Prolog

311 Words
Aku terbangun dan merasakan rasa hangat yang menjalariku. Menggerakan sedikit badanku, aku merasakan suatu rasa yang aneh tepat di antara kedua pahaku. Seketika, rasa kantuk menguap dari sistem tubuhku. Mencoba menajamkan telinga, aku bisa mendengar suara embusan napas di belakangku. Ya Tuhan! Tolong katakan bahwa aku sedang bermimpi! Ini tidak nyata, kan? Dengan takut-takut, aku berbalik dari posisi tidurku yang memang selalu menyamping menghadap ke kanan. Membuatku otomatis harus memutar haluan untuk mengobati rasa penasaranku yang kian melanda. Dan di sanalah dia. Pria yang sudah terjaga dan menatapku dalam. Netra biru kehijauannya yang samar-samar kuingat berpendar di bawah temaram lampu tidur menatapku dengan lembut. Tangannya yang berotot dan liat melingkari pinggang telanjangku. Seolah memelukku dengan posesif dan menunjukkan kepemilikan. What? Memangnya siapa aku baginya? "Aku tidak tahu bahwa kamu masih perawan. Dilihat dari keliaran dan usiamu, aku benar-benar terkejut menemukan bahwa aku adalah pria pertamamu," ucapnya pelan dengan sebelah tangan yang mengusap pipiku dengan lembut. Seolah aku adalah guci terbaik yang sangat rapuh dan bisa dengan mudah pecah karena sedikit goncangan. "Aku akan bertanggung jawab, Alisa. Aku akan menikahimu karena kurasa, aku ketagihan bercinta denganmu," ujarnya lagi dengan seringaian pongah di bibirnya. Holy crap! Dia bahkan belum lulus kuliah dan dengan percaya dirinya mengatakan akan menikahiku. Lagi pula, ya Tuhan! Apa yang akan kukatakan kepada keluargaku, apalagi Kilua. Bahwa aku, saudara dari iparnya yang memutuskan datang tanpa rencana karena merana akibat putus cinta malah menikahi teman kuliahnya. Apa aku sudah gila? Dan lagi, ya ampun... Bagaimana aku bisa seceroboh ini dan melepaskan keperawananku untuk bocah ingusan seperti... seperti... seperti... Aku berusaha memutar ingatanku. Mengernyit karena berusaha untuk mengingat sosok di depanku dan menatap wajah yang kuakui tampan di depanku. Iris biru kehijauannya tampak berbinar seperti seorang anak yang tengah mendapatkan mainan baru. Ya Tuhan... Aku pasti bisa dianggap sebagai seorang p*****l. Tetapi sebelum itu.... "Maaf, tetapi siapa namamu?" tanyaku sungguh-sungguh.   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD