Berharga

1533 Words
“Re tunggu,” Panggil Kevin setelah langkah mereka berdua telah keluar dari rumah Nalen. Reon memberhentikan langkahnya, berbalik ke arah Kevin yang sudah menatapnya dengan tatapan datar. Laki-laki itu menarik nafas panjang, langkahnya sedikit mendekatkan kepada Reon yang tengah menunggu ucapan yang ingin Kevin lontrakan. “Lo mau ke mana?” Tanyanya. “Ya gue mau balik lah! Emang mau ke mana?” Jawab Reon asal. Kevin sedikit memanyunkan bibirnya sekilas, kedua tangannya ia masukan ke dalam kantung hoddie hitam yang ia gunakan, “Balik ke mana?” Reon diam, mengerutkan keningnya. Lantas menjawab tanpa ragu. “Rumah lah Kev, emang gue mau balik ke mana?” Reon mengusap wajahnya kasar, “Lo kenapa deh? Nanyaiin hal gak jelas gini?” Sambung laki-laki itu. Lagi-lagi Kevin terlihat menghela nafasnya berat, “Yaudah, lo balik hati-hati,” Ucapnya lelah. Iya, Kevin lelah. Kevin benar-benar lelah dengan melihat sikap Reon yang selalu bersikap di luar nalarnya. Bahkan untuk beberapa hari ini yang bisa membuat semua orang membabi buta karena kaburnya Sisil. Sedangkan Reon yang sedari tadi merutuk di dalam hati akhirnya bisa bernafas lega saat ia sudah berada di dalam mobil miliknya, beberapa menit diam di dalam mobil membuat laki-laki itu menyenderkan tubuhnya. “Kayanya emang gue mencurigakan banget ya, sampai-sampai ngebuat Nalen peka,” . . . "Hari ini bawa apa Re?” Tanya Sisil antusias sambil duduk bersila di sofa ruang tengah, Reon yang baru saja datang sebari membawa bingkisan kecil itu tertawa kecil sambil mengacak-ngacak rambut Sisil. "MCD nih, kesukaan lo. Sekalian beli Sama MacFlurry oreonya juga," Jawab Reon. Mendengar makanan itu mata Sisil berbinar dan segera membuka bungkusan yang Reon bawa. Perlahan tapi pasti, mereka berdua menjadi semakin akrab semenjak Sisil menginap di apartemen Reon, bahkan gadis itu pun sudah tidak berdikap canggung atau semacamnya. Karena itu permintaan dari Reon, karena sejujurnya kalau setiap hari mereka berdua selalu bertingkah cangggung tidak jelas kan gak enak banget. Maka dari itu Reon meminta untuk Sisil bersikap santai saja juka berdekatan dengan dirinya, Hanya supaya terlihat lebih akrab saja. Reon melihat wajah Sisil lamar-lamat ke setiap incinya, hanya untuk tidak ingin melupakan wajah gadis yang ada di hadapnnya sekarang yang mampu membuat Reon merasakan apa itu cinta untuk yang pertama kalinya. Ya Sisil adalah Cinta pertamanya, akan tetapi Reon tidak ingin menjadikan Sisil sebagai pacarnya, karena Reon tidak ingin melihat Sisil sedih di saat Reon tidak mampu menjanjikan kebahagiaan untuk gadis tersebut, ayolah! Reon paling benci dengan sesuatu yang selalu mengingkari janji. Seperti merasa di perhatikan, Sisil mendongakkan kepalanya dan tatapannya pun bertemu dengan Reon. Sisil tersenyum lembut ke arah laki-laki iyu, kemudian Menaruh makanan yang sudah habis di atas meja. Tapi beberapa detik kemudian senyuman Sisil memudar, ada perubahan dari wajah Reon. Entah kenapa, sekitar dua hari ini Reon seperti terlihat pucat. "Re?” Panggil Sisil sebari memdekatkan tubuhnya kepada laki-laki itu. Reon menaikan sebelah alis matanya, merespon panggil Sisil, dan detik itu juga Sisil tangan gadis itu menyentuh kening Reon untuk memeriksa suhu badan Reon. Sayangnya badan Reon tidak panas sama sekali dan itu cukup membuat Sisil merasa aneh. "Lo kok pucet banget begini? Lo gak enak badan?” Lanjutnya. Mendengar pertanyaan Sisil membuat Raut wajah Reon tiba-tiba saja menegang, dan jelas ia berusaha bersikap normal dan menggeleng pelan kepada Sisil. "Kalau gue gak enak badan, gak bakalan gue bolak-balik ke sekolah sama mampir ke sini buat liat lo, suka aneh gitu," Reon turun dari sofa, menidurkan badannya di bawah yang tengah di lapisi karpet dan saat itu juga ia meregangkan tubuhnya leluasa. Rasanya Reon merasakan lelah yang sangat berlebih. "Mandi sono gih! Gue udah bawaiin bajunya si Alice, tadi gue mampir dulu kesekolahannya buat minjem baju dia," Suruh Reon dengan kedua mata yang ia pejamkan. Ya semenjak kabur dari rumah pun, Alice meminjamkan pakaiannya terhadap Sisil. Alice tau masalah apa penyebabnya dia kabur dari rumah,karena Alice yang ke lewat kepo pun mau tak mau Sisil harus menceritakannya saat Alice datang ke apartemen Reon secara tibatiba. dan saat itu juga Alice dengan ikhlasnya meminjamkan keperluan Alice untuk Sisil. Sisil memperhatikan wajah tidur Reon dalam diam, Sisil masih tau kalau Reon belum sepenuhnya tertidur. Dan saat itu juga Sisil tersenyum. Merasa beruntung bisa kenal dengan pria di hadapannya. "Makasih ya Re," ucap Sisil tiba-tiba. Ini udah yang kesekian kali Sisil mengucapkan tanda terima kasihnya kepada laki-laki itu. Sontak Reon langsunh membuka kedua kelopak matanya dan menoleh ke arah Sisil yang tengah menatapnya lembut, sialan! Telinga Reon udah panas nih rasanya dua-duamya. Akhirnya, Sisil tersenyum dan menidurkan badannya juga di sebelah Reon. Sisil ikut memandangi langit-langit ruang tengah sedangkan Reon malah menatap Sisil dari samping. "Gue udah gak tahu kata terima kasih ke elo udah yang ke berapa kali,” Kekehnya pelan, kemudian pandangannya beralih menatap ke arah Reon, “Lo mau gue repotin dam udah mau nolongin bahkan ada di saat gue bener-bener kehilangan semuanya,” Reon tersenyum kecil, Ini udah tugas gue dan niat gue dari awal Sil, batin laki-laki itu. "Gue tau, belum ada satu tahun kita akrab, tapi gue ngerasa kita udah akrab lamaaaaaa banget," Sisil terkekeh lagu sebari menatap setiap inci wajah tampan Reon yang sangat dekat dengan posisinya, Iya, Wajah mereka sangat dekat bahkan hidung mereka pun hampir bersentuhan. "Gue boleh ya nganggep lo sebagai sahabat gue?” Lanjutnya. DEG! Senyum Sisil merekah setelah mengutarakan hal tersebut, akan tetapi hati Reon mencelos mendengar kemauan Sisil. Sadar Re, lo ga selamanya ada di sebelah Sisil. Reon menghela nafas Kasar, "Lo tahu kan kalo gue sayang sama lo melebihi hubungan seorang teman atau sahabat?” Celetuk Reon setelah sekian lama mendengar ocehan gadis yang ada di sebelahnya. Kali ini senyuman Sisil memudar, dan kembali memalingkan wajahnya ke langit-langit ruang tengah lagi. Sisil sudah tahu dengan perasaan Reon, waktu di taman sekolah, di mana Reon masih menerornya dengan post it dan di saat mereka setuju untuk bertemu, dan di saat itu juga Sisil speechless deengan perasaan Reon yang sudah menyukai Sisil selama 2 tahun, dua tahun cuy! Itu waktu yang gak lama. Dan kayanya harus di ralat deh, Reon udah bukan suka lagi sama Sisil, tapi sudah sayang sekaligus cinta sama Sisil. Sayangnya perasaan Sisil masih untuk Nalen, sahabat Reon. Sisil tahu dia egois. Akan tetapi dia memang tidak bisa mengontrol perasaanya sejak dulu. Dan semenjak David datang, perasaan Sisil sedikit bimbang. Reon tersenyum tipis dan juga mengalihkan pandangannya ke langit-langit ruang tengah. "Gue tahu lo suka dan sayangnya sama Nalen, dan gue ga mempermasalahkan hal itu kok Sil, lagian Nalen juga suka sama lo. Tapi gue gak tahun dia suka sama lo sejak kapan," Detik kemudian Sisil kembali menatap ke arah Reon. "Dia kan play-" "Player?“ Reon kembali menoleh ke arah Sisil, Sisil mengangguk ragu Sedangkan Reon terkekeh pelan "Yap! Lo bener, bahkan dia juga selama dua tahun ini dia punya cewek. Tapi gak tahun kenapa kelakuannya sama, gue gak tahu kenapa dia kaya gitu. Apa mungkin dia punya alasan?“ Reon kembali mengalihkan pandangannya. “Kita gak tahu apa yang di akami Nalen sampai segitunya di masa lalu, Tapi gue yakin dia punya Alasan yang besar mangkanya bersikap kaya gitu,” Bil, lo lihat gue sama Reon kan ? dan lo denger kan percakapan kita ? demi tuhan Bil gue gak nyangka banget! "Gue gak masalah sama sekali Sil lo ga bales perasaan gue, bahkan gak apa-apa. Tapi seenggaknya biarkan gue menjadi seseorang yang selalu ada di saat lo butuh, dan satu lagi.“ Reon kembali menatap ke arah wajah Sisil. “Biarkan gue mencintai diri lo, walaupun lo ga pernah bales perasaan ini sedikit pun. Asal lo tahu lihat lo bahagia aja gue udah seneng banget. " Kekeh Reon sambil merubah posisinya menghadap ke arah Sisil. Sisil menoleh ke arah Reon, dan Sisil pun bisa melihat sorot mata ke kecewaan walaupun raut wajahnya ia kondisikan seperti baik-baik aja. Sisil menghela nafas, Reon pernah mencium keningnya bukan? dan bolehkan Sisil kali ini memeluk Reon erat? Sisil menghela nafas pelan, “Gue boleh ga gue peluk lo?" Ucapnya ragu. Mendengar permintaan Sisil, Reon tersenyum. Kemudian membuka kedua tangannya agar Sisil segera memeluk tubuhnya, "Dengan senang hati gue terima kali! Kapan lagi Sisil mau pelukan sama gue,” Canda Reon sebari terkekeh pelan. “Lagian kan sekarang gue sahabat lo, ya secara teknis hal kaya beginibadalah hal yang biasa kan di antara hubungan perrtemanan?” ucap Reon sambil menaik turunkan kedua alis matanya, Sisil tertawa lantas memeluk Reon erat dengan posisi yang sama-sama berbaring. "Dan saat ini lo masuk ke daftar orang berharga gue sesudah David, jangan pernah berusaha lari dari gue kalo lo sudah tahu semuanya tentang gue ya Re,” Kata Sisil sebari menyenderkan kepalanya di d**a bidang milik laki-laki itu. Entah kenapa, mendengar hal itu membuat Hati Reon mencelos, di sisi lain Reon sebenarnya senang bahwa dirinya sudah di anggap orang berharga bagi Sisil tetapi yang membuat dirinya menjadi sedih adalah. Sisil tidak ingin Reon pergi apapun yang terjadi. Reon tau takdirnya akan meninggalkan Sisil selamanya, apapun ia menentang tetap saja nanti ujungnya akan meninggalkan Sisil. Gue udah tau semua tentang lo kok Sil, dan satu lagi lo alasan gue untuk bertahan Yang jelas semenjak batin Reon berteriak seperti itu, Reon mencium Kening Sisil sedangkan Sisil tersenyum kecil saat merasakan benda kenyal milik Reon menyentuh keningnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD