Chapter 13 - Nightmare

2060 Words
Chapter 13 - Nightmare Mimpi yang indah adalah sesuatu yang kita inginkan saat tertidur. Namun, jika yang datang malah mimpi buruk bagaimana? Karena kita tidak bisa memilih, setiap tidur kita tidak bisa meminta untuk terus bermimpi yang indah. Siang ini Nicho ada meeting lagi di Hotel Grand Wilson bersama CEO Oh Jin So dan Mr. Wilson mengenai acara fashion yang dua hari lagi akan diselenggarakan. Rasanya Nicho malas sekali untuk kesana. Karena mengingat kerjadian kemarin. Saat Mevita mengancamnya. Tiba-tiba, ada banyak sekali wartawan dan reporter dari berbagai macam televisi swasta berdatangan. Entah ada acara apa yang jelas Nicho, CEO Oh Jin So dan Mr. Wilson juga kaget. Entah dari mana mereka datang. Tidak hanya mereka, ternyata ada seorang perempuan misterius yang memakai masker dan kacamata hitam. Perempuan itu membuka masker dan kacamatanya. Nicho terbelalak ternyata perempuan itu adalah Mevita. Apa yang ia akan lakukan? "Teman-teman media semua. Saya ada pengumuman penting untuk kalian," ucapnya. Perasaan Nicho mendadak tidak enak. Apalagi setelah kejadian kemarin. Apa Mevita serius dengan ancamannya? "Dua bulan yang lalu. Saya sempat dekat dengan CEO Nicholas Alfred Walker anak dari pemilik Multi Fashion Grup. Dia berhasil mencuri apa yang tidak harusnya dia curi. Bahkan dia tidak mau bertanggung jawab. Di sini, saya akan membeberkan kebusukan dia semuanya," jelas Mevita. Deg! Seketika jantung Nicho seperti berhenti berdetak. Apa Mevita sungguh akan memfitnahnya? "Saya hamil anaknya Nicholas. Dan ini bukti CCTV dan hasil DNA menunjukan. Kalau janin yang ada di kandungan saya itu anaknya Nicho!" Ucap Mevita sambil membawa beberapa bukti. "Enggak mungkin! Saya tidak pernah melakukannya. Saya yakin semua itu adalah rekayasa. Saya bersumpah. Saya tidak melakukannya!" Bantah Nicho dengan tegas. Nicho saat itu tidak dalam keadaan mabuk. Nicho benar-benar tidur di luar kamar Mevita. Nicho tidur di sofa ruang tamu apartemen Mevita. Mana mungkin itu bisa terjadi? "Bukti sudah berbicara. Dan kamu harus bertanggung jawab. Sebelum semuanya lebih hancur lagi," bisik Mevita tepat di telinga Nicho. "Tidak saya tidak melakukan itu!" Nicho terus membantah tuduhan Mevita. "Oke kalau kayak gitu. Pak, tolong bawa mereka masuk," perintah Mevita pada salah satu asistennya. Tidak lama asisten Mevita membawa Kim Hana dan... Alfred? Kok mereka bisa ada di sini? Bukannya Alfred dalam keadaan koma? "Momy, Dady. Kenapa kalian bisa ada di sini? Dady sudah sadar dari komanya?" Tanya Nicho. "Mamy kecewa sama kamu Nicho. Kenapa kamu harus melakukan hal sekeji itu," ucap Kim Hana sambil menangis. "Percayalah Mom, Dad, aku tidak melakukan hal itu!" Bantah Nicho. Nicho mencoba mendekati Alfred. Namun, Alfred membuang mukanya. Nicho memegang tangan Alfred, tapi Alfred menepisnya dengan kasar. "Dady kecewa sama kamu!" Bentak Alfred. "Dad, Dady harus percaya. Kalau aku tidak melakukan hal itu. Dad, semua ini hanya fitnah," Nicho masih terus membantah tuduhan Mevita. Tiba-tiba Alfred meremas dadany. Seperti orang yang sesak napas. Alfred nampak kesakitan. Tidak lama ia tidak sadarkan diri. Ada seseorang yang memeriksa kondisi Alfred. Dia memeriksa kondisi Alfred dengan sangat teliti. Mungkin dia seorang dokter. "Beliau tekena serangan jantung. Sekarang beliau telah meninggal," ucap orang itu. "Tidak mungkin! Dady tidak mungkin pergi secepat itu! Tidak!" "TIDAK!!" Teriak Nicho. Sudah tiga hari berturut-turut ini Nicho terus bermimpi buruk tentang dadynya. Bahkan Nicho bermimpi tentang Mevita yang lancang membeberkan kalau janin yang ada di kandungannya itu. Multi Fashion Grup bangkrut seketika. Mimpi itu terus berulang Nicho jadi takut hal itu akan terjadi. Kali ini mimpinya sangat panjang. Apa Mevita benar-benar akan memfitnahnya? Nicho mengambil air mineral yang ada di atas nanas. Keringatnya mulai bercucuran. Tubuhnya gemetar dan deru napasnya yang sangat memburu. Nicho benar-benar takut hal itu terjadi. Nicho melirik jam dinding yang ada di kamarnya. Ternyata tepat pukul dua malam. Pasti setelah ini Nicho akan sulit tidur. "Nightmare, gue bakalan susah tidur lagi. Satu-satunya cara. Gue harus selidiki khasusnya Mevita. Supaya gue tetap aman. Apa gue minta bantuan Park Wo Bin aja yah?" Nicho langsung menelepon manager Park Wo Bin. "Hallo!" Jawab manager Park Wo Bin dengan malas seperti ia terpaksa mengangkat telepon, saat ia sudah tidur. "Lo udah tidur?" Pertanyaan bodoh Nicho lontarkan. "Gila Lo! Telepon gue tengah malem gini. Ganggu orang tidur tahu! Ada apa? Gue masih ngantuk banget nih!" Omel manager Park Wo Bin. "Gue mimpi buruk," ujar Nicho. "Terus... Duh bisa besok aja enggak? Gue bener-bener ngantuk!" Tukas manager Park Wo Bin. "Ya, udah besok aja deh sekalian gue ceritain." "Sialan lo! Tahu gitu enggak gue angkat. Dikirain ada keadaan darurat atau semacamnya. Ya udah gue tidur dulu!" Manager Park Wo Bin langsung mematikan teleponnya. Nicho malah melamun. Sepertinya memang harus diselidiki. Agar Nicho tahu siapa pelaku yang telah tega menjadikan Nicho sebagai kambing hitam. ******** Mata Nadira berkaca-kaca saat melihat yang ada di depannya adalah ayah dan adiknya. "Maafkan ayah, Nad. Ayah hanya bisa meyusahkan kamu saja. Kamu jadi kerepotan gara-gara ayah. Gara-gara kecerobohan ayah. Kamu dan ibu kamu menjadi susah seperti ini," ucap ayah Nadira. "Maafin Novan, kak. Kakak percayakan Novan tidak melakukan hal itu. Minum obat saja Novan susah. Enggak mungki. Novan mengkonsumsi dan mengedarkan barang terlarang itu. Novan tidak mau di penjara kak," ucap Novan. "Ayah, ini semua bukan salah ayah. Aku dan ibu tidak merasa disusahkan. Ini hanya musibah. Kita akan hadapi semua ini bersama-sama. Kalian harus kuat. Kita pasti bisa melalui semua cobaan ini," ucap Nadira mencoba tenang. "Kalau kamu lelah. Kamu bisa ikut ayah dan Novan," ucap ayah Nadira sedikit aneh. "Iya kak, ikut ayah sama Novan aja," ajak adik Nadira. Nadira membuka matanya. Lagi-lagi Nadira memimpikan ayahnya dan Novan adiknya. Sungguh mimpi yang buruk. Rasa kantuk Nadira seketika hilang. Waduh gawat, mana besok harus meeting di hotel Grand Wilson untuk mempersiapkan fashion show yang akan diadakan dua hari lagi. Dari pada bergadang tidak karuan. Nadira kembali membuka konsep yang besok Nadira akan persentasikan di depan CEO Oh Jin So dan Mr. Wilson. "Ya ampun ternyata kurang satu sketsa. Gue harus kebut ini malem ini. Bisa-bisa kena omel Nicho, kalau tahu desain bajunya kurang satu," oceh Nadira. Malam ini Nadira lembur di rumah. Nadira tidak mau tidur lagi. Pasti mimpi itu akan datang. Nicho dan Nadira sama-sama bermimpi buruk. Mereka berdua sama-sama mencari kesibukannya di tengah malam. Harusnya sih istriahat. Namun, setelah mimpi buruk. Mereka enggan untuk tidur kembali. Karena takut mimpi buruk itu terus berlanjut. "Belum tidur, Nadi?" Ucap Nabila saat masuk ke kamar Nadira. "Belum Bu, Nadira tadi mimpi buruk. Makanya enggak bisa tidur lagi," sahut Nadira jujur. "Maafin ibu ya, gara-gara ayah kamu. Kamu jadi seperti ini. Ibu juga hanya bisa membantu kamu seadanya. Ibu hanya bisa menjahit. Mau ngelamar ke pabrik susah sekali. Mereka tidak menerima orang tua seperti ibu. Pabrik sekarang maunya pegawainya yang masih muda. Orderan juga lagi sepi. Udah seminggu ini belum ada yang ngejahit lagi di tempat ibu. Kamu jadi berjuang sendiri," ucap Nabila panjang lebar. Baru kali ini Nadira melihat Nabila menyesal seperti itu. Biasanya dingin aja. Mau Nadira capek kek, mau Nadira lembur. Nabila masa bodoh saja. Namun, kali ini Nabila menyesal. Apa sungguh Nabila menyesal? "Enggak apa-apa Bu, kita sama-sama berjuang buat melunasi hutang ayah, tapi ingat, Bu. Semua ini bukan salah ayah. Ayah melakukan itu demi menyelamatkan Novan." "Tidak! Cara ayah kamu salah. Kalau saja dia tidak seperti itu. Novan dan ayah kamu tidak akan tertabrak dan menjadi kecelakaan beruntun. Harusnya sekarang hidup kita bahagia, tapi malah menderita seperti ini," Nabila menangisi nasibnya. Derai air mata mulai membanjiri wajah Nabila. Nadira memegang tangan Nabila. "Yang berlaku biarlah berlalu. Bu, mereka sekarang sudah tenang di sana. Kita jangan salahkan ayah dan Novan lagi. Nadi yakin, semua ini akan berlalu dengan cepat." Nasihat Nadira. Terkadang Nadira lebih dewasa dari Nabila. Tenyata kedewasaan tidak dilihat dari usia. Namun, kedewasaan itu dinilai dari bagaimana kita bisa bijaksana dalam menghadapi suatu cobaan dan permasalahan. "Ini kamu yang gambar semua?" Tanya Nabila sambil menunjuk sketsa yang akan dipersentasikan besok. "Iya Bu," singkat Nadira. "Wah kamu memang berbakat. Harusnya kamu jadi desainer aja. Eh tapi enggak apa-apa deh. Oh iya, denger-denger katanya CEO kamu belum punya pacar. Kamu pepet terus gih, biar nyantol sama kamu. Ibu dengar dulu dia pernah mengadakan sayembara untuk mencari istri. Kalau ada lagi kamu ikutan, ya," oceh Nabila ngalor ngidul. "Aduh Bu, dia kan CEO. Mana mau sama sekretaris kere macam, Nadi," elak Nadira. "Kalau di film-film biasanya CEO sama sekertaris cocok loh, Nadi. Kalau kamu bisa jadi istrinya. Kamu enggak perlu ketar ketir lagi kemana cari uang buat lunasin hutang ayah kamu. Kamu tinggal minta suami kamu aja. CEO pasti banyak uangnya. Apalagi katanya dia itu pewaris tunggal Multi Fashion Grup. Keren! Kamu bisa kaya mendadak, Nadi." Kalau membicarakan soal ini Nabila pasti sangat bersemangat. Siapa yang tidak mau punya suami seorang CEO yang kekayaannya melimpah ruah. Seperti tidak akan habis tujuh turunan. Namun, semua itu tidak seindah yang terlihat. Karena dibalik semua itu, Nadira tahu apa yang terjadi. Siffat Nicho yang selalu memaksa dan galak membuat Nadira langsung ilfeel. Apalagi saat Nadira tahu, kalau Nicho diduga menghamili Mevita. Belum terbukti sih benar atau tidaknya. Yang jelas, tidak ada niatan sama sekali. Untuk Nadira mecalonkan jadi calon istrinya Nicho. Keburu eneg duluan. ******** Kim Hana mengadakan konferensi pers di halaman rumah sakit. Dia akan mengumkan soal sayembara pencarian calon istri untuk Nicho. "Jadi bagi kalian perempuan yang merasa pantas bersanding dengan Nicho. Kalian bisa daftar pada asisten saya yang bernama Han Jung So. Dia yang akan menyeleksi kalian yang daftar. Tentunya atas syarat yang Nicho berikan. Semua bisa daftar, tidak perduli itu dari kalangan manapun. Saya tidak harus menekankan dari pengusaha. Yang jelas harus sayang sama keluarga, Nicho. Dan bisa membuat Nicho jatuh hati. Itu saja, selanjutnya. Untuk acara sayembara ini. Saya serahkan pada asisten saya Han Jung So," Kim Hana mengakhiri konferensi persnya. Di acara itu, hanya ada Kim Hana dan asitenya Han Jung So. Nicho tidak telihat batang hidungnya. Padahal Kim Hana sudah meminta Nicho untuk datang. Karena Nicho tidak datang juga. Kim Hana yang maju kedepan sendirian. Dengan atau tanpa Nicho. Sayembara itu tetap harus Kim Hana lakukan. Agar Nicho cepat bertemu calon istrinya. Kemudian Nicho bisa segera menikah. Di kantor Multi Fashion Grup terdengar sangat ribut saat menonton konferensi pers yang Kim Hana adakan. Nicho menepuk jidatnya yang tidak bersalah. Nicho sudah menduganya. Kim Hana pasti akan melakukan hal itu. Suka atau tidak suka. Nicho harus mau ikut dalam sayembara itu. Semoga saja tidak ada yang aneh-aneh lagi yang terjadi. Nicho masih harus tetap menyelidiki kasusnya dengan Mevita. Hatinya masih belum tenang. Nicho masih terus teringat mimpi buruknya selama tiga hari berturut-turut. Di hari pertama setelah Kim Hana mengadakan konferensi pers tentang sayembara pencarian istri untuk Nicho. Sudah banyak sekali yang daftar. Dari anak remaja. Sampai wanita berusia lima puluh tahun. Tentunya semua tidak akan mudah. Asisten Han Jung So akan menyeleksi mereka dengan terliti. Karena dari semua yang daftar. Akan tersisa hanya lima belas orang. Yang akan langsung Nicho seleksi. Ponsel Nicho berdering. Kim Hana menelepon Nicho. Dengan malas Nicho menjawab telepon dari Kim Hana. "Halo, mom!" "Kamu sudah lihat televisi? Sayembara susah siap. Momy harap kamu harus serius kali ini. Jangan sampai tidak ada hasilnya lagi. Momy mau ini sayembara terakhir. Momy mau kamu secepatnya menikah," rempet Kim Hana saat teleponnya diangkat oleh Nicho. "Iya, Mom. Iya, tapi jangan kayak gini juga. Sekarang media terus meliput kegiatan aku selama sayembaya. Itu sangat menganggu," keluh Nicho, ia merasa risih kalau harus kegiatannya diliput. Dan di tayangkan di televisi. Bagi Nicho itu terlalu prevasi sekali. "Agar kamu lebih serius, Nicho sayang. Ingat, momy sangat berharap. Kali ini kamu tidak gagal lagi!" Tegas Kim Hana. Kalau sudah seperti ini mau diapakan lagi? Mau mengelak atau menghindar sekalipu percuma. Tetap saja Nicho harus menjalankan sayembara yang Kim Hana adakan. Semoga saja, ada perempuan yang mendekati kriteria yang Nicho inginkan. Karena Nicho juga sudah lelah dipaksa nikah terus sama Kim Hana. Padahal Nicho maunya berkarir dulu. Sukses dengan usahanya sendiri. Namun, ini malah mempermalukan diri sendiri. Dengan mengadakan sayembara seperti ini. Aaahhh Nicho memang paling bodoh dalam mencari pasangan hidup. Nadira menutup mulutnya saat melihat konferensi pers yang Kim Hana adakan. Nadira jadi teringat obrolannya semalam dengan Nabila. Kalau Nabila nonton. Pasti Nadira akan disuruh untuk ikut sayembara tersebut. Duh malas banget, ngapain juga CEO dingin, jutek, angkuh, cuek, kejam dan enggak punya hati di perebutkan. Mendingan juga manager Park Wo Bin atau CEO Oh Jin So. Loh kenapa Nadira jadi kepikiran sama CEO Oh Jin So?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD