Bab 74 Kabur dari Jeratan Sang Iblis 2

1322 Words
'Ke mana, ya, pelayan yang biasa mondar-mandir di sini? Apa dia punya aturan soal pelayan juga? Wuah! Benar-benar gila kendali!' batin Casilda tidak percaya. Wanita gendut berkepang satu ini, dengan mata minus tanpa kacamata mencoba meraih pintu seadanya dalam kondisi terbatas. Dia mulai berjalan mendekat ke arah pintu, sudah seperti mirip seorang pencuri yang mengendap-ngendap. Senyum wanita ini merekah lebar ketika pintu yang dibukanya ternyata tidak terkunci sama sekali! “Wuah! Beruntungnya!” seru Casilda riang, terlihat bersemangat. Rasanya seperti mendapat durian runtuh! Cepat-cepat mulutnya dibungkam untuk meredam kegembiraan yang terlalu cepat itu. “Casilda!” Kedua bahu sang wanita naik karena kaget, spontan berbalik ke lantai dua mendengar suara Tuan Iblisnya itu. Wajahnya pucat kelam, hawa dingin langsung menyergap tubuhnya. Membeku sesaat hingga otaknya nyaris berhenti berpikir. Suara pria seksi itu kembali terdengar. “Apa-apaan kamu menutup pintunya seperti ini? Cepat minggir dari belakang pintu sebelum aku mendorongnya. Buka pintu, otak ayam!” Mendengar hinaan itu, Casilda langsung tersadar. Amarah membumbung tinggi di hatinya, wajah memerah penuh emosi. Tanpa ragu lagi dia langsung keluar dari pintu tanpa repot-repot menutupnya kembali. Wanita ini mencari-cari mobil milik Bu Hamidah, tapi sudah tidak ada di tempat di mana dia memarkirkannya terakhir kali. Suasana siang itu cukup sunyi, apalagi ini adalah mansion orang kaya, tempat yang tentu saja menawarkan ketenangan bagi penghuninya. Casilda akhirnya mengerti kenapa tempat ini kadang-kadang sunyi dan ramai di waktu tertentu. Para pengurus pasti tidak ingin berbuat gaduh, apalagi cari gara-gara dengan pria seperti aktor berengsek itu. Bekerja dalam diam dan tak terlihat sepertinya adalah pilihan mereka di tempat bak kurungan emas ini. Casilda tidak bodoh-bodoh amat, dia berjalan menuju gerbang dengan cara sembunyi-sembunyi. Setiap mendapatkan tempat menyembunyikan tubuh gemuknya, dia pasti berhenti untuk memeriksa keadaan. Suara benda pecah terdengar keras dari dalam mansion. Wajah wanita ini sudah pucat bukan main, bisa dengan cepat menebak apa yang terjadi di dalam sana. Pria gila itu pasti sudah mendapatinya hilang dari tempatnya! Tidak menyia-nyiakan waktu, Casilda langsung berlari menuju pintu gerbang yang tiba-tiba secara ajaib terbuka perlahan secara otomatis. 'Beruntung! Aku memang sangat beruntung!' batinnya memekik senang, memejamkan mata kuat-kuat sambil berlari sekuat tenaga dengan tubuh penuh lemaknya. Matanya membelalak ngeri ketika melihat sebuah mobil berhenti di depan gerbang, pengemudinya tengah bercakap-cakap dengan salah satu satpam di sana. Casilda yang tengah berlari dan tak bisa menghentikan tubuhnya secara tiba-tiba ini, langsung membelokkan tubuhnya ke atas taman kecil berumput, melempar dirinya di sana dengan cepat untuk bersembunyi. Dia berguling beberapa kali sambil menahan rasa sakit menghujam tubuhnya. Kemudian, dengan cepat, dari balik semak-semak, mengintip ke arah jalan saat mobil itu sudah lewat di depan matanya. 'GERBANGNYA!' batin Casilda cepat, keringat gelisah takut tidak bisa mencapai tujuannya seperti yang sudah diniatkannya sejak awal. Wanita ini lalu keluar cepat dari persembunyiannya, kembali lari ketika kaget melihat pintu ternyata masih terbuka, dan tak jauh dari sana, sang satpam sibuk berbicara malu-malu kepada seorang pelayan yang tengah membawakan minuman dan roti untuknya. Kesempatan! Wanita gendut berbaju hamil warna kuning ini, meski penglihatannya kabur, dia bisa menilai kalau tidak segera meraih kesempatan ini, sudah pasti akan tamat riwayatnya jika Arkan menangkapnya kembali! Dengan kekuatan penuh dipaksakan dari dalam dirinya, ngos-ngosan bercucuran keringat, dia lalu berteriak sambil berlari: “MINGGIR! AIR PANAS MAU LEWAT!!!” Kedua orang yang berdiri di sana kaget bukan main, dan sang satpam tanpa sadar memencet remot kontrol gerbang itu, membuatnya mulai bergerak perlahan menutup. Raut wajah Casilda syok menahan napas, berhenti berlari hingga nyaris terjungkal ke depan. Kedua tangan mengepal kuat. “Hei! Kamu siapa?!” teriak sang satpam sambil menaikkan sebuah pentungan di udara, sudah mau menghampirinya dengan mulut penuh roti, hingga ucapannya sedikit tidak jelas. Ugh! Casilda kaget untuk kesekian kalinya, tubuhnya macet oleh keterkejutan. Energi kembali menguasai wanita yang sudah mandi keringat ini, wajah ditekuk gelap, menggigit gigi kuat-kuat. Kedua tangan mengepal kencang. Ini adalah waktu krusial baginya! Nyawa adiknya berada di tangannya saat ini! Arkan sialan itu pasti tidak punya hati mendengarkan keluh kesahnya yang dianggap sebagai omong kosong dan bualan semata! Sang satpam yang mendekat ternyata adalah pria yang dulu mencegatnya bertemu Arkan untuk meminjam uang. Emosi Casilda makin bertambah, dia pun berteriak, “MINGGIR, PAK, KALAU TIDAK MAU TERLUKA!!!” Casilda berlari sangat kencang dengan kepala ditundukkan, mata terpejam kuat, sudah mirip banteng yang ingin menyeruduk bendera merah di depannya. Ini adalah kecepatan larinya yang luar biasa semenjak dia bertubuh gemuk. Sang satpam yang melihat Casilda sudah berlari membabi-buta ke arahnya, berhenti karena kaget. Mata membelalak hebat. Suara pekikan kaget terdengar! “SUDAH KUBILANG MINGGIIRRR!!!!” teriak Casilda keras di udara, kepala didonggakkan ke langit, baru saja menabrak keras sang satpam hingga terjatuh duduk ke aspal di bawahnya. “KURANG AJAR! RUPANYA KAMU LAGI, HAH?!” teriaknya, menunjuk Casilda yang terus berlari di depan sana, tidak berbalik sedikit pun! “HENTIKAN DIA! HENTIKAN DIA!” Seorang pelayan wanita, dari arah mansion muncul berlari dengan wajah pucat, tangan kanannya menunjuk-nunjuk ke arah di mana Casilda berlari. Sang wanita gendut berbaju hamil langsung diterkam hawa dingin. Dia berbalik sejenak sambil masih berlari. Benar! Sepertinya itu adalah suruhan Arkan yang tengah mencoba menangkapnya! “AKU, KAN, SUDAH BILANG HANYA PERGI SEBENTAR! SIAPA SURUH TIDAK PERCAYA! DASAR PRIA SIALAN!!!!” maki Casilda di udara, lalu ekspresinya mengencang serius melihat pintu gerbang di depannya, sudah mau tertutup penuh, sementara jaraknya masih belum begitu menguntungkan. Hanya satu caranya! Casilda mengeraskan sorot mata, menggeram penuh emosi. Kemudian, sambil masih lari, wanita gendut ini langsung melakukan gerakan hendak melakukan lompatan koprol ke depan di tanah beraspal, tapi bukan itu yang sebenarnya hendak dilakukannya. Sambil menjatuhkan dirinya di tanah sambil berteriak keras dengan wajah super serius, tapi malah terlihat lucu dengan pipi bakpaonya: “HIYAAAATT!!!! MODE MENGGELINDING!!!” Tubuh wanita gendut ini akhirnya menggelinding menuju celah pagar yang masih terbuka di antara 2 pagar besi yang sedang tertutup otomatis itu! “TADAAAA!!!! BERHASILLL!!!” seru Casilda keras, sangat gembira dan heboh sendiri dengan mata melengkung senang, sudah dalam posisi berlutut di sisi lain pagar, kedua tangan terangkat di udara, persis anak SMA yang baru selesai praktikum olahraga dan berhasil dalam sekali percobaan. Gerbang besi itu akhirnya tertutup rapat dengan suara ‘tak’ keras. Suara-suara berteriak sang satpam dan sang pelayan terdengar panik di udara, berjalan menuju ke arahnya. Casilda berbalik, menjulurkan lidah, dan menarik satu kantong matanya, memberi ledekan kepada semua yang ada di mansion terkutuk itu. Dia pun segera berdiri dari tanah meski tubuhnya tahu dia tengah memaksakan diri, dan sudah terasa otot-ototnya tertarik kencang, sangat nyeri. “TERIMA KASIH ATAS SEMUANYA!” Casilda berteriak bagaikan seorang pemandu sorak, sangat girang sambil menaikkan kedua tangan di udara, digerak-gerakkan membentuk tanda X berkali-kali, melompat-lompat senang, dan bergegas mengambil langkah seribu dari sana. Sang satpam dan sang pelayan berhenti di depan gerbang, tersengal dengan wajah berkeringat lelah, sudah pucat bagaikan nyawa mereka berdua lenyap dari raga. Dari jauh, kedua manusia beda gender yang menempelkan tubuh dan wajah mereka di celah pagar besi, makin menghela napas ketika melihat wanita berbaju hamil itu sungguh beruntung tiba-tiba mendapatkan sebuah taksi yang lewat. Habis sudah riwayat mereka berdua! Tuan muda mereka pasti akan marah besar! Di dalam taksi, wajah Casilda tersenyum lebar berseri-seri. Hatinya jadi sedikit lebih ringan, berniat melupakan sejenak semua masalah terkait pria sialan yang entah akan melakukan apa nantinya jika dia tertangkap olehnya. Masa bodoh dengan itu! Dia lebih memikirkan adiknya sekarang lebih daripada apa pun! “KE RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG, PAK! TAPI, KITA KE BANK DULU, YA!” teriaknya penuh semangat, wajah sangat berseri-seri, lupa mengendalikan suaranya. Sang sopir kaget mendengar suara keras Casilda, saking kagetnya, gas ditekan kuat hingga mobil meluncur kencang meninggalkan perumahan elit itu. Di dalam mansion lantai dua, pria berjubah mandi putih sudah terlihat mendung bagaikan membawa badai di wajah tampannya, menatap marah pada rantai dalam genggamannya. Sementara di lantai satu mansion tersebut sudah hancur berantakan oleh amukan sang aktor. Hati Lisa berjengit kaget ketika menjejakkan kaki memasuki ruangan kacau di depannya. “Apa yang telah terjadi di sini?” gumamnya cemas, keringat gelisah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD