatnya yang agak benar memang hanya dirinya. Akhirnya mereka kembali menatap kertas masing-masing lalu sepakat untuk berpencar agar barang yang mereka cari cepat terkumpul. Kebetulan Jason kebagian mencari sebuah barang berteka-teki: Aku suci, putih bersih sebelum kamu mendaratkan dosa berupa setetes cairan hitam. Jason mungkin badung dan senang tauran, tapi ia tidak bodoh. Ia tahu barang apa yang ia cari, yaitu kue bakpia. Ya kagak lah, b**o. Jawabannya: buku tulis! Lalu ia melangkah menuju toko buku, untuk membeli apa yang ia butuhkan. Kalau tidak ada CCTV, mungkin Jason akan maling saja biar irit. Kan lumayan uangnya buat beli ikan cupang agar koleksinya bertambah. Bercanda... Jason sudah mulai memasuki area toko buku. Ia merasa ingin muntah mencium aroma buku-buku baru disekelilingnya. Jason heran mengapa pacarnya selalu senang jika berlama-lama di tempat ini. Jason saja hampir mau pingsan. "...Hai, permisi, bisa tolong ambilin buku disebelah kamu?..." "...Oh, oke..." "...Thanks. Kamu sering kesini, ya? Aku perhatiin udah hapal rak-raknya..." "...Lumayan,..." Jason hapal suara itu. Suara Ghea, tapi ia tak tahu pacarnya itu berbicara dengan siapa. Jason mulai menyusuri setiap rak, mencari keberadaan gadisnya. Ketika ia melihat seorang cowok asing menyodorkan ponsel pada Ghea, dengan cepat Jason mengambilnya. "Bro, gue masih mampu beliin dia HP," kata Jason pada cowok asing dihadapannya. Cowok itu menjawab, "Oh, bukan. Gue cuma mau minta kontak dia, Bro." "Kontak dia? Lo tahu nggak kalau dia udah punya cowok? Dan cowoknya itu berdiri dihadapan lo?" "Santai," jawab cowok itu. "Minta kontak bukan berarti mau ngerebut." "Gue nggak bilang lo mau ngerebut. Cuma, langsung minta kontak cewek yang baru ketemu sekali sebelum kenal itu payah, Man. Nggak usah sok ganteng, yang ada lo keliatan murahan," kata Jason, nadanya santai tetapi mengejek. "Gue yakin lo juga punya cewek 'kan? Masih aja ganjen." Cowok itu mengulurkan tangan kanannya pada Jason. "Kalau gitu, sini HP gue. Gue lagi nggak mau ribut." "Segitu doang usaha lo?" Jason menatap remeh cowok dihadapannya. "Payah, sunat ulang sana!" Jason memberikan ponsel yang tadi ia genggam pada si cowok asing, lalu menarik tangan Ghea keluar dari toko buku. "Ayo pulang!" titah Jason. Ghea mencoba melepaskan tangannya dari Jason. "Ih, gue belum dapet buku yang gue cari, J." "Cari ditoko lain." "Cuma ada ditoko itu aja, J!" "Nanti gue beli toko bukunya." "J!" "Diem." "Jason!" Jason menghentikan langkahnya, membuat Ghea menabrak punggung kekarnya. "J, lo alay banget sih. Tuh cowok cuma minta kontak gue, lagian gue nggak bakal ngasih. Emangnya gue cewek apaan," kata Ghea. "Lo nggak liat tuh cowok punya niat jahat? Dari tatapannya aja gue tahu cowok-cowok kaya gitu. Gue ngelindungin lo, bukan alay." Ghea mendesah, "Lagipula, ngapain lo disini?" "Nggak suka? Lo nggak suka gue lindungin?" "Bukan, lo kenapa sih?" Jason tak menjawab, ia malah mengeratkan cekalannya pada tangan Ghea lalu gadis itu mengerti. Ghea mengerti apa yang terjadi pada Jason-nya. "Kamu cemburu, hmmm?" Ghea mengembungkan pipinya, menahan tawa. "Nggak lucu," kata Jason, cepat. "J, dua tahun, dan lo masih cemburu sama hal-hal sepele kaya gini?" "Bukan seberapa lamanya gue sama lo, tapi seberapa sering-nya gue takut kehilangan lo, Ghea." Ghea menghentikan tawanya, wajahnya berubah serius. "Oke, sori." "Nggak. Gue yang minta maaf. Sakit nggak tangannya tadi gue tarik? Maaf, Bi." Ketika Jason memasang wajah khawatirnya sambil mengecek keadaan tangannya, Ghea tersenyum. Ia mengusap poni Jason dengan pelan. "Nggak papa, nggak sakit. Yuk, pulang." Jason mengangguk, mengeratkan genggamannya. "Ayo pulang, Bi." *** "Oke, kaula muda! Ketemu lagi sama gue, Abighea Citra disaluran radio kesayangan kalian. Muda-mudi FM. Kali ini Ghea bakal bahas tentang kegiatan Ospek, nih. Kebetulan Ghea juga tahun ini masuk kampus. Hmm... Deg-degan, nih. Oh iya, yang mau share tentang pengalaman Ospek-nya, bisa mention di akun official Twitter kita ya: @Muda_mudi_FM . Sambil Ghea nunggu share-an dari kalian, Ghea bakal puter lagu romantis dari Martin Garrix ft. Troye Sivan: There for you. Enjoy!" Suara lagu mulai terdengar, dan Ghea juga mulai mengecek pesan-pesan yang sudah masuk di akun Twitter radio tempatnya bekerja. Setelah lulus SMA, Ghea memang diajak menjadi penyiar radio oleh Olin, temannya sewaktu high school. Dan sekarang Ghea mulai menyukai pekerjaan part time nya selagi menunggu menjadi Mahasiswi jurusan Akutansi dan Bisnis. Ghea cukup tertutup di dunia nyata, tapi jika sudah masuk ruang penyiaran dan berbincang dengan pendengar setianya, ia jadi bawel sekali. Tapi setelah Ghea keluar dari ruang penyiaran, dirinya kembali menjadi Ghea yang jutek dan tak banyak bicara. Tak terasa satu setengah jam sudah Ghea menemani para pendengar setianya, sekarang waktunya Ghea pulang. Ia tak perlu repot-repok naik taksi atau kendaraan umum lainnya, karena Jason pasti sudah berada di depan pintu untuk menjemputnya. "Sore, Bi. Gimana hari ini? Seru?" sapa Jason sambil memberikan helm pada Ghea. Ghea mengangguk. "Lumayan. Kalau lo gimana? Banyak yang foto hari ini?" "Iya, lumayan juga." Jika Ghea menjadi penyiar radio sambil menunggu masuk kuliah, sedangkan Jason kembali pada hobinya dulu, yaitu memotret. Jason menyulap gudang pribadi miliknya---dan Ghea, menjadi studio foto keren untuk anak-anak remaja. Jason juga tetap melelang cupang disela-sela memotret. Tidak ada yang berubah, masih gila seperti SMA. "Hari ini udah ngemut es batu?" tanya Ghea, ketika dirinya sudah duduk manis dijok motor Jason. Jason menggeleng, menghidupkan mesinnya. "Mau?" "Mau," jawab Jason. "Dirumah ada. Nanti mampir aja." "Oke, Yang." Hanya perlu waktu 15 menit mereka sampai dirumah Ghea. Jason langsung ikut turun karena dirinya ingin me-ngemut es batu, hobi uniknya dari kecil. "Bi, kok rumah sepi banget? Bang Dammi mana? Rianna?" tanya Jason bingung karena biasanya sore-sore seperti ini keluarga pacarnya kumpul-kumpul. Dan biasanya juga Jason selalu tanding PS dengan kakak dan adiknya Ghea: Keanu Dammian vs Arianna  Vierista yang mengaku mirip dengan Arianna Grande yang asli. Atau sekedar melakukan hal sedikit berguna demi mendapatkan hati ayah Ghea. Sudah dua tahun dan calon mertuanya itu belum juga memberi restu. "Iya. Mama sama Papa lagi nginep dirumah Oma. Kalau adek sama abang gue nggak tahu," kata Ghea. "Gue nanti ke kamar lo, ya?" "Iya." Ghea sedang meminum jus mangga, dan ia bingung ketika Jason tersenyum tidak jelas. "Kenapa lo, i***t?" "Nggak papa." Jason tambah tersenyum. Ketika Ghea sudah selesai minum jus, Jason langsung membawa gadis itu menuju lantai dua. Letak dimana kamar Ghea berada. "Eh, eh, ngapa pintunya dikunci?" Ghea panik, apalagi sekarang Jason menutup serta gorden jendelanya membuat keadaan kamarnya sangat gelap. Ghea langsung saja menghidupkan lampu. "Bi, naik ke tempat tidur," kata Jason. Ghea langsung melotot. "Ih, lo mau c***l ya?!" "Ayo lah, Bi. Buruan." Jason menarik tubuh Ghea agar naik ke tempat tidur lalu ia mematikan lampu dan Ghea tambah panik. Jason menarik selimut sehingga menutupi tubuhnya dan tubuh Ghea. Mereka berada di dalam selimut yang sama, dan Ghea tak suka senyum smirk Jason. "J! Ih, mau apa?!" Ghea berteriak, mencoba keluar dari selimut tapi tangannya langsung ditahan Jason. "Sssh," Jason memeluknya, menunjukan sesuatu lalu berkata dengan nada riang, "Liat deh, Bi! Jam tangan baru gue bisa nyala kalau di keadaan gelap. Bentuk jam-nya ikan, favorit gue. Ayey!" Wait, Wait, Oh yeah, Wat de fak?! Ghea langsung keluar dari selimut lalu memukul-mukul kepala Jason menggunakan bantal dengan sangat brutal. "JASON! i***t! t***l! b**o! MATI AJA LO SETAAAAAAN!!!! GUE BENCI SAMA LO!!!!" "He he he. Sayang kamu juga," "Ihh!!" "Diem, Bi, diem." Jason turun dari tempat tidur lalu berlari menuju pojok kamar Ghea. "Berpikir mau ena-ena, ya? Nggak boleh, Bi. Masih kecil!" "IDIOOOOT!!" "Jangan marah, Bi. Gue juga beliin jam baru buat lo. Bisa nyala juga. Gambarnya t*i. Eh, kok gue malah beli yang ini, eh?" Gadis itu kesal, akhirnya ia mengejar Jason dengan gunting ditangannya yang akan ia gunakan sebagai s*****a mencongkel otak i***t Jason. "ABIGHEA! ASTAGA! ABIGHEA!!!! JANGAN LUKAI AKU ABIGHEA! KU CINTA KAMU ABIGHEA!!!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD