Post It

1714 Words
Nalen menidurkan kepalanya di atas meja, sedikit tidak ada gairah untuk mengikuti materi hari ini. Reon yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama pelajaran biologi tersebut akhirnya melirik ke arah sahabatnya itu sekilas. “Kenapa dah? Kaya orang putus cinta aja lo?” Bisik Reon dengan kedua kelopak mata yang sudah kembali ke arah depan. Nalen melihat Reon dengan ujung matanya malas, “Iya, gak mood banget,” Reon menghela nafas, “Kenapa? Jeje ngajak putus?” Tanya Reon lagi. Dengan rasa malas Nalen mengangguk, membuat Reon akhirnya mengerti dengan sikap Nalen yang berubah secara mendadak seperti ini. “Kenapa tiba-tiba? Bukannya kemarin masih jalan bareng lo berdua?” Nalen merubah posisinya, mengangkat kepala dan melihat ke arah Pak Sigit yang sedang menulis beberapa materi di papan tulis, “Gak tahu, gak jelas. Tiba-tiba ngajak putus alasan mau ngejar IPK. Bullshit banget!” Mendengar itu Reon menahan tawanya, lantas tangan kanannya itu menepuk punggung Nalen pelan. “Gak usah worry gitu dong, lo kan gampang banget buat dapetin cewek,” Kata Reon dengan pandangan yang teralih dari Nalen. “Yang sefrekuensi susah pak!” Jawab Nalen gemas. Ya iya lah! Sebagaimana Nalen menjadi primadona di sekilah bahkan sampai di beberapa sekolah lain. Mencari pasangan yang setipe atau sefrekuensi itu tidak gampang. Bahkan, laki-laki tersebut sempat melakukan kencan buta atas saran Kevin saat ia putus dengan Jehe untuk yang pertama kalinya. Alhasil gatot! Alias gagal total karena ceweknya bilin ilfeel parah, sebagaimana tuh cewek cakep banget aslinya. Ngomong-ngomong tentang hubungan Nalen dan Jeje, sebenarnya mereka berdua sudah saling menjalani hubungan lumayan lama. Ya mungkin sekitar kurang lebih satu setengah tahun lah, dan mereka sempat putus kala itu. Hanya karena sikap Nalen yang posesif kepada Jeje. Dan tidak lama sekitar satu bulan mereka putus, akhirnya Nalen dan Jeje balikan lagi. Ya siapa lagi kalau bukan Nalen yang maksa? Nalen tuh emang tipikal cowok genit ke semua cewek, bahkan bisa di bilang raja gombal di sekolahnya. Tapi doi kalau udah bucin sama cewek, udah bakal susah ngelepasin tuh anak sebagaimana ceweknya udah gedeg banget sama Nalen. Dan juga Jeje bukan satu sekolah dengan Nalen kok, ya dulu sih sebenarnya satu sekolah. Karena Jeje adalah kakak kelas Nalen pada waktu itu, sekarang cewek tersebut ya jelas udah kuliah di kampus ternama di kota Surabaya. Dengan jurusan fakultas kedokteran. Udah cakep, pinter, anak famous, model juga. Gimana Nalen gak klepek-klepek sama Jeje? “Coba deh lo deketin Sisil anak 11 IPA 3, dia udah suka sama lo dari lama,” Ucap Reon asal. Nalen sedikit memicingkan kedua matanya, “Bukannya tuh anak yang sering lo stalkerin ya? Kenapa jadi nyuruh gue yang deketin dia anjir! Sinting!” Jawab Nalen heran. Ya gimana gak heran, jelas-jelas sudah hampir dua tahun lebih Reon selalu mencari tahu asal-usul gadis tersebut bahkan menjadi detektif andalan untuk Sisil, malah menyuruh Nalen untuk mendekati gadis itu. Lagian kan sudah pasti juga Reon suka sama tuh anak, Kenapa jadi tiba-tiba nyuruh dia deketin Sisil? Reon tidak menjawab, memilih bungkam sesaat sebari menulis materi di atas buku kosongnya. Kemudian menghela nafas pelan, “Ya coba aja, kali aja nyaman,” Katanya lagi. “HAH! Gue ke kamar mandi dulu deh,” Reon kembali berucap, dan ia bangkit dari duduknya. Langkahnya berjalan pergi dari dalam kelas, akan tetapi sebelumnya laki-laki itu meminta izin kepada Pak sigit untuk pergi ke kamar mandi. Sesudah langkahnya sudah keluar dari kelasnya, entah kenapa pikirannya menjadi berkecamuk secara tiba-tiba. Dan ia pun tidak tahu kenapa menyuruh Nalen untuk mendekati Sisil sebagaimana teman-temannya ketahui bahwa Reon cukup menyukai gadis tersebut. Sebenarnya ia bisa kok mendekati Sisil secara terang-terangan sejak dulu, bahkan memintanya Sisil untuk menjadi pacarnya juga bisa. Tapi terlalu banyak alasan untuk melakukan hal itu, salah satunya adalah perasaan Sisil. Yang jelas ia ketahui bahwa dirinya sangat amat menyukai Nalen di banding Reon. Dan Reon tidak bisa menyalahkan hal itu, perasaan tidak bisa di paksakan bukan? Apalagi daya tarik Nalen benar-benar sangat tinggi, tidak heran kalau banyak cewek yang menyukai laki-laki yang terkenal genit itu. Berniat untuk buang air kecil ke toilet, tidak tahu kenapa kedua langkah kakinya berhenti tepat di depan loker anak kelas 11, parahnya Reon berdiri di depan loker buku milik Sisil. Baiklah, kayanya memang sudah waktunya untuk berhenti menjadi pengagum rahasia Sisil, mari kita coba kita melakukan hal ini secara terang-terangan. Dengan post it berwarna hitam yang ia selalu kantongi ke mana-mana, tangannya merogoh post it tersebut dan menuliskan sesuatu di atas post it tersebut. Sesudah menulis hal manis itu, Reon langsung mengambil satu lembar dan menempelkannya di pintu loker milik Sisil. dan Senyum Reon mengembang tipis, sambil menatap ke arah post it miliknya. •••••••••••• Bel istirahat berbunyi, membuat langkah Reon yang berniat untuk masuk ke dalam kelas pun ia urungkan. Pikirnya, tahu bel beberapa ment tadi mau bunyi harusnya Reon lama-lamaiin gak sih? Alhasil ia merutuki dirinya sendiri akibat tidak memakai jam tangan miliknya. Setelah pak Sigit keluar dari kelasnya tanpa mengetahul Reon ya g sedang berdiri di sebelah pintu kelas, semua murid kelas dua belas IPA 1 pun akhirnya keluar satu persatu. Sampai pada akhirnya Nalen dan Kevin pun keluar. Reon hanya sedikit bersiul kepada mereka berdua untuk memanggil, dan benar dugaan laki-laki itu. Melihat Reon yang sudah menunggu mereka akhirnya langkah Kevin dan Nalen berbelok ke arahnya. “Tahu istirahat bentar lagi mending tadi gue ikut lo kali Re,“ Celetuk Nalen, yang di balas dengan kekehan kecil oleh Reon. Jika kalian ingin mengetahui tentang Kevin, yang juga di nobatkan sebagai primadona ke tiga di antara Reon dan Nalen. Laki-laki dengan tinggi sekitar 170 CM yang bisa di bilang setara dengan Reon itu cukup membuat semua siswi di sekolahan ini terpincut dengan ketampanannya. Sebagaimana ia adalah satu-satunya laki-laki bersikap dingin dan irit senyum, entah kenapa bisa membuat mereka klepek-klepek. Aneh? Memang! Tipe siswi sekolahan mereka emang rada-rada kalau kata Nalen. Dan kalau kalian penasaran siapa kandidat pertama primadona sekola ini ya Jelas Reon! Tentu dengan wajah bulenya, di sertai kedua bola mata berwarna biru tua itu cukup bikin semua orang terkesima dengannya. Belum lagi kalau udah main basket atau voli, beuh! Damagenya gak tahan. Tapi jelas sih, pesonannya dengan wajah paling tampan dan sikap softnya akan terkalahkan oleh Nalen, si kandidat kedua primadona sekolah. Karena laki-laki itu benar-benar luar biasa. Dengan sikap humblenya ke semua orang bahkan jago berolah raga, kapten basket, jago nyanyi sama gitar. Alhasil ya orang-orang ketar ketir lah liat Nalen. Nalen tuh definisi cowok sempurna sih katanya, ya walaupun terkenal playboy juga. Tapi diam-diam Nalen setia. Ketika langkah mereka bertiga telah memasuki perkarangan kantin sekolah yang sudah di sambut beberapa pasang mata yang tengah menatap kedatangan mereka, itu sudah seperti asupan sehari-hari Reon, Nalen, begitu juga Kevin dan jelas ketiga orang tersebut tidak risih dengan hal itu. “Lo batagor kan?” Tanya Kevin singkat yang sudah sangat hafal dengan pesanan sahabatnya itu jika istirahat. Nalen mengangguk, “Minumnya es teh tawar,“ Kevin mengangguk paham dengan ekpresi datar, lalu kedua matanya jatuh kepada Reon yang terlihat seperti mencari seseorang, “Re lo bihun goreng kan? Sama air putih?” Reon langsung menoleh ke arah Kevin, “Lagi gak mau bihun, samaiin aja sama Nalen,” Ucap Reon cepat, pandangannya kembali ia alihkan. “Gak pedes kan?” Tanya Kevin memastikan. “Iya,” Akhirnya Kevin melangkah pergi ke stan makanan yang ada di kantin, sejak dulu Kevin memang biasa memesankan makanan kedua gemannya itu. Tanpa ada unsur paksaan ya, itu semua pure keinginan laki-laki itu. Percayalah! Diem-diem Kevin tuh memang seperhatian itu ke mereka berdua, bahkan hal kecil di antara Nalen dan Reon pun tahu banget. Hampir sekitar lima menit Reon mencari seseorang sejak tadi, akhirnya ia menemukan seseorang yang ingin lihat. Dan Viola! Mereka beradu tatap membuat Sisil menatap Reon datar saat kedua mata mereka bertemu. Alhasil Reon mengangkat senyumnya, sehingga beberapa siswi yang ada di sekitar mereka bertiga sedikit memekik pelan. Membuat Reon agak meringis mendengar pekikan mereka. Kenapa harus selebay itu sih? Sedangkan Sisil yang menyadari senyuman Reon untuknya justru menunjukan respon yang menurutnya menggemaskan, dan itu cukup membuat Reon senang melihatnya. Sesimple itu. ••••••••••••••••• "Pulang hati – hati ya! =) Senyum terus oke! <3 " Sisil kembali mendapatkan post it yang kedua kalinya dan membaca kertas post it berwarna hitam yang ada di luar lokernya lagi. "Iseng banget ni orang, " gumam Sisil. Sambil menaruh buku paket Biologinya dan menaruh kertas post it itu bersama dengan yang tadi pagi. Sisil diam memikirkan sesuatu tentang orang yang menerornya, sekaligus menebak-nebak siapa yang tengah melakukan sIkap kekanak-kanakan begini. Sebenarnya sih gak masalah, cuman kan Sisil tuh gak suka kode-kodean, ya walaupun hobinya ngode orang. "Bales gak ya?” tanyanya lebih pada diri sendiri. Beberapa detik berpikir, akhirnya Sisil mengambil 1 kertas post it berwarna ungu di loker lalu mengambil pulpen di dalam tasnya. Makasih =) btw lo siapa? Sisil menaruh kembali pulpennya ke dalam tas, dan mencabut post it yang ia tulis barusan lalu ia tempelkan di depan lokernya. Sisil yakin orang itu akan ke lokernya lagi dan mungkin membaca dan mengambil balesannya. Sisil melihat ke arah arloji berwarna putih di lengannya. Jam sudah menunjukan pukul 14.15 WIB. dan sebentar lagi gerbang akan di tutup, dengan cepat Sisil mengunci pintu lokernya dan pergi dari situ dengan langkah yang lebar. Tanpa Sisil sadari. ternyata ada Reon yang sedari tadi memperhatikannya sambil tersenyum. Pria itu menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa Sisil benar-benar pergi. Saat situasi sudah aman. laki-laki itu berjalan ke arah loker milik Sisil dan mengambil post it ungu yang Sisil sengaja tempelkan untuk membalas pesannya. Reon lagi-lagi tersenyum lalu mengambil post it berwarna hitamnya. Gue? orang yang kagum sama lo dari awal lo masuk di sekolah ini. – RA Entah ke berapa kali hari ini Reon tersenyum sumringah hanya karena gadis yang telah ia kagum selama dua tahun terakhir ini. Sesudah Reon menulis balasannya, akhirnya ia menempelkan lagi post it barunya di depan loker milik Sisil. merasa sudah selesai dengan tugasnya, lantas laki-laki itu pun meninggalkan tempat itu dengan perasaan bahagia yang baru saja ia rasakan lagi setelah tiga tahun terakhir ia tidak pernah merasakan kebahagiaan tersebut sama sekali Dan Reon pun Kembali berharap kalau Sisil akan membalas pesannya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD