She Gone But They Come

3000 Words
David menghela nafas pelan saat mendengar perintah ayahnya bahwa yang berpuluh kalinya mereka akan pindah keluar kota lagi, dan tujuannya saat ini adalah kota Surabaya. Merasa jengah dengan kehidupannya yang setiap tahun akan pindah rumah dan tentunya pindah sekolah. Banyak yang bilang bahwa pindah-pindah sekolah itu menyenangkan dan banyak teman, tapi bagi David tidak, karena dengan itu David merasa tidak mempunyai teman dekat atau bisa dibilang menjadi teman seperjuangan. "Kali ini ayah serius David, ini yang terakhir kalinya kita pindah," David menoleh, tidak yakin dengan ucapan beliau. Ayahnya yang peka terhadap sikap anaknya itu tersenyum lantas berdiri dan berjalan kearah David "Masih tidak percaya?" Tanyanya sambil memegang pundak David. "Bukannya gitu, David gak mau aja, pas udah nyaman di sana sama disekolahannya, kita malah pindah lagi, kaya waktu di Bali itu,” Ayah hanya mengangguk dan tersenyum penuh arti mendengar jawaban dari David. “Alasannya karena Bella," David diam, tidak berkutik dengan tebakan ayahnya. Apa yang ayahnya bilang itu benar, alasannya karena Bella, Bella adalah cinta pertama David saat SMP kelas 3 dan tepatnya saat David dan ayahnya ada di Bali. Cewek blasteran Australia yang anggun dan kalem yang dia temui, David jatuh cinta pada sikap dan tentu wajahnya yang cantik, dan David juga mengakui bahwa untuk melupakan Bella butuh berbulan bulan. "Ngebayangin Bella eh?” Muka David memerah dan tersenyum kikuk saat dirinya kepergok lagi "Udah ah! David mau kekamar, semoga aja di Surabaya bikin betah kaya waktu di Bali," ucap David sambil bangun dari bangku kayu diteras rumahnya dan berjalan meninggalkan Ayah yang masih tersenyum sambil sesekali berteriak menggoda David. ------------------------------------------- "Sil diem napa sih! Nanti Pak Heru ngeliat kita kalo kita nyontek ulangannya," gerutu Nabil sambil sesekali melihat kearah Pak Heru yang duduk didepan kelas. Sisil yang dari tadi ikutan nyari contekan sana sini hanya memutar bola matanya jengah. Saat ini jam pelajaran pertama yaitu kimia, ditambah mimpi buruk yang melanda murid XI IPA3 adalah dilakukannya ulangan dadakan. Bisa dibilang semua murid dikelas itu anti dengan pelajaran yang menguras otak "1 MENIT LAGI!” Sisil melotot dan melihat kertas ulangannya yang baru diisi 5 nomer dari 15 soal "Bil ayo dong cepetan gue liat, waktunya mau habis juga,” Nabil yang yang selesai mencotek dari teman sebelahnya tersenyum puas dan memberikan kertas ulangannya kepada Sisil. Sisil segera mengambil kertas ulangan Nabil dan buru-buru menyalin jawabanya " ALAT TULIS DITARUH, WAKTU ULANGAN SELESAI!” perintah pak Heru, Sisil yang mendengar itu mengumpat dalam hati lalu melihat kearah Nabil, Nabil menaikan kedua jarinya menjadi berbentuk V sebari memasang wajahnya melas. " Sialan lo!” ucap Sisil. Sedangkan Nabil hanya tertawa pelan melihat sahabat kecilnya itu mengumpat pelan. Sisiliya Ananta, cewek yang tidak bisa diem, ramah bahkan bisa dibilang murah senyum. Mempunyai rambut hitam panjang, pipi chubby, bentuk bibir yang indah dan kulit putih bersih sehingga membuat ia terlihat menjadi cantik. Tetapi itu dulu, sekarang? Entah lah, mari kita lihat nanti. Sisiliya memang bukan tergolong primadona disekolahnya, tetapi Sisiliya mempunyai gaya pesona yang siapapun melihatnya akan menyukainya. Sifatnya yang selalu bisa membuat semua orang malah tertarik dengan Sisil. Nabil, Sahabat karibnya dari SD pun yang sudah tahu luar dalemnya Sisiliya sangat memahami betul, Nabil pun mengakui kalau sahabatnya ini memang cantik, bahkan banyak cowok-cowok disekolahnya yang tertarik dengan Sisil ditambah dengan sikap ramahnya, udah deh banyak cowok-cowok yang baper sama Sisil terutama teman sekelasnya. Tapi dibalik itu semua ada salah satu cowok yang Sisil kagumi sejak pertama masuk SMA, sayangnya Sisil si gadis biasa di sekolah itu hanya berani memandanya dari jauh, padahal Nabil sudah menyarankan untuk coba sesekali mencari perhatian kepada cowok itu, dan percuma saja saran Nabil tidak akan pernah didengar oleh Sisil. "Anak- anak bisa tenang sebentar, Bu Hertik akan menyampaikan sesuatu kepada kalian," "Sejak kapan doi ada didepan kelas?" Tanya Sisil, Nabil menjitak kepala sisil dan membuat sisil meringis pelan sambil mengelus-ngelus kepalanya. "Mangkanya hobi tuh jangan ngelamun!” “Ngelamun tuh terkadang asik tau," "Heh sejak kapan? Kelainan lo,” "Sisil, Nabil kalian bisa diam! "Tegur pak Heru, Sedangkan mereka yang ditegur hanya terkekeh pelan sambil berhigh five. Itulah mereka selalu usil ke beberapa guru. Masa SMA sih ya jadi tidak kaget dengan kelakuan muridnya yang aneh-aneh. "Jadi kita kedatangan murid baru, dan ibu akan taruh dikelas ini, David ayo masuk!" Ucap bu Hertik sambil melihat kearah pintu kelas, dan saat bu Hertik menyuruh seseorang masuk, muncul lah cowok jangkung beralis tebal masuk kedalam kelas, tampan memang, sampai-sampai siswi dikelas pun sesekali berbisik untuk mengagumi anak baru itu, David. Tapi terkecuali dengan Sisil yang melihat cowok itu dengan wajah datar lalu menoleh kearah Nabil yang sudah senyum-senyum memandang kearah anak baru tersebut. "Ganteng emang?" Tanya Sisil, Nabil menoleh, lalu kembali melihat kearah cowok itu lagi yang sedang berjalan kearah bangku Andi. Jumlah murid mereka memang ganjil, jadi wajar ada 1 siswa yang duduknya sendirian. "Kalo menurut gue sih lumayan, lumayan ganteng banget maksudnya!” Katanya antusias, "Eh tapi bukan bermaksud gue berpaling dari sih Theo ya," Sambung Nabil yang dibalas dengan jitakan Sisil "Lo dendam sama gue ya?!” Teriak Nabil refleks. "Apanya yang dendam Nabil Angelina?” Mereka berdua kembali kepergok berantem kecil oleh pak Heru, Nabil dan Sisil menundukan kepalanya sambil sesekali saling menyenggol kaki mereka satu sama lain. "Kalian keluar!" Sisil mendongakkan kepalanya untuk melihat pak Heru yang ekpresinya sudah menahan emosi kepada mereka berdua yang selalu saja bersikap rusuh di dalam kelasnya. "Loh pak jangan gitu dong, kan tadi yang teriak bukan Saya tapi Nabil," Rengek Sisil. "Lah kan lo yang bikin gue reflek teriak, pak maafin kita ya janji deh pelajaran bapak nanti kita gak ribut lagi," Ucap Nabil sambil memasang wajah imutnya untuk meluluhkan pak Heru, Pak Heru menggeleng "Kalian keluar!" “Ah! Lo sih,” Keluh Sisil. Nabil hanya menghela nafas lantas mereka berjalan keluar kelas, sedangkan dipojokan seorang pria yang sedari tadi memerhatikan mereka berdua tersenyum tipis. ------------------------------------ "Lagian, ngapain teriak segala. Gue lagi ga mood begini,” keluh Sisil yang memasukan kedua tangannya di kantung hoodie yang ia pakai. Saat ini mereka berdua luntang luntung dikoridor sekolah, tidak tahu kemana tujuan mereka saat diusir dari Pelajaran pak Heru "Gue sengaja teriak tuh, karena bentar lagi istirahat tau," jawab Nabil tersenym lebar sambil menaik turunkan kedua alis matanya, Sisil menaikan sebelah alis matanya lalu melihat kearah arloji berwarna putih dipergelangan tangannya, 09.00 sekitar 1 jam lagi isitirahat pertama, Sisil tersenyum lebar "Gue tau niat lo dari dulu selalu busuk memang," Nabil dan Sisil tertawa terbahak-bahak dikoridor. Mereka berdua gampang bosan kalau ada pelajaran menghitung seperti itu, mereka berdua juga banyak sekali alasan atau kelakuan yang bisa membuat mereka diusir, ini sudah sekian puluh kali mereka diusir oleh guru kimia, matematika dan fisika. Agak bandel memang bagi guru-guru, tapi prinsip mereka berdua adalah seneng-senang dulu aja bendelnya, nanti kalo mereka tidak mokomg lagi kan gak ada sejarahnya untuk diceritakan ke anak cucu. "Eh Bil kantin yuk, biasanya kan ada kakak-kakak primadona sekolah,” ajak Sisil sambil memeluk lengan Nabil, Nabil menoleh lalu senyum menggoda, tau apa yang ada dipikiran Sisil "Mau ketemu sama kak Nalen dan kawan-kawan?" Tepat sasaran! Sisil hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Sisil memang mengagumi murid primadona disekolahnya, sudah ada 1 setengah tahun ia mengaguminya, Nalen yang banyak dikagumi oleh siswi-siswi disekolah ini membuat Sisil jadi tidak percaya diri, Sisil juga yakin bahwa tipenya Kak Nalen tidak seperti dia. "Pengen lihat dia aja kok," Jawab Sisil sambil tersenyum "Mau sampai kapan jadi pengagum rahasianya dia? Gak bosen?" Sisil menaikan kedua bahunya menandakan tidak tahu "Oh iya gimana hubungan lo sama Theo ? "Tanya Sisil antusias sambil mengalihkan pembicaraan mereka. Nabil memutar bola matanya, malas dengan Sisil yang selalu mengalihkan pembicaraan, “Baik kok, adem ayem malah,” "Gak kerasa ya kalian pacaran udah 1 tahun lebih,” gumam Sisil. Theo dan Nabil memang sudah 1 tahun mereka berpacaran, mereka saling suka itu waktu mereka lagi masa-masa MOS, cinta pandangan pertama. Enggak aneh memang kalau itu terjadi, bahkan Sisil juga terkadang mikir kapan dia bisa menjalani hubungan selama itu yang awalnya hanya dengan pandangan pertama saja, Sisil tersenyum melihat sahabatnya yang bahagia mempunyai hubungan dengan Theo, Theo bukan primadona disekolah seperti Kak Nalen, Kak Reon dan Kak Kevin yang kemana-mana selalu menjadi perhatian semua orang terutama cewek-cewek. Tapi Theo, bagi Sisil termasuk cowok manis dalam list daftar tipe Sisil. "Sil, kak Nalen tuh lagi sama Kak Reon," Bisik Nabil, Sisil menoleh kearah yang ditunjuk oleh Nabil. Setelah itu Sisil berbalik kearah Nabil "Balik yuk!” rengek Sisil "Lo kebiasaan deh, udah liat bentar langsung mundur, sampai kapan lo kek gini? Terus mau sampai kapan juga Kak Nalen gak tau perasaan elo itu,” “Tapi-“ "Kok gak dikelas?" Sisil diam saat dia mendengar suara itu dan hidungnya mencium bau parfume khas seseorang yang ia kagumi, Nabil yang sudah tahu posisi cowok tersenyum hanya tersenyum miring saat melihat ekpresi shock Sisil, "Lo Sisiliya kan? Kenapa? Kok gak mau mau liat gue?" Sisil menoleh kearah suara dan ternyata benar, ia terkejut bagaikan bom atom yang jatuh tepat dijantung Sisil, jantungnya berdegup kencang dan perasaan yang selama 1 tahun belakangan itu tidak karuan karena Nalen berada dihadapannya sekarang. "Kak.... Nalen?” gagap Sisil sambil tersenyum kaku. "Hai,” Nalen tersenyum, Sisil membalas senyuman Nalen, gugup, salah tingkah dan entahlah... perasaan Sisil tidak karuan. Ini pertama kalinya ia ngobrol dengan Nalen, dan hal yang tanpa diduga Nalen tahu namanya. "Kenapa gak masuk kelas?" Tanya Nalen, Sisil melirik kearah Nabil yang dari tadi menunjukan ekpresi menggoda kepadanya, Sisil mengeluarkan sumpah serapahnya kepada Nabil dalam hati karena dia tidak memberitahu kalau ternyata Nalen ada dibelakangnya. "Gu... gue....”Nalen menaikan sebelah alis matanya "Gue kenapa? Bukannya lo sama temen lo ini sekarang pelajarannya pak Heru?” Sisil mengerutkan keningnya "Kok lo bisa tahu?” Tanya Sisil bingung. Nalen terkekeh "Gue tahu jadwal elo kali!" Bagaikan perang disetiap degup jantung Sisil, perkataan Nalen benar-benar membuat Sisil menjadi salah tingkah "Terus kenapa elo tahu nama gue? Kan sebelumnya kita belum pernah kenal atau semacamnya kan? " tanya Sisil hati-hati, berharap pertanyaannya tidak menyinggung cowok yang dia kagumi selama ini, apa yang ia lontarkan benar, karena sebelumnya mereka berdua belum pernah berkenalan sama sekali, apalagi saling menanyakan nama satu sama lain, Sisil tahu nama Nalen, jelas tahu, karena Nalen adalah primadona disekolah, sedangkan Sisil? Cewek biasa yang hobinya ngelunjak ke guru. "Jelaslah, so-" " WOY LEN CEPET BURUAN, GAK KEBAGIAN TAU RASA LO! " Teruak Reon, salah satu pentolan sekolah juga dan teman akrabnya Nalen, Nalen berdecak pelan karena teriakan Reon membuat omongannya terpotong. "Gue duluan ya, gue harap istirahat kedua kita bisa ngobrol kek tadi lagi,” ucapnya menyentuh kepala Sisil sebentar lalu pergi meninggalkan Sisil Ditempat, Sisil terpaku mendengar perkataan Nalen barusan “gue harap istirahat kedua kita bisa ngobrol kek tadi lagi”, ditambah tindakan kecilnya yang membuat kedua kakinya melemas, perkataanya masih terngiang dipikiran Sisil dan Nalen berhasil membuat Sisil senang tak karuan. "Peluang lo buat deket sama dia cuy! Apalagi dia tahu nama lo!" seru Nabil yang tak kalah antusisasmya setelah melihat kejadian tadi. Sisil menoleh kearah Nabil lalu menarik tangan Nabil untuk pergi dari situ. "Eh eh mau kemana!! " Tanya Nabil sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan Sisil. Langkah Sisil berhenti di taman sekolah dan tanpa diduga Sisil loncat-loncat kegirangan dan sesekali memekik pelan. " Nabil!! Aaaaaa gue seneng banget gila!!! " "Kak Nalen tahu nama gue, jadwal pelajaran kita dan lo tadi denger kan kalo Kak Nalen berharap banget bisa ngobrol sama gue lagi!! Oh my god! I'm so luckyyyyy! " sambungnya. Nabil tertawa melihat kelakuan Sisil lantas menoyor kepalanya pelan yang membuat Sisil menjadi diam dan menoleh kearah Nabil dengan sorotan mata apa sih lo. "Gue punya feeling yang bagus banget semenjak kejadian tadi,” Sisil tersenyum lebar mendengar ucapan Nabil lalu menuntun Nabil duduk ke bangku taman. "Feeling apa?“ tanyanya antusias,memang dari dulu feeling Nabil selalu benar, entah itu buruk atau baik, dan feeling Nabil itu akan benar-benar terjadi entah itu besok, lusa atau seminggu kedepan. "Dia suka sama elo,” Sisil menaikan sebelah alis matanya "Ngaco lo!" "Elo meragukan kemampuan gue?” Sisil menghela nafas pelan merasa tidak yakin dengan feeling yang Nabil rasakan barusan "Bukannya gitu, tapi kan ki-" "Dia tahu nama lo, dan tanpa diduga dia tahu jadwal kita, gue pun yakin kalau sebenernya Kak Nalen tuh mengagumi lo juga bahkan bisa aja dia memperhatikan elo dari jauh sama kaya elo memperhatikan dia,” Nabil memotong ucapan Sisil yang membuat Sisil diam mencerna perkataan Nabil "Kalau emang dia beneran suka sama gue dari dulu atau dari kita masih kelas 1 , kenapa dia baru sekarang ngajak gue ngobrol coba,” Nabil menyeringai "Lo lupa kalo Kak Nalen primadona disekolah? Kemana-mana pasti diikutin sama cewek-cewek ganjen yang ngaku fansya kak Nalen, mungkin dari situ Kak Nalen mau deket sama elo ada halangannya, nah karena tadi dikantin masih sepi Cuma ada kita, Kak Nalen, Kak Reon dan Kak Kevin, jadi dia nekat deh ngajak lo ngobrol dengan embel-embel nanya," kenapa gak masuk kelas,” iya kan ?” jelas Nabil , Sisil kembali mencerna omongan Nabil, Sisil rasa apa yang Nabil bilang ada benarnya juga dan didalam hati kecil Sisil merasa kalau ini adalah kesempatan dia buat maju. “Sil,” Nabil memanggil Sisil yang sudah berjalan duluan, langkah Sisil berhenti, menoleh kearah Nabil yang mendekat kearahnya. “Lo pake Hoodie gini, lo ngelakuiin itu lagi ya?” “Enggak, hawa lagi dingin aja,” Sisil menghela nafas, lalu tersenyum tipis dan kembali melangkah dan meninggalkan Nabil yang sudah memandang Sisil sendu. ------------------------------------------- Saat ini jam pelajaran terakhir yaitu bahasa Indonesia. Tinggal beberapa menit lagi bel pulang akan berbunyi. Sisil menguap lalu menjatuhkan kepalanya ke meja, bosan dengan penjelasan bu Ani yang dari tadi membahas BAB baru. Sebelum Sisil memejamkan matanya suara Bel terdengar, membuat Sisil tersenyum girang dan segera membersihkan buku-buku yang berserakan dimejanya. "Lo dijemput sama Kak Angga?" Sisil memberhentikan aktifitasnya saat mendengar pertanyaan Nabil. Nabil yang sadar dengan gerak gerikknya mengelus pundak Sisil dan tersenyum tipis. "Pulang bareng gue sama Theo gimana?” tawar Nabil, Sisil menoleh kearah Nabil lantas menggeleng "Gue pulang naik taxi aja," "Yakin ? " Sisil tersenyum dan mengangguk mantap "NABIL! AYO PULANG!" teriak Theo dari ambang pintu kelasnya, Nabil dan Sisil melihat kearah suara tersebut terkekeh pelan "Sono gih pulang, Theo udah nyusul tuh,” " Lah lo gimana? " tanya Nabil. "Udah sono duluan, gue mah gampang! " ucapnya sambil mendorong Nabil untuk segera keluar dari kelas, saat ini dikelas Cuma ada mereka dan beberapa murid. Theo dengan mereka berdua memang tidak sekelas. Karena Theo tidak mau masuk kekelas IPA alasannya sih dia anti sama yang biologis-biologis gitu. Saat Nabil dan Theo pergi dari kelasnya Sisil menghela nafas, lalu menjatuhkan badannya ke bangku. Mengambil ponsel dikantong roknya. Jempolnya mengscrol untuk mencari sesuatu yang ia simpan selama 2 tahun terakhir. Sisil tersenyum miris melihat foto yang ada diponselnya. Difoto itu terlihat keluarga yang bahagia, senyum bahagia yang terpampang jelas. Ibu jarinya bergeser kearah pria yang ada disebelahnya, pria tampan dengan alis melengkung dimata tajamnya, tidak tebal dan jauh dari kata tipis, Pria yang satu-satunya dia punya saat ini, yang semuanya sudah hilang, semuanya. "Lo nangis?” Sisil mendongakkan kepalanya dan cepat-cepat menghapus air mata yang sedikit keluar, Sisil mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, cuma ada dia dan anak baru yang sekarang ada dihadapannya. "Lo ngapain disini? " Sisil berbalik bertanya, cowok ittu menaikan sebelah alis matanya lalu tertawa pelan. "Gue nanya malah balik nanya,” ucapnya sambil duduk diatas meja. Sisil mengulum mulutnya "Lo anak baru tadi kan? " Cowok itu mengangguk "Gue David," ucapnya sambil mengulurkan tangan kearah Sisil, Sisil melihat tangan David lalu mendongakkan kepalanya untuk melihat wajahnya. Mata tajam dengan bulu mata tebal yang membuat pria itu terkesan tampan kalau di lihat dari dekat, Sisil setuju dengan ucapan Nabil tadi pagi kalau cowok dihadapannya ini memang tampan, bahkan kelewat tampan. Sisil tersenyum lalu tidak membalas uluran tangan David "Nama gue Sisil," David yang sudah mengulurkan tangannya dan Sisil yang tidak menjabat tangannya balik membuat David menatap tangannya sebentar lalu terkekeh pelan. David tersenyum memperlihatkan lesung pipinya, dan untuk yang kedua kalinya Sisil setuju kalau David benar-benar tampan. "Lo balik sama siapa? mau bareng sama gue? sekolah udah sepi gak mungkin kan kalo lo sendirian disekolahan,” tawarnya, Sisil menimbang-nimbangkan tawaran David, setelah itu Sisil tersenyum dan mengangguk. —— "Jadi lo pindah-pindah gitu ya? Sejak kelas berapa? " Tanya Sisil. Mereka berdua saat ini berada didalam mobil David. Beberapa menit di dalam mobil membuat mereka jadi sedikit akrab apalagi sikap Sisil yang terkesan Friendly dan rumah David yang ternyata 1 perumahaan dengan rumah Sisil juga, bisa dibilang 5 komplek dari rumahnya. "Kelas 6 SD," Sisil mengangguk pelan, lalu melihat kearah David lagi "Seru dong keliling Indonesia,0 ucapnya antusias. David tertawa lalu menoleh kearah Sisil “Bagi gue engga seru sama sekali, yang ada ngebosenin pindah-pindah mulu, jadinya gak ada temen buat dijadiin temen deket atau semacamnya gitu,” "Tapi sekarang lo udah menetapkan di Surabaya, jadi ya lo bentar lagi bisa dapet temen deket kok, tunggu aja,” David yang focus menyetir, menoleh kearah Sisil dan mengamati wajah cantik Sisil dari samping, David tersenyum "Iya, semoga aja Sil," ucap David terutama sama lo sambung David dalam hati. "Stop Vid! Ini rumah gue nih," Ucap Sisil melepaskan sabuk pengaman yang ia kenakan, David melihat kearah rumah bertingkat satu dengan gaya klasik disertai dengan pagar tinggi berwarna hitam. "Thanks ya! " David tersenyum, Sisil memegang pintu mobil tapi sebelumnya ponsel Sisil berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Sisil mengerenyit saat tahu siapa yang menelponnya. " Siapa?" tanya David, Sisil menoleh " Nabil, ada apa ya kok telvon?" Tanya kepada diri sendiri. "Udah coba angkat, kali aja penting,” Nabil melihat kelayar ponselnya lalu menggeser icon hijau untuk mengangkat panggilan tersebut. "Hallo Bil ada ap- " ucapan Sisil terpotong saat suara disebrang sana adalah seorang pria dan mengucapkan sesuatu yang membuat Sisil diam tak bersuara, ia masih mendengarkan apa yang pria itu ucapkan, tangannya bergetar hebat, jantungnya berdetak lebih cepat kaya biasanya, nafasnya terasa sesak. Dalam hati Sisil berharap jangan sampai dia kumat diwaktu sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD