Bab 80 Kemurniannya Direnggut oleh Sang Aktor 2

1274 Words
*** WARNING: RATE 21 PLUS *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA! SEMUA INI HANYALAH IMAJINASI DAN KARANGAN AUTHOR. YANG J E L E K DAN BURUK, JANGAN DITIRU! MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA! ------------------------------ Pria tampan dengan wajah dingin itu menatap Casilda berlama-lama, detik berikutnya menghapus saliva di sudut bibir sang wanita dengan bulu mata merendah pelan. Kelembutan ini membuat hati Casilda bagaikan ditusuk jarum. "Jangan sentuh aku!" elaknya, menampar tangan sang aktor. Sudah cukup syok dengan perlakuan kekerasan seksualnya selama ini. Namun, wanita ini tidak tahu kalau Arkan sang playboy, punya pikiran lebih daripada itu terhadap dirinya. Melihat penolakan Casilda, membuat hati Arkan bagaikan digores oleh pisau. Sakit, perih, dan sesak! "Kenapa? Aku adalah tuanmu." Nada suara Arkan dingin dan tidak enak didengar, tatapannya juga begitu menghina. Dia pun melanjutkan, "mau aku apakan dirimu terserah aku. Kalau aku yang menyentuhmu, itu sudah termasuk berkah bagimu. Paham? Kapan kamu akan belajar bersyukur, hah? Dibanding semua pria di dunia ini yang ingin kamu layani dengan milikmu yang sudah kotor ini, kamu lebih terhormat satu derajat ditiduri olehku." Pria ini berkata 'milikmu yang sudah kotor ini', sambil menyentakkan miliknya menyentuh milik Casilda. Kontan saja ini membuat Casilda malu bukan main. Rasanya bagaikan disambar petir di wajahnya ! Kurang ajar! Casilda menampar keras wajah Arkan tanpa ragu, bibir digigit kuat. Matanya menyala terang penuh kebencian. Tidak cukup sampai di situ, Casilda menamparnya untuk kedua kalinya! Sangat keras! "RATU CASILDA WIJAYA!!!" raung Arkan murka, menahan tangannya yang sudah mau menamparnya untuk ketiga kalinya. "KAMU MEMANG BAJINGAAAN!" jerit Casilda menggila, mendorongnya kuat, berontak untuk lepas. "Beraninya kamu menamparku!" "Kamu pantas mendapatkannya! Tidak! Kamu seharusnya mendapatkan lebih daripada sekedar tamparan!" Keduanya saling tatap penuh amarah, sudah mau saling membakar satu sama lain. "Minta maaf!" pekik Casilda menjerit marah. Kening Arkan mengerut tak suka. "Kenapa aku harus minta maaf? Memang aku salah apa?" "Apa kamu tidak bercermin? Minta maaf sudah menghinaku! Kamu sudah menghina harga diriku sebagai wanita!" Kali ini, giliran Casilda yang mencekik leher sang pria dengan kedua tangannya, mata membara kuat. Arkan tertawa setengah sinting. "Apa? Kamu tidak salah ucap? Kenapa aku harus minta maaf dengan harga dirimu itu? Memang kamu punya harga diri, Casilda?" "ARKAN!!!" Cekikan di leher sang pria diperkuat, tapi hanya dibalas dengan senyuman dingin meremehkan, tidak ada perlawanan berarti dari pria itu. "Aku belum pernah bertemu pria seburuk dirimu di dunia ini. Kamu benar-benar sampah!" "Ya, untuk membuat dirimu menderita, aku tidak keberatan menjadi sampah seburuk apa pun." Senyum miring jahat sang aktor membuat hati Casilda bagaikan ditusuk duri. "Pokoknya minta maaf kepadaku sekarang juga!" tuntut Casilda keras kepala. "Untuk apa? Memang kamu ini berharga? Istimewa?" Casilda mencekiknya lebih kuat, menggertakkan gigi dalam, mendesis marah, "aku memang rendahan di matamu. Aku memang akan jual diri gara-gara dirimu. Tapi, saat ini aku masih punya harga diri! AKU MASIH JAUH LEBIH BERSIH DARIPADA DIRIMU YANG KOTOR INI!!! MINTA MAAF!!!" Arkan membeku kaget. Apa maksudnya? Dia masih perawan? Tidak mungkin. Bukankah dia punya banyak laki-laki di sekelilingnya di masa lalu? Tidak mungkin dia ini masih perawan, kan? Pria tampan dan wanita cantik, jika terus bersama-sama, tidak mungkin tidak ada yang terjadi. Dengan mudahnya, Arkan melepas cekikan leher sang wanita, menahan kedua tangannya di udara, dicengkeram kuat. Casilda kaget mendapati mudahnya pria itu melawannya. "Heh, apa katamu? Murni? Jangan bilang kamu ini masih perawan." "AKU MEMANG MASIH PERAWAN!" "Bohong," sinis Arkan, dingin dan datar. Terlihat cuek dan meremehkan. Casilda kaget, mematung sejenak. Rasanya dia sudah mau gila menghadapi lawan bicaranya ini! Sialan! Dia lalu menggigit gigi, marah luar biasa! "AKU BILANG AKU MASIH PERAWAN! KAMU TAHU HARGA SEORANG PERAWAN?! WALAUPUN AKU INI GENDUT DAN JELEK, TAPI SEMUA PRIA SUKA DENGAN SEORANG PERAWAN! AKAN KUJUAL ITU DEMI MENAMPAR MUKAMU YANG SUPER BERENGSEK ITU! AKAN AKU BAYAR SEMUA HUTANG-HUTANGKU DENGAN MENJUAL HAL PALING PENTING ITU! DAN AKU TIDAK AKAN PERNAH MAU BERTEMU DENGANMU LAGI! SEPADAN DENGAN HILANGNYA KEPERAWANANKU UNTUK PRIA ASING YANG TIDAK KUKENAL SAMA SEKALI!!!" Arkan merasa dadanya langsung panas! Berani sekali dia berteriak seperti itu di depannya dengan wajah penuh keyakinan. Pria ini langsung menggeram marah, mendorong tubuh Casilda hingga punggungnya menghantam kursi mobil. Casilda syok! Arkan sudah mengungkungnya, mata saling tatap. Pria ini tertawa keras. "Perawan? Kamu bilang masih perawan? Mari kita periksa kalau begitu. Jangan-jangan, itu cuma bualanmu yang lain demi menjaga harga dirimu yang tidak ada apa-apanya sama sekali." Arkan menahan kedua tangan Casilda di atas kepalanya, menekannya kokoh dengan satu tangan, bibir tersenyum miring dan jahat. "A-a-a-a-apa yang kamu lakukan?" gagap Casilda dengan wajah pucat, hawa dingin menyergapnya dengan cepat. "Diam, gendut! Memang aku suka menikmati tubuh penuh lemak seperti ini?" sinisnya dingin, menatap kelam pada wanita di bawahnya sambil membuka kancing baju Casilda. Bulu kuduk Casilda merinding hebat, kengerian naik di wajahnya. Dia serius? Dia serius ingin memeriksanya? Apa dia sudah benar-benar gila?! Kemeja Casilda dibuka dengan cepat dan kasar, memperlihatkan tank top biasa yang terlihat lusuh dan tidak menarik. Sudut bibir Arkan tertarik jahat, matanya tersenyum puas. "Kamu yang seperti ini mau jual diri? Mungkin bisa membangkitkan adik kecil mereka dengan sentuhanmu seperti tadi kepadaku, tapi untuk selanjutnya, mereka pasti langsung tidak selera." Arkan melirik sekilas jelly kembar Casilda yang tertutupi oleh kain putih lusuh itu, dalam hati menelan saliva kuat-kuat. Sudah membayangkan lidahnya bermain di sana, menghisapnya keras penuh semangat dengan dambaan kuat di hatinya. Sadar dia memikirkan hal konyol memalukan, pria ini lalu berkata dingin dan datar: "Kamu ingin jual diri? Biar aku periksa keseluruhan kelayakan tubuhmu ini." Hati Casilda mendingin hingga ke titik beku. Pria ini sepertinya tidak akan pernah kehabisan akal untuk menghina dan mempermalukannya. "He-hentikan! Hentikan! Apa kamu gila?! Untuk apa melakukan hal seperti itu?!" Terlambat. Protes Casilda dengan wajah panik dan gelapnya, sama sekali tidak didengarkan oleh sang pria, sudah dengan cepat menarik roknya naik ke atas. Napas Casilda seolah berhenti, matanya menatap langit-langit mobil dengan isi kepala seolah dipukul oleh palu godam raksasa. Memalukan! Sangat memalukan! Arkan mengerutkan kening melihat kain segitiga Casilda yang mirip favorit ibu-ibu tua, berwarna pastel dan bermotif bunga-bunga yang biasa dilihatnya dijual dengan harga miring di pasar tradisional. Sangat murah! 10 ribu dapat 4! Pria ini tahu, karena pernah syuting di pasar tradisional beberapa saat lalu dan melihat-lihat jualan di sana. Yang paling menggelikan adalah kain segitiga itu benar-benar lusuh, sudah terlihat beberapa bagian yang robek di pinggirannya. Kenapa para pelayannya tidak bilang soal dalaman wanita ini sewaktu membersihkan tubuhnya? Casilda memejamkan mata malu, memerah hebat dan berteriak marah: "JANGAN LIHAT! DASAR PRIA SIALAN! SIFAT MESUMMU SANGAT MENJIJIKKAN! APA BENDA MILIKMU ITU TIDAK PUNYA STANDAR TINGGI?! JANGAN SENTUH AKU!" Terlambat sekali lagi. Tangan Arkan sang Top Star sudah turun di sana. Mata Casilda memutih syok, sudah mau pingsan rasanya! Arkan tidak melakukan apa pun yang aneh, dia hanya memeriksa segitiga pembungkus pribadi wanita itu yang dinilainya benar-benar menyedihkan. Pada dasarnya, pria ini sudah melihat banyak bagian pribadi seperti itu dari banyak wanita yang sudah diajaknya tidur bersama, tidak akan membuatnya gugup, atau pun heboh sama sekali melakukan hal seperti ini kepada Casilda. Pandangan Arkan lalu naik ke arah Casilda yang sudah tergugu keras menangisi harga dirinya yang benar-benar tidak ada artinya di mata Arkan. Kening sang pria berkerut dalam, masih dalam pose menahan kedua tangan Casilda di atas kepalanya. "Kamu ingin menjual diri dengan penampilan seperti ini? Kamu perawan pun, tidak ada yang akan sudi menidurimu. Nilaimu 1 dari 10." Casilda menggigit gigi marah, mata sembab yang masih mengalirkan air mata itu menatap super benci kepada Arkan. "Kalau tidak dicoba mana tahu, kan?! Aku perawan atau tidak, itu bukan urusanmu! Cepat lepaskan aku, pria mesuuum!" maki Casilda dengan tubuh gemetar oleh amarah dan rasa malu. Arkan mendengus geli, matanya melirik kembali benda segitiga di bawah Casilda. Casilda menelan saliva kuat-kuat, meringis pucat dan gelap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD