Part 01

1055 Words
        Enam tahun berlalu …             Jello menatap foto pernikahannya dengan Bella dengan tatapan sendunya. Sudah enam tahun dirinya berusaha mencari Bella. Tapi, dirinya tidak menemukan juga mantan istri—sekaligus wanita yang sangat dicintainya di manapun.             Orangtuanya sudah mengatakan di negara mana mereka menyembunyikan Bella. Setelah setahun kepergian Bella. Dan Jello masuk ke rumah sakit, karena kesehatannya. Saat Jello sembuh, orangtuanya langsung memberitahu di mana Bella.             Tapi, saat Jello ke alamat yang diberitahu oleh orangtuanya. Bella tidak ada. Bella sudah pergi dan tidak berhasil Jello temukan sampai sekarang. Jello bagaikan seorang pria yang tidak bisa menata hidupnya dengan baik. Wanita yang dicintai olehnya pergi dan tidak tahu ke mana.             “Kau masih di sini? Kau harus ke kantor sekarang.”             Jello menatap pada sahabatnya—Gavin yang selalu menemani dirinya selama ini. Dan tidak pernah meninggalkan dirinya. Namun, Gavin tetaplah Gavin. Tidak membantu Jello mencari keberadaan Bella. Lelaki itu menempati janjinya dan melihat penyesalan Jello yang amat dalam.             “Aku tidak ingin ke kantor,”  ucap Jello lirih dan kembali menangis. Menatap wajah cantik Bella dalam bingkai foto yang berada di tangannya.             Gavin mendesah kasar, melangkah mendekati Jello dan duduk di samping Jello. Gavin tahu, kalau Jello sangat mencintai Bella dan akan terus mencari Bella.             Tapi, Jello tidak bisa menjalani kehidupannya seperti ini. Melupakan kewajibannya dan seharian akan menatap foto Bella, dan menelepon orang suruhannya. Apakah mereka sudah menemukan Bella atau belum. Gavin sangat kasihan melihat Jello seperti ini.             Tidak ada Jello yang mengencani banyak wanita lagi.             Tidak ada Jello yang sombong lagi.             Tidak ada Jello yang akan mengatakan tidak menikah lagi.             Kini Jello hanya terfokus mencari Bella dan ingin kembali bersama Bella kembali. Memperbaiki kesalahannya dan tidak akan pernah mengulang kesalahannya lagi. Jello akan memperlakuan Bella sebaik mungkin dan tentunya penuh dengan rasa cinta.             “Kau harus ke kantor. Kau harus menemui Mr. Mikail, yang menerima kerja sama dengan kita,” ucap Gavin mengingat Jello untuk menemui salah satu patner bisnis mereka, yang akan membawa pengaruh besar pada perusahaan keluarga Cullens.             Jello menatap kosong pada Gavin dan menggeleng. Hari ini, dirinya ingin mencari Bella. Tidak berniat untuk ke kantor. Jello akan terus mencari wanitanya. Kalau Jello pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya, maka Jello dengan senang hati menyusul Bella.             “Aku tidak mau menemuinya. Kau saja yang menemuinya, dan membicarakan kerja sama dengan Mr. Mikail,” ucap Jello dan kembali memandangi foto Bella.             Gavin mendesah kasar, dengan cepat dirinya mengambil bingkai foto pernikahan Jello dan Bella enam tahun yang lalu. Dan menyimpannya di sampingnya. Gavin tidak akan membiarkan Jello terus terpuruk dengan menatap foto Bella seperti orang gila.             Kadang Jello akan tertawa dan menangis. Jello persis seperti orang gila. Semenjak kepergian Bella, Jello kehilangan arah dan tujuan. Jello hanya terus mengatakan mencari Bella. Mencari Bella. Dan mencari Bella.             Orangtua Jello sudah berusaha untuk mencari Bella, setelah mengetahui Bella tidak ada di Paris. Namun, mereka tidak bisa menemukan Bella di manapun.             “Kau harus menemuinya. Kau ingin kembali pada Bella, tapi, kau seperti ini sekarang. Kau harus bangkit. Ini sudah enam tahun. Bukan satu atau dua tahun. Enam tahun b*****t!” ucap Gavin geram.             Jello menatap Gavin dengan tatapan nanarnya. Kata bangkit. Jello tidak akan pernah bangkit, kalau Bella belum ia temukan. Bella bagaikan hilang ditelan bumi dan tidak tahu di mana. Padahal Jello sudah menyewa detektif handal untuk mencari keberadaan Bella.             Tapi, mereka tidak bisa menemukan Bella. Percuma Jello membayar mereka dengan mahal, kalau mencari satu orang wanita saja mereka tidak bisa menemukannya sampai sekarang.             “Aku tidak tahu caranya bangkit. Aku akan bangkit, kalau Bella aku temukan dan aku bisa melihat wajah cantiknya lagi,” ucap Jello menghapus air matanya kasar.             “Kau tidak harus bertemu dengannya baru kau bangkit. Kau harus bekerja. Bukan aku yang memiliki perusahaan, tapi, kau!” Gavin menunjuk d**a Jello dan menekannya kasar.             Jello mendesah panjang dan mengangguk. Jello berdiri dari tempat duduknya, dan menatap pada Gavin dengan tatapan datarnya. Gavin akan terus memaksa dirinya datang ke kantor dan menghadiri pertemuan dengan Mr. Mikail.             “Kau masih mau duduk? Kau menyuruhku untuk datang ke kantor, tapi, kau malah malas-malasan dan menatapku dengan tatapan jijikmu itu,” ucap Jello sinis.             Membuat Gavin tertawa pelan dan berdiri dari tempat duduknya. Gavin mengikuti langkah Jello dari belakang. Menatap punggung tegap sahabatnya itu dengan rasa kasihan. Jello merasakan sebuah penyesalan yang amat dalam, dan membuat Jello akan terlihat seperti orang kurang waras.             Namun, masih sangat tampan dan membuat banyak  wanita mencoba mencuri hati Jello, namun, Jello dengan tatapan dinginnya menolak setiap wanita yang ingin mengajak dirinya berkencan dan akan mengusirnya. Jello sudah berjanji akan tetap setia dan terus mencari keberadaan Bella. Hanya Bella di hati Jello.             “Kau harus kerja sama dengan Mr. Mikail. Aku ingin kau mengurus semua kerja sama dengan Mr. Mikail.” Gavin menatap Jello dengan tatapan penuh artinya.             Jello mendengkus mendengar ucapan Gavin. Bilang saja Gavin ingin malas-malasan dan tidak mau membantunya lagi. Padahal Jello harus mencari keberadaan Bella, bukan untuk bertemu dengan Mr. Mikail terus menerus.             “Bilang saja kau malas, dan tidak mau membantuku lagi,” ucap Jello sinis.             Gavin berdecak mendengar ucapan Jello. Niat Gavin sangat baik. Gavin ingin Jello bekerja sama dengan Mr. Mikail. Seharusnya Jello berterima kasih padanya nanti. Bukan malah menuduh dirinya sembarangan.             “Kau jangan asal menuduh. Aku tidak malas bekerja, aku hanya ingin kau mengurus semua kerja sama dengan Mr. Mikail. Bukan menyuruhmu untuk full time di kantor. Kau masih bisa mencari keberadaan Bella,” ucap Gavin kesal.             “Hari ini aku ingin mencarinya lagi. Tapi, kau malah menggangguku dan memintaku untuk datang ke kantor. Aku masih professional, aku memantau semua pekerjaanku dan perusahaanku semakin maju dan tidak bangkrut.”             Gavin mengelus dadanya. Walaupun Jello kurang waras akibat kehilangan Bella. Tapi, mulut Jello masih tetap tajam dan membuat Gavin harus sabar menghadapi Jello. Apalagi ditambah dengan Jello yang malas datang ke kantor dan selalu mengatakan mencari Bella.             “Terserah kau saja. Yang penting kau mengurus kerja sama dengan Mr. Mikail dan menemuinya,” ucap Gavin memilih untuk mengalah.             Yang penting Jello mau bekerja dengan Mikail Tefaron. Gavin tidak perlu memaksa Jello berlebihan lagi, untuk mengurus semuanya dan sampai pertemuan dengan Mikail Tefaron. Gavin berharap keputusannya ini sangat benar.             *olc*             Keputusan apa kang Gavin? Author jadi penasaran. Hahaha.             Jangan lupa buat komentar ya, guys. Dan aku juga mau saranin kalian, sambil nunggu cerita Second Chance, up. Kalian bisa ke lapak. RISKANDRIA06. YIYIN ANDRIANA. Baca cerita mereka. Mudahan kalian suka sama cerita mereka.             *olc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD