Masa lalu 2 (Reta)

1827 Words
“Ta,” Panggil Gara dengan langkah yang sedikit kaku saat jalan ke arahnya, dengan cepat gadis tersebut menghampiri Gara dan membantu dirinya untuk jalan ke arah Sofa. Setelah Reta berhasil menjatuhkan tubuh Gara di atas sofa, ia buru-buru membuka kain penutup wajah yang di gunakan Gara selama pertandingan tadi. Laki-laki itu sesikit meringis saat Reta berhasil membuka keseluruhan dan terpampang jelas luka memar di mana-mana dan di ujung matanya sedikit keluar darah segar membuat Reta mati-matian menahan air matanya untuk tidak menangis di depan Gara. “Gue ambil P3K dulu,” Ucap Reta cepat tanpa menatap kedua mata Gara sama sekali, melihat Reta bersikap seperti itu membuat ia paham bahwa kekasihnya sedang menahan rasa sakit. “Gue menang Ta,” Ucap Gara yang berusaha mencairkan suasana sebagaimana ia tahu kalau gadis yang sedang sibuk mengambil P3K di loker yang tidak jauh dari posisinya akan mengomel panjang lebar seperti sebelum-sebelumnya. Setelah memastikan bahwa obat-obatan di dalam P3K lengkap, akhirnya Reta kembali memutar tubuhnya untuk melangkah ke arah Gara yang sedang terduduk lemas di sana dengan senyuman tulus yang tertuju kepadanya, namun sebelum itu Reta buru-buru menghapus air mata yang berhasil lolos jatuh ke pipinya. Reta diam, gadis itu duduk manis tepat di sebelah tubuh Gara. Seperti yang kalian tahu dan kalian lihat kali ini Reta benar-benar sedang mengacuhkan Gara. “Habis kita beli obat buat Bunda, kita makan-makan di resotran sushi kesukaan lo ya Ta,“ Gara sedikit meringis saat Reta sedang membersihkan darah-darah segar di tubuh dan wajahnya. “Gimana? Mau ga? Mau ya?” Paksa Gara saat dirinya sedang berusaha merayu Reta agar tidak marah kepadanya. Reta masih diam, gadis itu masih fokus membersihkan luka. Melihat Reta yang bersih keras mengacuhkannya membuat Gara menghela nafas kasar. “Maaf,” Ucapnya dengan nada pelan namun masih mampu terdengar oleh Reta. Sial! Kalau sudah begini Reta tidak bisa untuk marah berlama-lama kepada Gara, karena titik terlemahnya kalau Gara sudah mengucapkan Maaf kepadanya seperti tadi. Reta menghela nafas kemudian sedikit mengigit bibir bawahnya karena sedang menahan tangisnya yang susah payah ia tahan sedari tadi, namun tetap saja air mata itu akhirnya berhasil lolos keluar sehingga Reta menangis dalam diam. Gara melihat itu, dan ia hanya menghela nafas pelan sebari membenarkan duduknya. “Ta,” Panggil Gara dengan penuh rasa kasih sayang yang selama ini selalu tumbuh setiap harinya, Gara sesayang itu dengan Reta. Reta masih menundukan kepalanya, ia tidak ingin Gara melihat dirinya menangis sebagaimana laki-laki itu sudah tahu bahwa Reta sudah menangis sesenggukan. “Reta sayang,” Panggil Gara sekali lagi dengan kedua tangan yang sudah menangkup wajah Reta, akhirnya gadis itu pun mendongak dengan raut wajah yang tidak bisa ia kondisikan belum lagi mata yang sedikit sembab dan kemerahan. Melihat itu Gara tersenyum hangat ke arah Reta, jari-jarinya sedikit membenarkan rambut-rambut halus yang agak menghalangi wajah cantiknya sebagaimana rambut hitamnya ia kuncrit seperti ekor kuda. “Gara minta maaf ya,” Ibu jarinya mengelus lembut pipi tirus Reta. “Maafin Gara yang selalu bikin Reta khawatir terus-terusan begini, sampai-sampai bikin Reta nangisin Gara,” Lanjutnya lagi. Reta menggeleng kepalanya, sebagaimana tangisannya sudah amburadul ke mana-mana. Tetap saja Reta tidak ingin menangus kelepasan di hadapan Gara. “Gue takut Gar,” “Takut banget,” Lirih Reta dengan nada yang sangat pelan, gadis itu benar-benar tidak mampu mengungkapkan sepatah kata karena hatinya benar-benar sesak kali ini. Sebenarnya Reta pun tidak tahu kenapa dirinya mendadak seemosional ini saat Gara melakukan pertandingan, padahal sebelum-sebelumnya Reta juga gak terlalu sebawa perasaan kaya hari ini, ya walaupun kadang-kadang. Tapi ini menurut Reta, ini yang lebih parah sampai ia merasakan ketakitan yang luar biasa. Apa karena Reta sedang datang bulan mangkanya sesensitif ini? Tapi kan sebelum-sebelumnya juga engga. Akan tetapi memang sejak tadi siang, sebagaimana Gara mengucapkan bahwa dirinya akan tanding membuat sisi khawatir Reta tuh terlalu berlebihan bahkan perasaannya juga menandakan bakal ada kejadian buruk, ya walaupun hanya feeling tapi kenapa bisa buat dirinya menjadi overthingking dan bersikap berlebihan begini sih? “Apa yang Reta takutin sampai bikin Reta nangis begini?” Tanya Gara masih dengan nada yang nyaman untuk di dengar, seperti lawan bicaranya merasakan suatu hal bahwa ia benar-benar di sayangi olehnya, Gara memang se so sweet itu. Reta mengatur nafasnya dengan cara menarik nafas pelan-pelan dan membuangnya dengan pelan juga, lantas Reta menggeleng pelan, “Gak tahu,” Rengek Reta dengan wajah polosnya. “Feeling gue gak enak aja, mangkanya gue takut lo kenapa-kenapa,” Jelasnya lagi. Mendengar itu Gara terkekeh pelan, mengkondisikan tubuhnya untuk tidak terkaku tertawa secara berlebihan karena perut sebelah kirinya sedikit nyeri akibat pukulan yang di lakukan musunnya tadi. Ya kemungkinan sembuhnya dua atau tiga hari lagi, resiko Gatra memang. “Tapi gue gak apa-apa kan sekarang?“ Gara melemparkan pertanyaan lagi kepada Reta, melihat Gara yang berusaha untuk baik-baik saja di hadapannya sebagaimana ia tahu bahwa Gara sedang menahan sakit membuat Reta kembali terisak. “Loh Ta? Kok nangis lagi sih?” Kali ini Gara segera menarik Reta ke dalam pelukannya dengan cara perlahan-laham karena jujur tubuhnya berasa remuk banget rasanya. “Sedih Gar, huhuhu,” Bukannya makin diem pas di peluk yang ada Reta malah semakin kencang nangisnya membuat Gara lagi-lagi terkekeh pelan yang memaklumi sikap Reta yang terkadang seperti anak-anak. “Lo datang bulan ya Ta? Kok sedihnya gak mendasar banget? Mana berlebihan lagi,“ Tanya Gara sebari menggosok-gosokan punggung Reta pelan. Masih dengan tangisnya Reta sedikit mengurangi pelukan mereka berdua, sorot mata sembabnya menatap ke arah wajah tampan Gara yang sedikit babak belur. “Iya lagi dateng bulan,” jawabnya santai sambil membersihkan air mata yang sedari tadi mengalir ke pipinya. “Pantesan!” “Pantesan apa?” Tanya Reta heran. “Pantesan mendadak cengeng kaya bocah,” goda Gara yang berujung mendapatkan cubitan kecil di perut laki-laki itu. . . Harga obatnya masih sama bukan?” tanya Reta saat Gara berjalan ke arahnya setelah membeli obat bulanan ibunya di apotek langganan laki-laki itu. Gara mengangguk mengiyakan, “Iya masih 578.000,” Lantas Reta ber-oh ria, “Tapi Bunda udah cuci darah kan?” tanya Reta lagi kepada Gara yang sedang memakai helm miliknya. “Kan udah seminggu yang lalu lo yang bayarin, masa iya lo lupa?” ucap Gara. “Oh iya ya,“ kekeh Reta. “Uangnya gue ganti ya Ta? Satu juta empat ratus kan harga buat cuci darah kemarin?” tanya Gara dengan fokus yang masih tertuju kepada uang cash hasil pertandingan tadi. Melihat itu Reta tersenyum, tangannya memegang tangan Gara yang sibuk menghitung uang laki-laki itu. Lantas Gara mendongakan pandangannya saat ini beralih kepada wajah cantik Reta yang masih sedikit sembab akibat nangis tadi. “Kenapa?” tanya Gara. “Gak usah di ganti Gar, gue ikhlas kok,” Gara berdecak kemudian menggeleng bertanda tidak setuju sekaligus tidak suka kepada Reta yang suka kelewat baik seperti ini, demi tuhan Gara pun semakin lama semakin tidak enak hati jika terus-terusan di bantu kebutuhannya oleh Reta. Sebelum Gara mengomel seperti biasa dengan cepat Reta langsung mengecup sekilas pipi kanan laki-laki itu yang agak memar kebiruan, melihat perlakuan mendadak Reta yang selalu bisa membuat dirinya salah tingkah bahkan luluh ia hanya terdiam menahan malu dan bersikap normal agar tidak terlihat bodoh di hadapan Reta. “Uangnya di simpen aja ya Gar, buat jaga-jaga kalau Bunda kenapa,“ lanjut Reta lagi, sedangkan Gara hanya terdiam sebari menghembuskan nafasnya kasar. “Parah sih! Kalau lo gini terus ke gue bisa-bisa pingsan gue di tempat. Malu-maluiin bae,” kesal Gara sebari menutupi sikap salah tingkahnya. Reta tertawa puas, “Kalau gak di gituiin lo bakal tetep ngomel, yang ada telinga gue panas.” . . . Tidak lama lampu pun menyala namun lemari obat yang awalnya penuh dengan obat-obat tadinya, menjadi sebuah ruangan yang entah terhubung ke mana. Dengan rasa penasaran Reta bangkit dari tidurnya dan berjalan masuk ke dalam ruangan, Gala awalnya melarang karena pikirnya itu jebakan tetapi karena Reta orangnya kepo alias penasaran akhirnya ia nekat memasuki ruangan tersebut dengan di ikuti Gala dari belakang. Setelah masuk entah mengapa mereka berdua berada di dalam UKS kembali namun dengan suasana yang berbeda, semua barang-barang pun berubah membuat Reta dan Gala saling pandang. Namun saat seseorang menegur mereka berdua entah mengapa itu membuat Reta sedikit terkejut dan mundur beberapa langkah, orang itu wanita paruh baya yang memakai seragam seperti guru-guru lain. Awalnya Gala mengira beliau adalah salah satu guru di sini tetapi selama dirinya sebulan sekolah di SMA Rajawali dia tidak pernah melihat ibu guru tersebut, setelah Gala dan beliau saling berbicara dan ia keluar dari ruangan tersebut entah mengapa Reta langsung buru-buru menuju ke arah kalender yang tertaruh di atas meja penjaga UKS. Dengan kebingungan Gala melihat kelakuan Reta akhirnya laki-laki itu bertanya, saat Reta menjelaskan bahwa guru tersebut meninggal dua tahun yang lalu karena penyakit yang ia derita, mendengar tersebut Gala terdiam di tambah lagi dengan pernyataan Reta yang ia ucapkan bahwa mereka saat ini berada di tahun 2017 di mana harusnya Gala berada di California dan Reta baru saja masuk ke kelas satu SMA. Mereka terdiam untuk beberapa saat memikirkan keadaan yang bisa terbilang masuk akal belum lagi ini semua terjadi secara tiba-tiba, di saat mereka berdua berniat untuk masuk kembali ke lemari obat suara yang Reta sukai masuk ke dalam indera pendengarannya. Dengan dirinya yang memanggil nama Reta cukup membuat gadis itu membeku, namun sebelum Reta menoleh Gala langsung menarik lengan Reta untuk kembali ke tahun 2020 di mana tahun yang mereka tinggali. Selang beberapa waktu dengan Gala dan Reta bisa kembali ke masa lalu dengan cara masuk ke dalam lemari akhirnya mereka berdua sepakat untuk mengembalikan keadaan hidup Reta agar semua menjadi keinginan gadis itu, begitupun Reta yang membantu Gala untuk mempertemukan Gara di waktu nanti karena keinginan laki-laki itu hanya ingin akrab dengan kakak kembarnya. Seiring berjalannya waktu Reta berhasil menjalani misinya di tahun 2017, sebagaimana itu banyak rintangannya tetap saja penuh dengan air mata karena tidak semudah itu belum lagi dengan alur kehidupan yang berbeda dari sebelumnya yang pernah ia lewati, itu cukup membuat Reta sedikit bimbang. Sampai pada akhirnya di saat Reta di pilihlan berada dua pilihan menyelamatkan Gara atau Rega itu cukup membuat dirinya berfikir bahwa keinginan selalu tidak pernah berjalan dengan baik. Alhasil dengan berat hati dan hasil yang sudah ia perjuangkan Reta memilih Rega untuk tetap hidup di masa depan sebagaimana harus merelakan Gara mati dengan cara yang sama, namun di sisi lain Reta pun berhasil membantu keinginan Gala dan itu cukup membuat Reta merasa apa yang ia jalani tidak sia-sia. Setelah Reta kembali ke masa depan yaitu di tahun 2020 dan Rega masih tetap ada dengan keadaan sehat sama sekali dan terhindar dari kecelakaan tersebut membuat Reta bahagia karena ia tidak hidup sebatang kara dan berhasil melakukan misi yang di berikan kesempatan yang ajaib oleh Tuhan. Ya, kisah Reta mantan dari seorang Angga selesai seperti halnya penuh dengan fantasi namun itulah keajaiban di setiap kehidupN bukN? Dan hanya dia m, gadis bernama Reta yang sampai detik ini selalu membuat Angga tidak ingin berkomitmen ddengan siapapun sebagaimana itu drngan Alice
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD