PART. 2

906 Words
PART. 2 Raka dan Soleh duduk di pondok sawah. Mata mereka menatap hamparan padi yanv menguning dan belum sempat dipanen. Raka terdengar menghela napasnya. Soleh menolehkan kepalanya. "Ada apa kak?" "Kalau aku pergi, siapa yang merawat sawah yang aku cintai ini Soleh?" "Ada Cantika dan Arka yang akan menjaganya untuk kak Raka" "Arka sepertinya lebih betah tinggal di Jakarta, dia dipersiapkan untuk mengurus perusahaan Ammanya. Sedang Cantika, hhhhh aku berharap dia memilih suami yang bisa mencintai sawah ini" "Banyak sekali yang melamar Cantika ya kak, kakak pasti bingung memilihnya" "Pilihan aku serahkan sepenuhnya pada Cantika, karena ini akan jadi masa depannya" "Kakak sendiri, apa tidak mempunyai pandangan siapa yang cocok diantara mereka?" Raka menyunggingkan senyumnya. "Semuanya baik, hanya saja aku pikir, tidak ada satupun dari mereka yang akan mau turun ke sawah atau pergi ke kebun, anak jaman sekarang....hhhhh....mereka lebih bangga jadi pengangguran dari pada jadi petani Soleh" "Karena petani itu pekerjaan kotor kak, kotor dalam artian harus berkubang dengan lumpur, dan mereka lebih suka pekerjaan 'kotor' seperti memalak orang atau mencopet dari pada jadi petani" "Hhhhh....yang datang melamar keponakanmu terus bertambah Soleh, lalu bagaimana dengan dirimu. Kapan kamu akan menjatuhkan pilihanmu?" Soleh menundukan kepalanya. "Aku belum menemukannya kak, mungkin Allah yang akan mengantarkannya ke hadapanku suatu hari nanti" "Dulu, kamu selalu bilang, akan menikah saat adik-adikmu sudah jadi sarjana. Lalu setelah mereka berdua sarjana, kamu bilang akan menunggu mereka berkeluarga. Soleha sudah menikah dan sudah memiliki anak, Salim juga sudah menikah tahun lalu. Mereka sudah pergi jauh dari sini, bahkan orang tuamupun ikut bersama Soleha. Jadi apa lagi yang kamu tunggu Soleh?" "Seperti yang tadi aku katakan Kak Raka, aku menunggu Allah mengantarkan jodohku ke hadapanku" jawab Soleh dengan senyum lembut terukir di bibirnya. "Kalau kamu tidak menikah juga, Cantika tuh yang paling senang, dia akan terus bermanja dan bergantung padamu" "Kalau dia menikah, dia pasti akan berhenti bergantung dan bermanja denganku kak, karena akan ada suaminya yang akan memanjakannya" "Aamiin, semoga saja pilihan Cantika tepat" "Aamiin" -- Raka, Tari, Soleh, dan Cantika pulang dari sholat isya di musholla. "Paman Soleh" "Ya sayang" "Ke depan yuk!" "Mau apa?" "Beli nasi goreng" "Di rumah banyak nasi Cantika. Bisa dibikin nasi goreng sendiri" ujar Tari. "Kalau gitu beli bakso deh!" "Tadi sore kamu sudah makan bakso" ujar Tari lagi. "Es teler aja kalau gitu" "Kamu tidak boleh minum es, batuk!" "Aduuh Amma, Cantika ingin makan di luar nih, ummm makan apa ya, bebek sinjai! Mau ya Paman" "Boleh" jawab Soleh. "Kita ikut juga yuk Aa" ujar Tari pada Raka. "Amma, di rumah banyak nasi dan lauknya, jadi Amma dan Abba makan di rumah saja ya, biarkan kami pergi berdua, oke" Cantika mengacungkan satu jempolnya. "Tapi Amma ingin makan bebek sinjai juga" "Nanti aku bawakan kak Tari" "Benar ya Soleh!" "Iya kak" "Alhamdulillah" Soleh dan Cantika sudah duduk di warung tenda bebek sinjai. "Katanya mau curhat, mau curhat apa sayang?" "Aku bingung Paman" "Bingung kenapa?" "Bingung karena Abba minta aku memilih sendiri calon suamiku" sahut Cantika dengan suaranya yang terdengar seperti merajuk manja. Soleh mengaduk es jerut di dalam gelas di hadapannya. "Sudah seharusnya kamu yang memilih sendiri sayang, karena ini menyangkut masa depanmu, kamu yang akan hidup berdampingan sepanjang sisa hidupmu dengan pria yang akan jadi suamimu" "Tapi aku takut salah pilih Paman!" "Sholat istikharah Cantika, biar hatimu mantap untuk memilih" "Bagaimana kalau ternyata pilihanku tetap salah" "Berserah sepenuhnya pada kehendak Allah. Jika suatu saat pria yang kamu pilih ternyata salah, itu sudah takdir Allah. Insya Allah akan ada hikmah dibalik semuanya Sayang" "Aku takuuut" rengek Cantika. "Rasa takut itu hal yang manusiawi, tapi kamu harus tetap menjatuhkan pilihan, mana pria yang paling kamu sukai, yang kamu pikir bisa membuatmu nyaman saat bersamanya, yang membuatmu merasa yakin kalau dialah yang terbaik untukmu, kamu bisa mulai memperhatikan mereka satu persatu Sayang" ujar Soleh dengan suaranya yang lembut dan tutur katanya yang penuh ketenangan. "Tahu tidak Paman?" "Tahu apa?" "Kak Bayu dan kak Wahyu ikut melamarku!" "Oh ya, hmmm Cantika cantik, memang pantas untuk dicintai siapa saja" "Ummm cantik seperti artis India ya Paman?" "Iya" "Paman" "Hmmm" "Menurut Paman sendiri, yang mana yang paling baik diantara mereka semua?" "Semua baik Cantika" "Ayolah Paman, beri penilaian Paman tentang mereka, biar bisa jadi bahan peterimbangan buat aku" "Per-tim-ba-ngan Sayang" "Ya itu, ayolah Paman" "Paman tidak ingin mempengaruhi pilihanmu  Cantika, semua terserah padamu" "Ummm katanya sayang, masa Paman tega melihat aku salah pilih suami, ayolah Paman, beri aku sedikit pencernahan!" "Pencerahan sayang" "Ya itu, ayolah" "Nanti Paman lihat dulu ya, siapa saja mereka, oke! Sekarang habiskan makanmu, jangan lupa bumgkus untuk Ammamu" "Oke!" -- Soleh duduk dengan menadahkan tangannya ke atas. Ia baru saja selesai sholat malam. Ada kegundahan dan keresahan yang tengah menyusupi hatinya. Karenanya ia perlu sandaran untuk mengadukan kegelisahan hatinya. "Ya Allah KAU yang memiliki langit dan bumi beserta isinya. KAU pula pemilik jiwa dan ragaku. Ijinkan aku mengadukan kegelisahanku padamu. Ya Allah. Tolong tunjukan pada Cantika, pria mana yang harus ia pilih untuk menjadi suaminya. Pria yang akan menggantikan aku untuk menjaganya. Menggantikan aku untuk memanjakannya. Menggantikan aku untuk menyayanginya. Ya Allah Aku inginkan seorang pria yang sabarnya tak berbatas, yang cintanya tak bertepi, yang kasihnya takkan pernah habis untuk Cantika. Pria yang harus bisa jadi sandarannya saat ia merasa lelah. Pria yang harus siap merengkuhnya saat ia merasa gundah. Ya Allah. Aku tidak meminta untukku sendiri. Aku hanya ingin meminta untuk Cantika. Aku mohon, beri Cantika kebahagiaan di dunia dan diakhirat, aamiin" Soleh menundukan kepalanya dalam, kedua telapak tangannya masih menutupi wajahnya. 'Sekuat apapun aku berusaha memantaskan diriku, aku tetap saja merasa tidak pantas untuk menjadi imammu, Cantika. Aku ingin kamu bahagia' ***BERSAMBUNG***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD