Bab 186 Apa Maksudmu Berkata Begitu?

2057 Words
“Loh? Kak Casilda sakit, ya? Sakit apa?” tanya Garvin cemas, menatap Casilda yang pucat dan terkejut di ranjang pasien dengan mulut penuh keripik kentang. Ratu Casilda Wijaya melirik kesal ke arah Arkan yang tiba-tiba saja muncul bersama Garvin, mengagetkannya yang sedang sibuk bersantai menikmati camilannya sore ini. Saking kagetnya Casilda dengan pintu yang terbuka tiba-tiba itu, dia nyaris tersedak keripik kentang yang sedang dimakannya. Apa Arkan itu sejenis jin? Kenapa suka sekali mendadak muncul di depannya seperti itu? Hati Casilda mendidih! Belum lagi melihat wajah tidak bersalahnya, dan malah dia yang terlihat marah?! Apa-apaan, sih, pria itu? Bikin darah tinggi saja! Casilda yang memucat karena kaget, setengah mati menelan keripik di dalam mulutnya hingga harus dibantu oleh Garvin meraih air minum di atas nakas. “Cepat minum, Kak!” teriak Garvin panik, menyodorkan segelas air kepadanya. Casilda yang marah tertahan di hatinya, meneguk air tersebut dengan mata melirik penuh perhitungan ke arah Arkan yang memuram gelap bagaikan jurang kematian di depannya. Seolah-olah keduanya bisa berbicara melalui tatapan mata, Casilda seperti memaki kepadanya sekarang: “APA LIHAT-LIHAT? KAMU SENANG BIKIN AKU TERKEJUT SAMPAI HAMPIR MATI TERSEDAK?” Di sisi lain, Arkan berhati dingin dan menahan gejolak emosi di dadanya melihat betapa santai dan masa bodoh sang istri yang kini berhadapan langsung dengannya Apakah dia sama sekali tidak terpengaruh melihat adegan ranjang itu? Dia pasti melihatnya, kan? Apakah dia sengaja tidak membalas pesannya karena marah? Tapi, kenapa dia begitu santai seolah-olah tak peduli apa yang sedang terjadi di sekitarnya? Arkan tidak terima sikap Casilda yang sama sekali tidak menunjukkan sedikit pun rasa cemburu! Apakah dia itu benar-benar istrinya?! Dadanya terasa bergemuruh oleh amarah dan rasa kesal luar biasa! “Kakak sakit apa, sih? Kenapa bisa masuk rumah sakit?” tanya Garvin penasaran, mengerutkan kening cemas. “I-itu... sa-sakit perut...” balas Casilda dengan senyum kikuk, dan detik berikutnya sudut-sudut bibirnya berkedut kesal melirik Arkan yang masih menatapnya tanpa dingin dan gelap. Sungguh memalukan jika dia mengatakan yang sebenarnya, kan? Masuk rumah sakit karena nyeri datang bulan biasa? Benar-benar bikin darah Casilda mendidih kembali jika mengingat semua kehebohan yang telah dibuat oleh suami bodohnya itu! Lulusan dokter macam apa dia? Dasar tukang cari sensasi! “Bagaimana perasaanmu?” tanya Arkan dingin, masih berdiri di tempatnya dengan aura gelap yang seolah akan menelan semua orang. Garvin tertawa rendah, keringat dingin karena tidak bodoh-bodoh amat menyadari suasan hatinya yang semakin memburuk. “Kak Arkan, kenapa kakak begitu muram? Apakah kakak tidak bisa fokus syuting hari ini karena mencemaskan Kak Casilda terus, ya? Tidak kusangka kalau kakak masih peduli dengan asisten sendiri. Entah kenapa aku jadi terharu,” ujar Garvin tiba-tiba, mulai terdengar terisak kecil seraya mengusap sudut matanya. “Berisik!” maki Arkan kesal, meliriknya dingin dan tajam. Mendengar penuturannya, Casilda terkejut sangat jelas. Arkan tidak bisa fokus di lokasi syuting? Kenapa? “Garvin,” titah Arkan dengan suara lebih dingin dan rendah. “Ya, Kak Arkan?” balasnya polos. “Aku ingin makan makanan dari restoran kesukaanku. Kamu pergi beli sekarang juga. Jangan sampai kehabisan.” “A-apa? Ta-tapi, kita baru tiba, kan? Masa aku harus keluar lagi sekarang? Baru juga bicara dengan Kak Casilda!” “Minta dipecat?” sinisnya dingin, lirikan matanya menyipit tajam. “Ta-tapi... aku baru saja mengemudi 1 jam penuh,” rengek Garvin seolah akan menangis dengan kenyataan pahit tersebut. Belum duduk, tapi sudah disuruh lagi? Apa aktor playboy itu sungguh punya hati? Karena kalah argumen, Garvin akhirnya keluar dari ruangan dengan kepala tertunduk lesu. Tidak peduli meski Arkan memberikannya tip besar sebagai motivasi, tetap saja kelakuannya hari ini membuat Garvin sakit kepala! Memangnya dia ini robot? “Kenapa kamu datang ke sini?” tanya Casilda acuh tak acuh, menguyah kembali keripik kentangnya dengan malas sambil menonton drama Korea di TV seberang ruangan. “Kenapa kamu tidak membaca pesanku?” Pertanyaan itu seperti hunusan pedang es yang menusuk telinga, sangat dingin dan membuat sumsum tulang bergidik ngeri bagi siapa pun yang mendengarnya! Casilda tetap tenang, seolah-olah tidak tahu apa-apa. Sikapnya polos dibuat-buat dan sedikit bodoh. “Kamu mengirim pesan? Kapan? Tidak ada bunyi apa-apa, tuh. Baterainya mungkin sedang habis. Aku juga terlalu sibuk menonton drama, tidak ada waktu untuk memeriksanya.” Arkan merapatkan bibirnya dengan sorot mata merendah tajam. “Lalu, kenapa kamu menutup teleponku begitu saja?” Casilda yang hendak menggigit keripik di mulutnya, meliriknya malas. Tidak bisakah dia berhenti berbicara? “Sebenarnya kamu ingin bertanya apa kepadaku? Jangan bertele-tele, cepat katakan saja intinya.” Arkan merampas kasar keripik kentang di tangan sang istri. “Keripik kentangku! Kembalikan!” seru Casilda marah. “Apa kamu sungguh tidak punya hati?!” bentak Arkan muram, mengerutkan kening marah yang terlihat sangat menakutkan hingga wanita di ranjang pasien menciut pucat seolah pencuri yang ketahuan sedang mengutil. “Kenapa kamu bersikap begini lagi, sih?! Apa salahku kali ini?!” jeritnya tak mengerti. Keripik kentang tadi dihempaskan ke lantai hingga isinya berhamburan ke mana-mana. Pemandangan itu sesaat membuat Casilda menganga syok hingga rahangnya hampir jatuh ke tanah! Matanya melotot hebat denga urat-urat merah menyebar di sana! “Kamu gila?! Sudah memberikannya kepadaku secara baik-baik, sekarang kamu membuangnya begitu saja tanpa perasaan? Kenapa kamu begitu tidak jelas selama ini, Arkan Quinn Ezra Yamazaki?!” lanjut Casilda terheran-heran dalam kemarahan yang mulai meledak-ledak. Kedua tangan mengepal di atas pangkuannya. “Kapan kamu akan benar-benar patuh dengan semua ucapanku?!” “Aku bukan hewan peliharaan! Kamu tidak bisa menyuruhku seperti itu! Tidak peduli aku adalah budakmu! Atau pun adalah istri bodohmu yang tidak diketahui oleh semua orang! Kamu tidak berhak me—” Ucapan Casilda seketika dipotong oleh ciuman ganas Arkan yang datang begitu saja, sangat posesif dan liar. Dia tidak membiarkan wanita itu melepaskan bibirnya dari cengkaramannya saat ini. Kedua tangan Casilda bahkan berusaha melawan sekuat tenaga, tapi semua berakhir sia-sia belaka. “Apa kamu itu monster pemakan bibir?” maki Casilda kesal, meringis perih usai bibirnya baru saja digigit kuat oleh sang aktor hingga berdarah dan lecet. “Aku bisa saja menjadi monster pemakan bibir jika kamu terus melawanku dan tidak tahu diri. Beraninya menutup teleponku saat aku sedang berbicara serius kepadamu. Tidak sempat memeriksa ponsel? Kamu sengaja tidak membaca pesanku, bukan? Cemburu?” “Ce-cemburu? Cemburu apa?! Dasar narsis! Tukang halu tidak jelas!” Arkan tidak membalas kata-katanya, tapi dia malah kembali menciumnya. Tidak seperti sebelumnya yang agak kasar dan kejam, kali ini lebih lembut dan pelan penuh kasih sayang dan sangat intense. Dengan pelan, aktor tampan itu duduk di tepi ranjang bagaikan pria yang sangat gentleman. Saking lembut dan manisnya ciuman itu, Casilda membeku hingga mengerjapkan mata tidak percaya! Arkan yang sedang mencium Casilda dengan mata terpejam erat, memiringkan kepalanya lebih dalam sembari menggendalikan kepala Casilda dengan tangan kiri. Lidah sang aktor masuk ke dalam mulut sang istri bagaikan belut licin yang lincah, menjelejah ke semua tempat dengan sangat lembut dan posesif di saat yang sama. Hal itu jelas membuat Casilda meleleh, dan perlahan-lahan dia pun larut dalam irama ciuman memabukkan itu. “Peluk aku,” titah Arkan dengan suara serak rendahnya yang seksi. Bagaikan terhipnotis, Casilda melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Detik berikutnya, matanya juga ikut terpejam merasakan semuanya dengan sangat hati-hati dan penuh perasaan. Entah dia sadar atau tidak. Selama hampir 5 menit penuh, keduanya larut dalam pesona masing-masing. Tidak sadar bahwa Dokter Ken yang masuk tanpa mengetuk pintu terkejut melihat pemandangan panas tersebut. “Astaga! Kalian benar-benar sangat ceroboh! Tidak bisakah kalian mengunci pintunya terlebih dahulu sebelum bergulat satu sama lain?” protes Ken dengan wajah pura-pura marah, tapi keningnya bertaut sedih melihat Casilda yang tertunduk malu dengan tatapan mata terlihat bersalah ketika mereka berdua tidak sengaja saling tatap. Arkan menjilati bibirnya yang basah dengan perasaan tidak puas, kening mengencang dalam. “Ceroboh? Kamu sendiri tidak mengetuk pintu sebelum masuk! Apa aku harus mengirimmu ke luar negeri untuk belajar apa itu tata krama?” Ken tertawa mendengar sindirannya, lalu melirik ke arah Casilda dengan sorot mata kasihan. Apakah wanita itu sedang dipermainkan oleh Arkan atau tidak, tetap saja hatinya tidak tega melihatnya. Bagaimanapun, di matanya, Casilda tidak bisa dibandingkan dengan Lisa yang sangat di atas rata-rata dalam banyak hal. Baik itu dalam segi penampilan, maupun latar belakang keluarga. Pasangan yang memang sudah cocok untuk pria sehebat Arkan. Sementara Casilda? Dia memang wanita yang baik dan begitu polos. Tapi itu saja tidak cukup. Dia punya banyak kekurangan di mana-mana, membuatnya pasti akan tenggelam jika bersanding dengan Arkan yang bercahaya dan menyilaukan. Suka atau tidak, Casilda tidak punya pilihan lain selain meringkuk di dalam kegelapan dan merasa rendah diri selama sisa hidupnya. Ken bukannya menganggap enteng wanita bertubuh berisi itu, tapi dia hanya tidak tega jika ada orang lain yang membandingkannya dengan cara yang sangat kejam dan tidak manusiawi. Nyaris tidak ada manusia yang bisa menahan diri jika dibandingkan dengan orang lain, apalagi jika sudah menyakut fisik dan kekurangan yang mereka miliki, bukan? Lisa yang disukai banyak orang pun dan dinilai sempurna di mata banyak orang, tetap saja masih ada yang tidak menyukainya. Bagaimana dengan Casilda yang jelas-jelas biasa-biasa saja dan telah menyentuh pria yang menjadi idola banyak wanita di dunia ini? Jika sampai publik tahu hubungan aneh kedua orang yang bagaikan langit dan bumi itu, jelas saja siapa yang akan paling menderita dan mengalami stres berat hingga mungkin akan melakukan percobaan bunuh diri seperti model wanita yang sedang trending di internet saat ini. “Jangan marah seperti itu, aku hanya menasihatimu dengan baik. Ingatlah, kalau kalian berdua ini menikah secara diam-diam tanpa ada restu dari publik di luar sana. Aku rasa tanpa perlu aku perjelas maksud ucapanku, kalian sudah memahaminya dengan baik, bukan? Jika hal ini sampai terendus paparazzi, entah apa yang akan terjadi di masa depan. Tindakan kalian benar-benar nekat dan bisa dicap sebagai pembohongan publik dan juga pasti akan menyakiti banyak pihak. Bisa dibilang, kalian berdua sangatlah egois.” “Kamu sedang mengejekku? Apa maksudmu berkata begitu?” geram Arkan yang menyadari tangan kanan Casilda yang terjalin dengan tangannya melemah secara drastis. Merasakan kekuatan Casilda tiba-tiba saja berkurang dan tidak bersemangat, entah kenapa hati Arkan bagaikan ditusuk oleh duri panas, sangat tidak nyaman dan membuatnya gelisah. Apakah dia sedih mendengar hal itu dari mulut Ken? Mata dingin dan gelap sang aktor melirik Casilda yang tengah menggigit bibir bawahnya gugup, kepala masih menunduk seolah dia adalah pendosa yang tak termaafkan. Ken berjalan pelan mendekati suami istri tersebut, kening bertaut lemah. “Model wanita yang sudah membuatmu terseret skandal mengerikan itu masih koma di rumah sakit. Coba kamu pikirkan jika itu juga terjadi kepada Casilda. Apa itu yang kamu inginkan? Kamu bilang sangat mencintai Lisa, tapi kenapa malah menikahi Casilda dengan cara sembunyi-sembunyi? Jika tidak serius mencintainya dan hanya ingin mempermainkannya, maka sebaiknya kalian berpisahla secepat mungkin. Hentikan semua kekonyolan ini.” Kalimat Ken belum selesai, tapi Arkan sudah berdiri sangat cepat dan langsung meninju wajahnya sangat keras! “Arkan!” pekik Casilda kaget, tidak menyangka kalau kalimat dari dokter Ken akan menyinggungnya seperti itu. “Sepertinya kamu terlalu cerewet akhir-akhir ini! Sebaiknya tutup mulutmu jika tidak tahu apa yang sedang terjadi!” raung Arkan yang mulai menggelap kelam, kedua tangannya mengepal kuat, dadanya naik turun penuh emosi. Dia berusaha menahan keinginannya untuk meninjunya sekali lagi. Jika tidak, Ken pasti akan dibuatnya koma sekarang juga! Casilda buru-buru turun dari ranjang pasien dengan wajah panik dan ketakutan, menahan sebelah lengan Arkan kuat-kuat. “Kamu ini kenapa, sih? Kenapa malah memukulnya?!” Arkan menoleh tajam ke arahnya, mendesis dengan wajah bengis dan gelap. Sorot matanya diam-diam terluka dan kecewa. “Kenapa? Kamu juga mendukung idenya itu? Sudah sangat tidak sabar ingin berpisah dariku dan disentuh oleh banyak pria di luar sana?! Dasar jalang murahan! Menjijikkan dan kotor!” Casilda kesal luar biasa, langsung menamparnya super keras sambil menjerit histeris penuh amarah! “Kamu bodoh! Tidak bisakah kamu mengendalikan amarahmu sebentar saja? Mulutmu juga terlalu kasar! Apa salah dokter Ken sampai harus mendapat pukulan darimu? Lagi pula, memangnya ada yang salah dari ucapannya? Sekarang, biarkan saja dia tahu kalau pernikahan kita ini sama sekali tidak ada cinta sedikit pun! Kamu hanya menawanku sebagai aksi balas dendam semata!” Ken yang mendengar jeritan putus asa Casilda tertegun kaget dengan sorot mata linglung. Dia menatap cemas kedua orang di depannya yang tiba-tiba saling tatap dalam diam sambil menahan amarah masing-masing. Suhu udara tiba-tiba turun beberapa derajat, dan ketegangan di ruangan ini membuat napas siapa pun pasti akan tercekik hebat karenanya! Jadi, apakah pernikahan Casilda dan Arkan hanyalah sebuah pernikahan palsu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD